Mohon tunggu...
Aditya Firman Ihsan
Aditya Firman Ihsan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

deus, homines, veritas

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Just Go(d) - Bagian 4

2 Agustus 2014   19:33 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:36 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rayya tertawa kecil. “Kau memang melankolis Han. Sudah ku tebak sejak dulu kuperhatikan kau selalu sendiri.”

“Biarin.” Jawabku singkat datar.

“Han, kau kenapa pindah islam?” Tanya Rayya, cukup membuatku kaget dengan pertanyaan langsung seperti itu. Tapi kejadian akhir-akhir ini membuatku terbiasa dengan hal-hal frontal.

“Ah, suatu hal yang panjang. Tapi singkatnya, dipaksa.” Kataku setelah berpikir beberapa detik.

“Dipaksa? Seperti hal yang berat. Disengaja atau tidak, ku rasa agama jadi terkesan keras bila terasa ‘dipaksa’”

Not literally Ray. Aku tahu agama harus dilaksanakan sepenuh hati, apapun itu. Yaa, walau menimbulkan banyak pertanyaan”

“Pertanyaan akan selalu ada bagi mereka yang ragu.” Ia melirikku sambil tersenyum.

“Mungkin. Sejak dulu keraguan selalu menguasaiku. Toh ini yang membuatku senang membaca. Keraguan membuat selalu ingin tahu. Tak apalah.”

Agama itu keyakinan Han. Dan yakin adalah antonim dari ragu.”

“Well, entahlah, aku masih belum bisa memutuskan. Jadi terkesan wajar bila agama mencegah kita terlalu banyak bertanya.” Aku mengusap-usap dagu sejenak, berpikir, sebelum akhirnya kepikiran sesuatu. “Ray, apa agama yang menentukan tidakanmu? Apa agama yang menentukan perasaanmu?”

Rayya menggaruk-garuk kepalanya. “Hmm, gimana ya. Aku sendiri masih bingung apa aku punya kehendak bebas. Semua tindakan dan perasaanku pastilah dipengaruhi persepsi. Persepsi timbul dari sistem keyakinan, yang secara spesifik merujuk pada agama yang dianut. Jadi ya, secara tidak langsung agama yang menentukan tindakan dan perasaan tiap orang, atau mungkin lebih tepatnya kualitas agamanya.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun