Mohon tunggu...
Adi Triyanto
Adi Triyanto Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Sebuah Perusahaan swasta Di Tambun- Bekasi-Jawa Barat

Lahir Di Sleman Yogyakarta Bekerja dan tinggal Di Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Diary

Gerbong Neraka Kereta Jatinegara- Solo Mei 1998 (Part 2)

25 Mei 2024   08:42 Diperbarui: 25 Mei 2024   08:47 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Dari pembicaraan mereka , ada ibu-ibu pedagang jamu. Ada pedagang telor asin . Ada buruh yang diliburkan. Ada juga pensiunan tentara yang hendak pulang ke kampungnya di Jawa Tengah. Dan ada juga bapak bapak seorang Guru dari Solo yang habis menengok anaknya yang sedang kuliah di Jakarta. Dia memastikan bahwa kondisi anaknya baik baik saja. Namun di perjalanan itu juga, Bapak itu dan para penumpang mendengar ada berita bahwa di Solo sedang terjadi kerusuhan juga ada aksi pembakaran . Yang mendekati ke daerah pemukiman bekas Menteri penerangan Bapak Harmoko. Bapak Guru itupun menjadi lemas tubuhnya. Karena dia membayangkan kondisi di kampung halamannya yang ikut menjadi korban kerusuhan. Padahal sebelumnya saat ditinggal pergi masih aman dan damai.

Horor di Atap Kereta

Kondisi penumpang yang penuh sesak, berdiri berhimpitan, menahan hasrat untuk ke kamar kecil, ternyata masih belum cukup. Ketika hampir semua penumpang , terfokus untuk usaha bertahan agar sampai ke tujuan, dari tempat duduk penumpang dekat jendela tiba-tiba terdengar suara . "Jangan, jangan. Jangan ditarik . Ini jacket ku". Suara perempuan muda itu mengejutkan banyak penumpang . Merekapun segera menoleh ke arah asal suara itu. Terlihat seorang perempuan muda itu masih tarik menarik jacket dengan seseorang di atap gerbong kereta. Namun tarikan perempuan muda itu kalah kuat dan dia harus merelakan jacket kesayangannya itu diambil orang. Penumpang lain pun tidak bisa berbuat banyak. Kecuali berteriak. Kejadiannya begitu cepat . Ruangan yang penuh sesak menjadi penghalang untuk bangkit dan mengejarnya..

Peristiwa itu memunculkan pikiran liar dalam kepala Anto. Keadaan yang sedang kacau , orang orang susah dikendalikan menjadi pemantik pikiran liarnya . Jangan jangan kereta ini disabotase. Suasana malam yang gelap dan kondisi yang tegang, membawa lamunan Anto dalam visualisasi salah satu adegan film Lebak Membara. Yang mengisahkan perjalanan kereta dari Lebak Banten menuju Jakarta. Yang dibintangi aktor laga George Rudy.

Namun bayangan pikiran Anto tidak menjadi nyata. Setelah kejadian sabotase jacket itu tidak disusul kejadian lain yang lebih heboh. Suasana kembali tenang. Kereta tetap melaju ke arah Timur tanpa gangguan. Kejadian itu hanya ulah sekelompok orang yang berusaha mencari keuntungan pribadi saja.

Yang membuat Anto dan temannnya agak tenang adalah bahwa di gerbong itu ada seorang pensiunan tentara. Meski hanya pensiunan , namun sudah memberikan dampak keadaan di gerbong menjadi lebih aman dalam suasana yang masih diliputi suasana kerusuhan.

Kereta kini mulai masuk ke daerah Jawa Tengah. Namun penumpang seperti tidak jua berkurang. Hingga sampai ke beberapa stasiun awal di daerah jawa Tengah pun para penumpang masih harus berjuang untuk bertahan di posisinya seperti ketika baru berangkat dari Jakarta. Anto yang memiliki fisik yang lebih bagus di banding teman temannya terlihat masih sanggup bertahan. Lain halnya dengan ketiga temannya yang berasal dari Wonosobo. Ketiga temannya itu perawakannya kecil. Mereka terlihat sangat tersiksa selama perjalanan . Apalagi yang umurnya masih muda sekali, baru lulus sekolah menengah. Makanya temannya itu menjadi karyawan termuda di perusahaan, masih 17 tahun kurang beberapa hari ketika masuk kerja.

Karena sudah tidak tahan lagi, ketiga teman Anto akhirnya turun di stasiun Purwokerto. Mereka terlihat lemas. Dan kalau dipaksa ke turun ke stasiun Kutoarjo, bisa bisa pingsan di kereta . Meski waktu masih tengah malam, mereka turun, agar bisa segera beristirahat. Menghirup udara segar. Dan besok paginya berangkat ke Wonosobo dengan kendaran bus trayek pertama.

Dan ternyata penumpang yang turun di Purwokerto juga hanya sedikit, sepertinya memang mayoritas penumpang adalah tujuan Solo. Dengan tiga temannya turun , Anto dan satu temannnya lagi terasa lebih nyaman posisi berdirinya. Mereka berduapun berjuang bertahan menuju tujuan sebagaimana rencana awal berangkat yaitu Anto turun di stasiun Tugu dan temannya yang satu lagi turun di stasiun Kutoarjo.

Kereta terus bergerak ke timur. Kini telah memasuki stasiun Kutoarjo. Di sini teman Anto yang berasal dari daerah Magelang turun. Meski orang ini juga fisiknya tidak terlalu kuat, tapi memaksakan diri turun di stasiun Kutoarjo. Karena kalau turun di stasiun Purwokerto takut , karena masih dini hari dan tidak hafal dengar jalur kendaraan sambungannya ke Magelang.

Akhirnya, jam lima kurang kereta mulai masuk ke stasiun Tugu, Yogyakarta. . Anto merasa tenang karena penderitaan segera berakhir. Dan bisa segera melepas keletihan. Begitu kereta berhenti sempurna, Anto segera bergegas menuju pintu keluar dan turun bersama beberapa penumpang yang lain. Setelah turun dari kereta dia segera mencari tempat yang agak nyaman dan dia pun menyandarkan tubuhnya di sebuah tiang . Meluruskan kakinya yang terlihat bengkak di lantai ruangan yang agak lega itu. Dia ingin melepaskan rasa lelahnya sepuasnya. Sambil menunggu bus kota yang memulai jalur trayeknya untuk pertam kali. Dan dilihatnya kereta jurusan Solo itu pun kembali berjalan melanjukan ke tujuan akhir stasiun Balapan di Solo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun