Pada Era Elizabeth, Inggris masih merupakan sebuah negara pertanian yang Menghasilkan banyak gandum dan tekstil wol. Pada saat itu hasil pertanian dan peternakan Masih banyak dikuasai oleh kaum tuan tanah; akibatnya, banyaklah petani kecil Dan buruh tani yang kehilangan mata pencahariannya. Jumlah pengangguran Lama lama Semakin meningkat oleh sebab itu pemerintahan kerajaan harus turun tangan untuk Mencegah kekacauan yang ditimbulkan oleh kaum penganggur. Oleh karenaitu, parlemen mensahkan Undang-Undang Kemiskinan (Poor Law) untuk Menangani kesejahteraan sosial bagi kaum penganggur.
Di dalam bidang perdagangan, tekstil wol jadi merupakan salah satu sumber Kemakmuran bagi pemerintah Inggris. Untuk dapat melindungi usaha-usaha Nasional dan memperbesar volume perdagangan, pemerintah membuat Sebuah kebijakan yang disebut dengan "markantilisme" -- peraturan-peraturan ini dibuat untuk Mengatur lalu lintas perdagangan. Lalu untuk meningkatkan volume ekspor, para pelaut Inggris giat mencari Pasar-pasar baru di seluruh penjuru dunia. Misalnya, Hawkins dan Drake mereka beroperasi di kawasan Amerika Selatan, dan Martin Frobisher yang menjelajah Kanada Timur-Laut. Kongsi-kongsi perdagangan juga dibentuk, yaitu antara lain Moscovy Company (1553), Levant Company (1592), East India Company (1600), dan lain-lain.
Setelah meningkatnya kemakmuran dan keamanan nasional dan lalu adanya gerakan Renaissance dan Reformasi yang memberikan dorongan untuk berbagai macam kegiatan-kegiatan Kebudayaan. Pada masa pemerintahan Elizabeth muncul lah tokoh kesusastraan Yang dikenal di seluruh dunia, yaitu yang bernama William Shakespeare. Pada saat itu, berbagai macan ratusan karya sastra yang ditulis oleh pujangga-pujangga Inggris selain Shakespeare juga mulai banyak bermunculan dan dapat dikatakan kesusastraan Inggris Mencapai zaman keemasan.
Era Elizabeth: Ekonomi dan pengaruhnya pada Struktur Sosial
Era elizabeth, Transformasi ekonomi yang menjadi salah satu penggerak utama perubahan sosial pada masa kini. Era Elizabeth menyaksikan kemunduran sistem feodalisme dan munculnya ekonomi yang berbasis pasar. Perdagangan, baik itu dalam negeri maupun internasional, berkembang sangat pesat seiring ekspansi Inggris ke wilayah-wilayah baru, yang menciptakan kelas pedagang yang makmur.
Sektor pertanian tetap menjadi salah satu tulang punggung ekonomi. Namun, inovasi dalam praktik pertanian, contohnya seperti gerakan enclosure (penguasaan tanah bersama oleh individu), membawa perubahan besar. Produktivitas meningkat, tetapi banyak petani yang kehilangan tanah mereka, yang dapat memicu meningkatnya jumlah pengangguran dan kemiskinan.
Kesenjangan ekonomi terlihatlah sangat jelas. Kelas atas menikmati gaya hidup yang mewah, sementara kelas bawah berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Perbedaan ini lah yang memengaruhi dinamika sosial dan juga sering kali mempertegas hierarki kelas.
Era Elizabeth: Budaya dalam Membentuk Interaksi Sosial
Pada Era Elizabeth, Kemajuan budaya nya meninggalkan jejak yang sangat mendalam dalam masyarakat Inggris. Periode ini dikenal dengan kontribusi dalam sastra, teater, dan seni. Tokoh-tokoh seperti William Shakespeare dan Christopher Marlowe menjadi salah satu ikon budaya yang karya-karyanya itu mencerminkan nilai-nilai dan aspirasi masyarakat pada masanya.
Agama juga sangat memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Elizabeth. Reformasi agama yang dilakukan melalui Elizabethan Religious Settlement bertujuan untuk menyatukan Inggris di bawah Protestanisme. Namun, ketegangan antara Katolik dan Protestan tetaplah masih ada, memengaruhi stabilitas sosial dan hubungan antar komunitas.
Hiburan menjadi salah satu bagian yang tak terpisahkan dari budaya Elizabeth. Teater, seperti Globe Theatre, menjadi salah satu tempat populer bagi berbagai kalangan, baik bangsawan maupun itu rakyat jelata. Hiburan ini menciptakan berbagai macam ruang budaya bersama yang dapat menyatukan berbagai lapisan masyarakat, meskipun itu hanya untuk sementara.