Angka Tingkat kelahiran yang terus menurun menjadi konsen banyak negara. Tidak terkecuali  negara kita, Indonesia.  Menyikapi hal tersebut Kepala BKKN RI, Hasto Wardoyo mengeluarkan pernyataan anjuran agar Satu keluarga memiliki satu anak perempuan.  Diharapkan dengan langkah tersebut , regenerasi akan terus berjalan pada masa mendatang.
Trend Penurunan Pertumbuhan Penduduk Dunia
Trend penurunan angka pertumbuhan populasi banyak dihadapi oleh banyak  negara. Terutama negara negara yang  tingkat kesejahteraan sudah cukup bagus. Yang mulai mengalami penurunan cukup tajam di antaranya adalah negara di Asia Timur yaitu  Jepang , Korea dan China .
China sebagai negara dengan penduduk terbesar di dunia, mencapai puncaknya tahun 2022 , setelah itu mulai turun tingkat pertumbuhannya. Diproyeksikan populasi China akan terus turun hingga di bawah 1 miliar sebelum akhir abad ini. Dan negara dengan jumlah penduduk terbanyak akan digantikan India, yang pertumbuhan penduduknya masih cukup tinggi.
Jepang sudah mengalami penurunan jumlah penduduk sejak satu setengah dekade yang lalu. Puncak tertinggi jumlah penduduk Jepang sudah tercapai pada tahun 2008. Setelah itu, jumlah penduduk Jepang menurun secara bertahap.
Korea Selatan juga mengalami krisis kependudukan yang sama dengan di dua negara tetangganya tersebut . Dengan tingkat kesuburan yang terus menurun dan menjadi yang terendah di dunia. Rata-rata jumlah kelahiran per perempuan di Korea Selatan turun  jauh di bawah angka  yang dibutuhkan untuk menjaga populasi yang stabil.
Dampak Adanya Penurunan Pertumbuhan Penduduk
Penurunan jumlah pertumbuhan akan mengakibatkan dampak atau efek yang signifikan  terutama dalam bidang ekonomi. Salah satu dampak paling langsung adalah penurunan jumlah angkatan kerja di masa depan. Ketika lebih sedikit bayi lahir, maka beberapa dekade kemudian, akan ada lebih sedikit individu yang memasuki pasar kerja.
Selain itu, penurunan angka kelahiran dapat menyebabkan peningkatan beban pada sistem kesejahteraan sosial. Dengan lebih sedikit pekerja muda yang membayar pajak, akan semakin sulit untuk mendanai pensiun dan perawatan kesehatan bagi populasi yang menua.
Lebih lanjut, penurunan angka kelahiran juga dapat mengurangi konsumsi domestik. Ekonomi yang bergantung pada konsumsi dalam negeri akan merasakan dampaknya karena lebih sedikit orang yang membeli barang dan jasa.
Perasaan Tidak Cukup Pengerem  Pertumbuhan Populasi
Banyak factor yang menyebabkan pertumbuhan penduduk mengalami penurunan. Ada yang menyebutkan akibat terjadinya resesi seks. Namun penyebab yang paling mendasar  adalah perasaan tidak cukup. Atau merasa tidak cukup untuk mencukupi kebutuhan khususnya di masa depan bagi anak-anaknya.
Perasaan tidak cukup atau khawatir tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup telah menjadi faktor utama yang menyebabkan pertumbuhan populasi dunia menurun.Â
Di banyak negara, biaya hidup yang tinggi, terutama untuk pendidikan, kesehatan, dan perumahan, membuat pasangan muda enggan memiliki banyak anak. Mereka merasa beban finansial untuk membesarkan anak terlalu berat sehingga memilih untuk menunda atau membatasi jumlah anak. Kekhawatiran ini sering kali diperkuat oleh kondisi ekonomi yang tidak stabil dan ketidakpastian masa depan.
Bahkan dengan tingginya tekanan ekonomi , yang memunculkan perasaan tidak cukup , tidak sekedar membuat generasi muda menunda menikah, atau memiliki anak . Tidak sedikit yang justru memilih untuk hidup sendiri , focus mengejar karir setinggi tingginya. Muncullah lonely generation. Yang menganggap menyenangkan diri sendiri lebih utama, daripada mengambil resiko berkeluarga dan memiliki anak.
Perasaan tidak cukup adalah  energi terbesar penggerak tumbuh atau turunnya pertumbuhan populasi. Suatu saat perasaan tidak merasa cukup dapat menjadi energi untuk menggerakkan manusia untuk beraktifiats, bekerja, berkarya untuk memenuhi apa yang dibutuhkan . Kebutuhan akan kejayaan. Alias Glori.
Perasaan tidak cukup juga  yang mendorong  bangsa-bangsa  Eropa menjelajah dunia untuk mendapatkan kekayaan lebih dari yang dimiliki jika hanya berfokus di Eropa saja. Perasaan tidak cukup juga yang menggerakan perusahan-perusahaan kelas dunia berekspansi dan mengembangkan bisnis ke banyak negara. Mereka buka cabang cabang perusahaan di negara-negara  di benua Asia, Afrika hingga Amerika Latin.
Namun , ternyata  keinginan untuk memenuhi perasaan tidak cukup itu tidak berhenti ketika apa yang mereka harapkan tentang kekayaan , harta dan pengetahuan mereka dapatkan. Kekayaan , dan pengetahuan yang luas yang mereka miliki , justru membawa umat manusia menuju perasaan tidak cukup yang baru lagi.
Meski kekayaan sudah bertumpuk , tetap saja perasaan tidak cukup datang membayangi. Pengetahuan yang luas bukannya membuat manusia makin tenag  justru bertambah khawatir akan masa depan.
Di lain waktu perasaan tidak cukup menjadi penghambat orang ketika akan  melangkah atau membuat keputusan . Khawatir apa yang sudah dimiliki nanti berkurang, sehingga akan memgakibatkan permasalahan baru.
Perasaan tidak cukup atau khawatir tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup telah menjadi faktor utama yang menyebabkan pertumbuhan populasi dunia menurun.Â
Di banyak negara, biaya hidup yang tinggi, terutama untuk pendidikan, kesehatan, dan perumahan, membuat pasangan muda enggan memiliki banyak anak. Mereka merasa beban finansial untuk membesarkan anak terlalu berat sehingga memilih untuk menunda atau membatasi jumlah anak. Kekhawatiran ini sering kali diperkuat oleh kondisi ekonomi yang tidak stabil dan ketidakpastian masa depan.
Perasaan tidak cukup atau khawatir tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup merupakan faktor utama yang menyebabkan pertumbuhan populasi dunia menurun. Di banyak negara maju dan berkembang, biaya hidup yang tinggi menjadi kendala besar.Â
Misalnya, biaya pendidikan dan kesehatan yang mahal membuat pasangan muda enggan memiliki banyak anak.Â
Mereka takut tidak bisa memberikan kehidupan yang layak bagi anak-anak mereka. Contoh nyata adalah Jepang dan Korea Selatan, di mana biaya membesarkan anak sangat tinggi, sehingga banyak pasangan memilih untuk memiliki hanya satu anak atau bahkan tidak memiliki anak sama sekali.
Jalan Keluar menjaga Keseimbangan Pertumbuhan Populasi
Kesimpulannya terdapat pada sudut pandang orang tentang arti atau defisini cukup. Pengertian cukup harus ditempatkan pada posisi yang tepat. Cukup adalah cara pandang terhadap sesuatu. Dan cukup itu  bersifat relatip.  Satu orang dengan  orang lainnya memiliki standar atau definisi tentang cukup berbeda.
Semakin tenang pikiran  seseorang akan memiliki level perasaan cukup makin tinggi. Dan perasaan cukup ternyata memiliki keterkaitan dengan  keyakinan beragama.Â
Dalam istilah agaam islam, Merasa cukup disebut sebagai sifat Qanaah. Ketaatan beragama yang cukup baik akan membuat standard akan cukup menjadi rendah secara nominal. Â
Sebaliknya bila pikiran rasional ilmiahnya semakin mendominasi maka cukup memiliki  batasan nominal yang makin besar. Karena cukup adalah sikap kita terhadap apa yang sudah kita raih dan apa yang belum dapat kita raih yang terkait dengan keyakinan kita akan masa depan. Sesuatu yang belum pasti.
Dan orang yang memiliki keyakinan Beragama dan ber-Tuhan yang baik yang akan memiliki pandangan lebih positip tentang masa depan. Kabar buruknya justru semakin tinggi tingkat ekonomi, pendidikan dan luasnya wawasan justru  membuat orang makin khawatir dengan masa depannya. Sampai-sampai  untuk membuat Keputusan berkeluarga, dan memiliki anak pun mereka gamang , khawatir.Â
Akhirnya mereka cenderung lebih memilih sebagai "lonely people", sebagaimana yang dihadapi bangsa bangsa di Asia tImur seperti China, Jepang dan Korea. Berkebalikan dengan bangsa bangsa  berkembang di Asia dan Afrika yang Tingkat kelahirannya tinggi meski tingkat ekonomi dan tingkat pendidikannya lebih rendah.
Perasaan cukup yang dilandasi keyakinan beragama dan ber-Tuhan lah yang membuat pasangan berani memutuskan menikah dan memiliki anak. Tanpa itu masih banyak generasi muda yang masih khawatir akan masa depan dirinya  dan anaknya.Â
Meski negara telah meluncurkan banyak program untuk menjaga keseimbangan  kelangsungan generasi seperti yang sudah dilakukan bangsa-bangsa  Asia Timur yaitu  China, Jepang Korea. Namun belum membuahkan hasil seperti yang diharapkan oleh negara- negara tersebut. Bahkan jumlah penduduknya tetap mengalami penurunan yang cukup siknifikan. Karena perasaan tidak cukup atau khawatir, masih menghantui warganya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H