Mohon tunggu...
Adi Triyanto
Adi Triyanto Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Sebuah Perusahaan swasta Di Tambun- Bekasi-Jawa Barat

Lahir Di Sleman Yogyakarta Bekerja dan tinggal Di Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Penerbangan Haji dan Mimpi Terbang Abbas Bin Firmas

21 April 2024   07:13 Diperbarui: 21 April 2024   07:30 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah membayangkan pergi menunaikan ibadah  haji tanpa menggunakan pesawat terbang ? Saat ini, tentu itu hal yang sulit. Jangankan untuk negara negara yang jaraknya jauh dari tanah Suci di negeri Arab , seperti negeri kita, Indonesia. Negara-negara yang  berada di sekitar  Arab Saudi saja , banyak yang menggunakan pesawat terbang. Tentu karena kecepatan dan kemudahannya.

Jumlah jamaah haji yang begitu banyak dan datang dari berbagai negara membutuhkan armada yang cepat dan efisien. Pesawat terbang menjadi jawaban paling tepat  sekaligus pilihan terbaik. Dapat memangkas jarak dan waktu  menjadi lebih pendek dan cepat. Ini paling sesuai dengan tuntutan  kesibukan manusia yang makin padat.

Tidak terbayangkan jika menuaikan haji ke tanah suci harus menggunakan jalur laut ataupun jalur darat. Waktu yang dibutuhkan sangat lama, dan harus menempuh medan perjalanan yang berat dan banyak resiko. Itu semua tentu  membutuhkan daya tahan fisik yang lebih kuat bagi para calon jamaah haji atau umrah . Padahal dari calon jammaah calon haji yang ada di list daftar pemberangkatan justru mayoritas dari kelompok usia yang sudah tua. Alias kelompok manula.

Maka penemuan pesawat terbang menjadi hal yang patut disyukuri. Kemajuan teknologi di bidang pesawat terbang telah mampu membuat pesawat berukuran besar dan berbadan lebar yang mampu mengangkut penumpang cukup banyak sehingga mampu memenuhi tuntutan kebutuhan jumlah penerbangan jemaah haji yang makin banyak jumlah antriannya.

Begitu pentingnya pesawat terbang untuk memperlancar proses menunaikan  ibadah haji ini, namun ummat islam mungkin tidak banyak mengetahui orang yang berjasa bagi lahirnya pesawat terbang. Jangankan perintis  pertama kali manusia terbang dari ummat islam  , yang dikenal sebagai penemu pesawat terbang modern pun banyak yang tidak tahu.

Dalam dalil hukum ada kaidah sesuatu yang wajib dilaksanakan maka syarat terlaksananya kewajiban itu menjadi wajib. Menunaikan ibadah haji itu hukum wajib bagi yang sudah memiliki kemampuan. Jika menuaikan haji menjadi wajib maka prasyarat agar haji dapat dilaksanakan menjadi wajib dipenuhi juga. Dan syarat bisa melakukan haji bagi yang umat muslim yang jaraknya jauh dari tanah suci tentu adalah alat transportasi.

Seharusnya ummat islam sebagai umat yang memiliki konsep ini  menjadi pihak yang lebih punya tanggung jawab untuk menemukan mode alat transportasi . Ummat islam menjadi pihak terdepan untuk memikirkan terwujudnya sarana ini, demi menunjang kelancaran proses beribadah.

Ini serupa dengan yang dicontohkan nabi mengenai kebersihan. Kebersihan adalah sebagian daripada iman. Dan terkait kebersihan gigi yang sangat penting, Nabi pun sudah menganjurkan untuk bersiwak. Suatu alat kebersihan gigi yang cukup canggih untuk waktu itu. Yang berasal dari dahan atau akar pohon Salvadora Persica. Nabi tidak hanya menganjurkan tentang kebersihan namun juga bagaimana mewujudkan dalam bentuk nyata kesehariannya dengan mengetahui keunggulan batang  siwak untuk menunjang kebersihan gigi dan mulut.

Namun ironisnya ummat islam yang memiliki kaidah hukum itu ,  justru  lebih banyak tertinggal. Kalah dan tertinggal dengan umat non islam yang lebih peduli terhadap pentingnya penemuan alat transportasi, khususnya di bidang teknologi pesawat terbang.

Sejarah memang orang yang melakukan penerbangan pertama menggunakan mesin adalah Wright bersaudara ( Orville Wright dan Wilbur Wright ). Merekalah yang melakukan penerbangan dengan menggunakan pesawat dengan mesin sederhana dan berhasil terbang selama beberapa menit. Namun itu sudah cukup untuk menjadi batu loncatan , bagi perkembangan teknologi pesawat terbang hingga sekarang ini.

Mimpi  manusia  bisa terbang sebenarnya sudah dimulai dari abad 9. Dan orang itu ternyata adalah Abbas bin Firmas.  Seorang ilmuwan muslim, yang di dunia barat juga dikenal sebagai Armen Firman. . Abbas melakukan uji penerbangan pertama dari puncak masjid Cordoba. Masjid simbol kejayaan dan kemajuan bangsa muslim di Eropa.

Ini sekaligus  menunjukkan bahwa Leornado da Vinci yang lahir tahun 1452, bukan ilmuwan pertama yang memikirkan cara manusia bisa terbang. Jauh sebelumnya, ada sosok lain yang telah muncul dengan ide gilanya: Dialah  Abbas Ibn Firnas, Ternyata , Leonardo Da Vinci pun  terinspirasi dari gagasan Abbas Ibn Firnas saat merancang pembuatan sekrup udara (giroskop udara)

Tidak tahu pasti, apakah mimpi Abbas  bin Firmas, berusaha mewujudkan manusia bisa terbang sebagai visi jauh ke depan tentang pentingnya kemampuan terbang untuk memangkas jarak. Apalagi dikaitkan dengan perkembangan jauh ke saat ini dimana kemampuan manusia terbang,yang terwujud dalam bentuk pesawat terbang,  menjadi salah satu solusi untuk menunjang umat muslim menunaikan  rukun islam kelima. Jarak yang membentang jauh antara tanah Andalusia di Spanyol  ke tanah suci, apakah menjadi salah satu motivasi atau impiannya ? Ataukah murni berdasar kemampuan keilmuannya dalam mengamati ayat-ayat kauniyah , yang mengajarkan pentingnya memperhatikan alam semesta.

Salah satu penemuan Abbas Ibn Firnas yang diakui oleh dunia Barat adalah sekrup udara (giroskop udara) sebagai alat uji coba untuk terbang. Akan tetapi, penemuan terkait hal ini tidak berjalan mudah. Abbas Ibn Firnas harus melalui berbagai tahap sehingga dapat terbang di udara layaknya seekor burung.

Penemuan ini dimulai dengan percobaan gila Abbas Ibn Firnas yang mendambakan manusia bisa terbang. Ia melompat dari menara Masjid Agung Cordoba pada 852 M.

"Tahun 852, ia (Abbas Ibn Firnas) melompat dari menara masjid dengan jubah besar. Beberapa orang menganggapnya sebagai parasut pertama," tulis John Hill dalam buku Vibrant Andalusia: The Spice of Life in Southern Spain (2007) karya Ana Ruiz.

Akan tetapi, percobaan pertama Abbas Ibn Firnas kurang berhasil. Dikutip dari Day of the Flyubg Fox: The True Story of World II Pilot Charley Fox oleh Steve Pitt (2008), percobaan gila itu membuat ia mengalami luka di sana-sini, beruntung nyawanya masih bisa selamat.

Tidak berhenti sampai di situ, Abbas Ibn Firnas kemudian membuat "mesin" terbang layaknya sayap burung dari kerangka kayu (glider). Alat ini dibuatnya berdasarkan pengamatan terhadap burung-burung.

"Pada 875, ketika berumur 65 tahun, Abbas Ibn Firnas lepas landas dari sebuah bukit kecil dekat Cordoba dengan mengendalikan secara sederhana glider bersayap yang melayang beberapa ratus meter sebelum berbalik ke tempat peluncurannya untuk mendarat di mana kemudian ia terjungkal," urai John Hill.

Referensi lain menyebutkan, Abbas Ibn Firnas melakukan percobaan penerbangan keduanya itu pada umur 70 tahun. Mesin yang ia gunakan disebut terbuat dari sutera dan bulu elang.

Percobaan penerbangan kedua Abbas Ibn Firnas mengalami peningkatan, namun ia terjungkal ketika akan melakukan pendaratan. Abbas Ibn Firnas sadar bila dirinya melupakan hal penting dari seekor burung, yakni ekor.

Penambahan ekor ini membuat Abbas Ibn Firnas lebih mudah mengendalikan glider terbangnya sekaligus saat pendaratan. Abbas Ibn Firnas juga memperbaiki bentuk parasutnya sehingga dapat mengurangi kecepatan jatuh.

Penemuan Abbas ini yang nantinya menyebar jauh ke masa-masa berikutnya, termasuk menginspirasi Leonardo da Vinci. Nantinya, Orville Wright dan Wilbur Wright atau Wright Bersaudara berhasil menerbangkan pesawat untuk pertama kalinya pada 1903 di Amerika Serikat.

Abbas Ibnu Firnas meninggal dunia tahun 887 Masehi. Sumbangsih, karya, dan penemuannya menjadi salah satu bukti bahwa Islam pernah menghasilkan tokoh-tokoh jenius yang turut mempengaruhi perjalanan peradaban dunia.

Kita saat ini merindukan kembali jaman keemasan ilmuwan muslim yang menjadi bagian penting sejarah peradaban maju manusia. Umat islam sudah mendapatkan petunjuk dan clue untuk kemajuan peradaban manusia, tinggal kita mau atau mampu tidak mengerahkan segala kemampuan yang sudah dianugerahkan Tuhan untuk mewujudkan itu. Khususnya kemajuan peradaban yang mendukung kelancaran bagi tertunaikannya kewajiban -kewajiban bergama. Atau tetap nyaman menjadi penikmat kemajuan teknologi dari ilmuwan barat.

Semua dikembalikan lagi kepada seluruh umat islam untuk menentukannya. Bila ummat islam sungguh mendasarkan ajaran alquran, maka kemajuan dan kejayaan peradaban akan dapat diraih. Sementara bila ummat islam hanya menggangap ajaran alquran hanya dijadikan ajaran untuk mencapai surga maka ummat islam akan tetap nyaman sebagai penikmat kemajuan yang dicapai para ilmuwan non muslim.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun