Mohon tunggu...
Aditya Firmansyah
Aditya Firmansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

3M (Membaca, Menulis, Menggambar)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Lebih Memilih Sendiri

6 Maret 2023   08:00 Diperbarui: 6 Maret 2023   09:47 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pada pagi hari ketika sinar matahari mulai menghangati indahnya pagi, dengan ditambahi bunyinya bel sekolah, 'kring...kring..' suara bel melengking ditelinga santriwan, yang menandakan 5 menit kelas akan masuk. Beruntungnya aku, Angga, seorang santriwan yang lumayan ganteng, kebingungan mencari kaos kaki bagian kanan yang entah dimana.

'Ya Allah, kaos kaki sebelah kanan ku mana ya?' ucapku pelan mencari kaos kaki yang udah berbulan-bulan belum dicuci.

'Ini aku ada kaos kaki sebelah ga kepakai', saut temenku satu kamar, sambil menyodorkan tangannya ke sebelah tangan kananku, ia namanya : Arsi.

'Makasih Si' ucapku berterimakasih.

Bel masuk kelas mulai mendekati detik-detik akhir dibunyikan. Suara hantaman sepatu-sepatu terdengar begitu keras. Itu tandanya santriwan mulai mengejar dengan diringi senggol-senggolan seperti yang terjadi di suatu konser Endang Soekamti. 'Tuanggg...' terdengar kencang nan cepat bunyi gerbang sekolah ditutup, menandakan bahwa kelas sebentar lagi akan masuk.

'Alhamdulillah, lolos dari gerbang maut' ucapku sambil menghela napas tergesa-gesa.

Yang kemudian aku berlari cepat terburu-buru bukannya untuk memasuki kelas untuk bertemu dengan guru dan mendengarkan pelajaran, tapi malahan cepet-cepet mencari surat cinta yang ditinggal oleh kekasih yang merupakan santriwati yang sekolah pada waktu sore hari, namanya: Dina.

'Dimana ya, surat dari ayangku tercinta ditinggalkan' ucapku sambil mencari hingga mengelilingi meja-meja penuh dengan coretan tinta bolpoin yang ada dikelas.

'ini ada kertas apaan nih, kok bentuknya kaya surat gini' tanya temenku, namanya Iqbal, kebingungan melihat lipatan kertas yang bentuknya tidak biasa.

'Sreeek...,punyaku ini' ucapku dengan rasa kecemasan sambil menyaut kertas itu dari tangan si Iqbal.

Tidak menunggu lama-lama lagi. Aku buka surat dari ayangku tersebut. Adapun isi dari surat cinta itu tertuliskan:

'Assalamualaikum wr. wb. Ayangku

Bagaimana kabarnya hari ini? Sehat kan? Alhamdulillah kalo sehat

Sayang mu hari ini juga sehat ko, ya alhamdulillah juga berarti hahaha...

He yang, tak certain aku kemarin liburan di Bali, disana tuh tempatnya asik banget, pantainya apalagi indah nan sejuk. Banyak disana yang bermain motor-motoran, layang-layang, dan masih banyak lagi.

Tapi aku seperti masih ada yang kurang gitu, apa coba? iya ga ada kamu disisiku. Aku tuh berharap banget bisa liburan bareng sama kamu, bisa main motor-motoran bareng sama kamu, main laying-layang bareng, pokoknya disamping selalu ada kamu.

Ya aku berharap aja, pas ada waktu liburan, aku luang dan kamu juga luang, aku berharap bisa liburan ke Bali bareng kamu, gitu.

Semoga deh, bismillah aja lah wkwkwk

Dah gitu aja ya, bye ayang-ku yang paling ganteng dan imut haha

Jangan lupa dibales ya surat kecilku ini, jangan lupa sering kabar-kabar juga, jangan lupa makan, minum, tidur tepat waktu, jangan suka begadang, jangan lupa ibadah, dan jangan-jangan pokoknya wkwk

Wassalamualaikum wr. wb. Ayangku...emmmuaachhhh'

From : ayangmu si paling cerewet sealam semesta (Dina)

HIngga dipenghujung isi surat, dengan raut wajah yang merona-rona tersenyum sendiri meresapi isi tulisan dari ayang ku ini. Terdengar suara semu bapak guru menggelitik ditelingaku menutup jam pelajaran sebelum jam selesai dibunyikan. 'Astagfirullah, pelajaran hari ini udah selesai dengan cepatnya' ucapku kaget dengan disertai rasa ketidakpercayaan bahwa jam kelas akan berakhir dan sekaligus menutup satu semester ini sebelum masuk ke ujian akhir semester. Tapi hal itu tertutup oleh rasa bahagia atas isi surat yang aku terima dari pacarku yang mondok masih di satu Yayasan bersama ku yang bernama, Madrasah Aliyah Raudlatul Ulum di daerah Pati, Jawa Tengah, cuman santriwan sekolahnya di pagi hari, dan santriwati di sore hari, yang menjadikan surat menyurat sebagai sarana tukar pemikiran, dan bahkan perasaan santriwan dan santriwati.

-..-

Tibalah hari senin, menjadi penanda mulainya ujian akhir semester bagi para santriwan dan santriwati. Uniknya, ketika ujian berlangsung ada yang mengatakan bahwa santriwan yang tidak membawa alat tulis ataupun tas bawaan, mereka dianggap sebagai santriwan yang cerdas atau telah belajar giat semalaman yang menjadikannya siap dalam menghadapi ujian. Sedangkan bagi santriwan yang banyak membawa barang bawaan-buku mata pelajaran yang diujikan dibawa semua- itu dianggap sebagai santriwan yang menyepelekan atau tidak siap dengan ujian yang dihadapinya. Aku masuk di salah satu yang banyak membawa barang bawaan- buku mata pelajaran yang diujikan pada saat itu aku bawa semua.

'Ang, kamu tadi malam ga belajar ya? saut temenku namanya Iqbal sambil wajah meledek ketawa-ketiwi.

'hmm...' meringik maluku mendengar ledekan dari si Iqbal.

Kemudian bel tanda masuk pun berbunyi. Para santriwan sedang asiknya mulai untuk mengerjakan ujian mereka. Kecuali aku merasa kesusahan saat melihat soal yang begitu sulit untuk dicerna otak yang kosong ini.

'Ang, kamu kenapa? Kok kelihatan seperti orang bingung gitu' tanya perhatian temenku Iqbal kepada ku yang merasa ling-lung.

'Ini Bal, anu..., kok soalnya gini ya, memang bener ya soalnya gini? kok aku ga memahaminya satu katapun ya?' jawabku dengan menahan rasa malu atas soal yang dirasa santriwan lainnya mudah, salah satunya Iqbal.

'Iya lah, kamu kan tadi malam ga belajar, kamu malahan dengan asiknya meresapi isi tulisan asmara dari ayangmu itu, si Sonia, apa coba faedahnya cinta-cinta-an? padahal kamu itu tahu sendiri, kamu sekarang masih jadi seorang pelajar yang tugasnya hanya dituntut untuk belajar yang rajin. Lah, kamu malahan cinta-cinta-an' tegur Iqbal dengan diserapi nasihat-nasihat positif yang ditujukan kepadaku.

'Iya juga ya' kataku sambil menggaruk-garuk kepala menyikapi perlakuanku yang selama ini aku anggap baik-baik saja, tapi tidak bagi Iqbal dan santriwan yang lainnya.

'Iya toh, apalagi kamu sekarang juga masih dalam tanggungan orang tuamu, biaya sekolah, uang saku, dan perabot-perabot lainnya masih orang tuamu yang menanggungnya. Dengan semua tanggung jawab orang tuamu itu, tentunya tidak mudah dalam mendapatkannya, mereka susah payah banting tulang untuk memintarkanmu, tapi malah balasan yang kamu berikan kepeda mereka bukannya sebuah prestasi, tapi beban. Coba dipikir lagi yang baik-baik, mana yang baik buat kamu dan mana yang buruk buat kamu' lanjut ceramahan dari Iqbal kepadaku.

'Iya bener Bal, terima kasih banget ya kamu sudah menyinari jalan gelapku, kamu sudah membuka gerbang kesadaranku untuk dapat mengevaluasi perilaku-ku sebelumnya dan menuju perilaku-ku yang lebih baik lagi. Mulai besok aku tidak lagi cinta-cinta-an, udah aku buang jauh-jauh dari kehidupanku' saut ku yang mulai perlahan menyadari kesalahan-kesalahan yang aku perbuat sebelumnya.

'Janji ya Ang!' Ajak Iqbal untuk memastikanku untuk tidak berbuat hal-hal yang tidak sesuai dengan nilai-nilai seorang santri, salah satunya cinta-cinta-an  

 'Ok, Janji Bal' jawabku dengan penuh semangat dan percaya diri.

-...-

Hingga datang waktu dimana aku dan kekasihku (Dina) sepakat untuk berpisah dengan disertai landasan pertimbangan dan komitmen masing-masing. Aku fokus dalam berjuang meraih kesuksesanku, begitupun Sonia berjuang untuk mencapai kesuksesannya. Masalah jodoh sudah ada yang mengatur. Kalo memang kita berjodoh, pasti Tuhan akan mempertemukan kita lagi di suatu hari kelak nanti. Untuk saat ini Aku dan Dina fokus untuk memperbaiki diri kita masing-masing.

-.............-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun