Mohon tunggu...
Adi Triyanto
Adi Triyanto Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Sebuah Perusahaan swasta Di Tambun- Bekasi-Jawa Barat

Lahir Di Sleman Yogyakarta Bekerja dan tinggal Di Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fenomena Aneh Ekonomi, Doom Spending Terjadi di Berbagai Kelas Ekonomi

30 Oktober 2024   07:20 Diperbarui: 30 Oktober 2024   10:44 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata orang, karena adanya kesenjangan sosial yang tinggi. Yang beli beli barang mewah , menonton konser itu dari kelompok berada. Mereka tak terpengaruh  kondisi susah. Meski harus berbelanja jutaan rupiah. 

Apalah arti pengeluaran itu dibanding dengan uang yang mereka simpan di rekening bank. Sementara kelompok bawah, yang jumlahnya jutaan orang ya tetap saja susah.

Kata orang karena  Lipstick effect. Yang penting terlihat cantik menarik. Tidak peduli meski dompet terasa tercekik. Dan harus siap siap dikejar tukang kredit. Begitu deretan kebutuhan menjepit. Dan bersiap dengan seribu alasan untuk berkelit.

Ada yang karena terpengaruh  FOMO dari medsos. Yang penting ikut apa yang tengah naik daun. Ikut nebeng terkenal dan dieluk-elukan banyak  orang. Merasakan apa yang selama ini melekat dengan dunia selebriti. 

Meski tanpa sadar pohon  penghasilan yang dinaikin tak kuat menahan beban berat pengeluaran dan akhirnya patah dan menjuntai ke bawah ke permukaan  tanah.

Itu semua karena Pinjol dan Paylater yang menjamur, kata yang lain. Orang mudah mendapatkan pinjaman uang. Akhirny meminjam bukan untuk hal yang apa yang dibutuhkan . Namun meminjam hanya untuk mengikuti yang enak dipandang  mata. 

Mendapat pujian orang. Meski akhirnya matanya yang berbinar sementara  itu kembali harus menetsekan air mata  dalam waktu yang lebih lama. Karena pinjamantak terbayar dan  terus  berbunga.

Yang melihat dari sudut yang kelompok serba susah , mengatakan keadaan lagi tidak baik baik saja. Sementara yang melihat keadaaan ramainya tempat tempat untuk kesenangan , larisnya barang barang untuk prestise , menyimpulkan  keadaan baik baik saja. 

Seharusnya harus dilihat dari kedua sisi.  Biar adil dan tidak ada keperpihakkan. Tidak ada yang tersakiti perasaannya . Masa kondisi sedang susah dikatakan baik baik saja. Atau bersenang senang sebentar kemudian menderita berbulan bulan, dikatakan oke oke saja.

Atau jangan jangan, memang definisi tentang baik baik saja perlu ditafsirkan ulang. Kalau sebelumnya yang baik baik saja  adalah ketika orang-orang  bisa terpenuhi kebutuhannya sesuai urutan kebutuhan hidup manusia. Tercukupi pangannya, tercukupi  sandangnya, dan juga papannya. Lalu bisa memenuhi kebutuhan sekunder bahkan  tersiernya.

Sekarang yang dikatakan baik-baik saja  adalah Ketika banyak orang mampu memenuhi kebutuhan  sesuai apa yang disenanginya. Tidak perlu harus sesuai urutan. Tidak apa-apa lapar yang penting bisa nonton konser. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun