Pada awalnya semua negara di muka bumi ini hidup dengan damai, namun semua berubah saat wabah covid-19 menyerang. Virus yang mewabah dan menjadi pandemi ini benar-benar mengubah keseharian kita sebagai manusia. Hampir semua sektor terguncang dengan adanya pandemi ini, kecuali rasa cintaku padanya yang tetap stagnan walau sampai saat ini masih belum juga terbalaskan.Â
Semua orang pasti merasakan dampaknya. Kalau kata gamer bilang, "damage-nya gede". Ada yang kehilangan pekerjaannya seperti aku, ada yang usahanya harus tutup, anak sekolah harus belajar dari rumah dan masih banyak sekali dampak lainnya.
Di saat menganggur seperti ini, pengeluaran tidak diimbangi dengan pemasukan. Dompet menipis, hati seperti diiris-iris, mata ingin menangis, sungguh miris! Seberapa pun kita menghemat kalau tidak ada pemasukan lama-lama habis juga. Jangan lupakan juga kebutuhan internet. Aku yang menyelamatkan dunia dengan rebahan tidak bisa menekan penggunaan internetku.Â
Malah cenderung naik jika dibandingkan dengan saat keadaan normal. Wajarlah ya, hidup dalam kegabutan, drama Korea begitu menggoda untuk ditonton juga sekali-kali stalking mantan karena belum move on. Dalam sehari, aku bisa mengonsumsi data lebih dari 2GB untuk membuang kegabutan.
Tapi lama-lama jenuh juga. Selain itu, jelas aktivitas konsumtif begini tidak bisa terus dibiarkan. Sembari menonton YouTube kadang aku berpikir, daripada menghabiskan waktu hanya untuk menjadi penikmat konten, kenapa tidak mencoba untuk membuat konten. Benar juga, akhirnya aku memutuskan untuk mengajak teman-teman yang ada di desaku untuk membuat channel YouTube.Â
Karena kita dalam kegabutan yang sama, kami sepakat dan mulai mencobanya. Kami mengajak siapa saja yang mau untuk bergabung dan terkumpul lah beberapa orang baik dari yang masih sekolah hingga korban PHK seperti aku dan dua temanku. Prinsip kami adalah "Siapa saja yang mau, ayo berjuang bersama".Â
Yang pertama kami lakukan adalah mencari nama yang pas untuk channel kami. Setelah berunding dan dirumuskan dengan matang, akhirnya kami memutuskan menamai kanal YouTube kami dengan nama Simbok Biyung. Hal ini dilatarbelakangi oleh kami semua yang masih belum ada yang menikah dan masih sangat bergantung dengan orangtua, terutama Ibu. Kami, anak Simbok Biyung kemudian memulai dengan konsep apa yang akan ada di kanal. Channel YouTube Simbok Biyung di sini. Jangan terpesona melihat jumlah view-nya, maklum kami baru memulai.
Pertama, kami ingin menggunakan bahasa daerah asal kami yaitu Bahasa Jawa berlogat ngapak. Alasannya adalah karena kami ingin tetap melestarikan bahasa daerah kami. Bule-bule dari luar negeri saja banyak yang tertarik dan belajar budaya daerah di negeri kita, masa kita yang warga asli malah tidak mencoba melestarikannya. Kan kebalik. Kalau lama-lama hilang bagaimana? Menyedihkan sekali...
Kedua, kami ingin membuat konten tanpa sebuah gimmick. Memang harus diakui, cara paling cepat untuk naik adalah dengan menambahkan 'gimmick'. Tapi kami merasa, itu tidak keren. Agak idealis memang. Selain itu, kami juga ingin membuat konten untuk mengenalkan budaya dan pelajaran daerah kami yang mulai dilupakan. Memangnya siapa yang mau dilupakan?
Setelah itu kami mulai membuat video pertama untuk kanal kami yaitu sebuah film pendek. Kami sepakat memberi nama film pendek kami dengan nama 'Bujang Desa' karena semua pemainnya adalah laki-laki. Kami pun mulai merekam dengan peralatan seadanya.Â
Gear kami hanya sebuah smartphone Redmi Note 8 untuk merekam video, mic clip on OEM seharga seratus ribuan dan sebuah tripod 16 ribuan. Untuk pengeditan video, kami juga masih mengandalkan aplikasi dari smartphone. Laptop sih ada, hanya saja spesifikasinya tidak cukup untuk menginstal aplikasi pengedit video.Â
Hasilnya, tentu saja sangat jauh dari kata bagus. Kualitasnya jelas kurang, kami menyadari dan memaklumi hal itu. Apalagi kami semua hanya belajar tentang videografi secara otodidak dan bisa dibilang tidak punya pengalaman apa-apa. Kami kemudian membagikan video pertama kami kepada tetangga-tetangga dan sosial media.Â
Hasilnya, bisa dilihat di kolom komentar, kami dapat banyak dukungan dari warga desa kami. Yaaaaa, meskipun video pertama kali baru ditonton sebanyak 600-an kali saja. Wajarlah, namanya saja baru memulai. Mendapat view sekecil itu saja kami sudah senang karena target kami hanya 500 view saja. Kami pun semakin termotivasi untuk membuat video lainnya.
Setelah video pertama kadang aku berpikir sebelum tidur dan ketika sedang menonton konten YouTube orang lain yang memang kualitas videonya sudah bagus, "Aku harus memperbaiki kualitas videoku.". Dengan sisa uang tabunganku yang ada, akhirnya aku memberanikan diri untuk mengambil resiko dengan membeli kamera mirrorless bekas Canon EOS M10.Â
Dengan agak sedikit nekat ini aku bertekad untuk terus konsisten dan tidak akan menyerah. Akhirnya, di video seterusnya kami sudah menggunakan kamera untuk membuat konten. Meskipun kualitasnya masih juga kurang dari yang kami harapkan. Kendalanya adalah di autofokus yang kurang cepat.Â
Beberapa waktu kami sudah membuat beberapa video dengan berbagai konten seperti chalenge tebak-tebakan dan obrolan biasa. Segmen Bujang Desa saat ini sudah sampai di episode 3 dan episode 4 masih dalam proses. Kabar baik beberapa hari lalu, kami baru saja mendapatkan hadiah dari Pamanku sebuah lampu set untuk keperluan merekam video di dalam ruangan. Ah, senang rasanya.Â
Meskipun dalam konten dan kualitas masih kurang, namun kami tidak akan berhenti belajar. Kami percaya proses, kami akan terus mencoba. Suatu hari, kami akan menyajikan sebuah konten yang berkualitas, menghibur, dan bermanfaat bagi banyak orang. Meskipun kami semua berasal dari desa, tapi kami yakin dan memiliki wawasan yang luas. Jarak bukanlah sebuah masalah di era sekarang ini bahkan di saat pandemi.
Untuk keperluan mengunggah video, aku mengandalkan operator Tri. Alasannya adalah karena memiliki harga yang terjangkau namun dengan jaringan yang cepat dan stabil. Aku sudah menggunakan  Jaringan 3 Indonesia sejak aku masih duduk di kelas 12 SMA, yang artinya sudah 5 tahun aku setia dengan operator ini.Â
Di sini, aku menggunakan produk AlwaysOn Unlimited 6GB. Itu sudah cukup untuk mengunggah video ke YouTube. Paket ini menawarkan akses internet unlimited dari pukul 01.00 pagi hinga pukul 17.00. Sedangkan selebihnya, kita diberikan kuota 6GB untuk digunakan di luar jam yang ku sebutkan tadi. Lihat juga paket internet lain yang ditawarkan Tri di www.tri.co.id
Kalau masih kurang, kita juga bisa menambah kuota AddOn. Yang aku suka dari Tri adalah kuotanya aktif selamanya mengikuti masa aktif kartu, jai kita tidak perlu khawatir kuota sisanya akan hangus dan terbuang sia-sia. Soal jaringan, memang dulu sinyal kadang tiba-tiba hilang, tapi sekarang Jaringan 3 Indonesia sudah terus membaik.Â
Salah satunya karena Tri sudah menggunakan jaringan 4,5G Pro. Dan betul saja, buktinya aku bisa menghabiskan lebih dari 2GB data perhari dan tidak pernah mengalami kendala saat mengunggah video yang ukurannya kadang bisa bergiga-giga. Untuk yang ingin tahu lebih lanjut tentang jaringan 4,5G Pro, baca di sini.
Satu-satunya kendala yang umum terjadi adalah ketika listrik padam, sinyalnya ikut hilang. Jujur saja itu hal paling menyebalkan. Semoga saja, setelah jaringan 4,5G Pro-nya, 3 Indonesia juga memperbaiki masalah sinyal hilang ketika ada pemadaman listrik. Terimakasih sudah menyediakan internet dengan harga yang ramah. Perjuangkan!Â
Dengan Jaringan 3 Indonesia, kita bisa #KalahkanJarak dan tetap produktif bahkan untuk kami yang berasal dari desa kecil. Aku bersama anak-anak Simbok Biyung yang lain akan terus berkarya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H