Mohon tunggu...
Aditya Maheranta
Aditya Maheranta Mohon Tunggu... -

Seorang Pelajar yang senang bercerita dan berdebat.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

LDBI dan NSDC 2017: Harapan Kehidupan Berbangsa dari Kacamata Anak SMA

4 Juli 2017   03:13 Diperbarui: 4 Juli 2017   08:39 2666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi saya, tidak ada kepentingan yang boleh mengorbankan kehidupan berbangsa masing-masing kita sebagai manusia. Maksudnya adalah dalam melancarkan kepentingan kita tidak boleh mengganggu keharmonisan kehidupan berbangsa dan jangan sampai atas nama kepentingan, kita lupa bahwa setiap pribadi punya eksistensi sebagai manusia. Intinya adalah dalam kehidupan berbangsa, kita harus menghargai eksistensi sesama kita sebagai sesama manusia. Jangan ada pihak-pihak yang dirugikan karena identitas SARA-nya maupun pekerjaan, status ekonomi, dan hal lainnya. Dan inilah yang persis ditunjukkan oleh teman-teman di dalam kompetisi ini.

Walau kami berbeda pendapat di ruang debat kami sadar bahwa tujuan besar kami sama untuk setiap mosi yang diperdebatkan, hanya saja cara mana yang lebih tepat yang kami perdebatkan. Dalam setiap keputusan, tujuan besar itu tetap akan tercapai walau cara yang dipilih bisa jadi bertentangan. Ini yang saya harapkan bisa terjadi di dunia nyata, diluar kompetisi. Sebagai warga negara, pemerintah, wakil rakyat, dan aktor lainnya, kita harus tahu tujuan besar kita. Kita harus berangkat dari cita-cita besar yang sama untuk kemajuan dan kejayaan bangsa. Perdebatan akan sarana dan bentuk yang dipilih boleh terjadi namun jangan sampai merusak hubungan kita sebagai sesama warga negara Indonesia. Ingat ! lagu kita masih sama, "Indonesia Raya".

Saat kami datang, sebagian besar berharap untuk cepat pulang entah karena homesick atau merasa pasti akan menang maupun pasti akan kalah. Namun saat pagi itu tiba, sarapan bersama terakhir kami, sesi selfie terakhir, pelukan terakhir kami, perlu saya akui bahwa saya hampir meneteskan air mata. Kami bertemu sebagai orang asing namun berpisah sebagai teman, sebagai sahabat, sebagai saudara. Kami mencoba melupakan rivalitas dan lebih berfokus pada keberadaan pribadi-pribadi di sekitar kami.

 Bisa menjadi bagian dari LDBI dan NSDC Nasional adalah pencapaian besar bagi 204 orang siswa-siswi yang berkompetisi disini dan 204 orang ini saling menjadi teman seperjuangan, teman dalam keluh kesah, teman bermain, teman berbagi mood-swing dalam beberapa hari kebelakang. Inilah yang menjadikan kami begitu dekat. Harapan saya adalah 204 orang inilah yang akan menjadi penggerak "penghargaan akan pluralitas" dan pada saat waktunya tiba untuk generasi kami melanjutkan estafet pembangunan bangsa, tidak ada lagi pertentangan yang didasarkan pada indentitas, tidak ada lagi konflik berkepanjangan, tidak ada keegoisan dalam bermasyarakat, tidak ada lagi pribadi yang tidak dihargai. Amin.

Bekasi, 4 Juli 2017

Aditya 'AM' Maheranta

Terimakasih kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikat rahmatnya pada kita semua, terimakasih kepada Mba Endah dan Mas Ayip selaku pelatih Tim LDBI Yogyakarta, delegasi DIY, Delegasi semua provinsi, dan semua pihak yang terlibat demi terselenggaranya acara ini. Tanpa keterlibatan anda semua, pengalaman ini tidak akan ada.

"AMDG"

, 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun