Kata "demokrasi" berasal dari bahasa Yunani kuno, terdiri dari dua kata: "demos" yang berarti "rakyat" atau "penduduk" dan "kratos" yang berarti "kekuasaan" atau "pemerintahan". Jadi, secara harfiah, "demokrasi" berarti "kekuasaan rakyat" atau "pemerintahan oleh rakyat".
Itulah definisi demokrasi  yang penulis  ketahui semenjak kelas Empat Sekolah Dasar melalui pelajaran Pendidikan Moral Pancasila. Definisi yang mudah dipahami dan dimengerti. Dan sangat sederhana. Beda jaman sekarang yang jadi rumit karena banyaknya orang pintar yang membuat definisi menjadi lebih mengawang-ngawang dan menjadi lebih sulit diwujudkan.
Dengan definisi atau pengertian seperti itu , maka bisa dikatakan demokrasi adalah sistem terbaik yang telah dilahirkan sepanjang sejarah umat manusia. Demokrasi memberikan ruang begitu luas untuk tersalurkannya suara atau kehendak rakyat. Apa yang dikehendaki rakyat itu pula yang akan menjadi pemimpin .
Beda dengan kerajaan dimana rakyat tidak mempunyai kuasa menentukan pemimpinnya. Semua sudah turun menurun ikut garis keturunan raja. Ketika kebetulan yang dilantik dari seorang putra mahkota yang adil dan bijaksana maka , rakyat bahagia. Sebaliknya bila kebetulan sang putra mahkota , sang pewaris tahta, tidak adil, semena- mana, maka rakyat harus siap- siap menderita.
Hal yang sama juga terjadi dengan sistem kekaisaran. Rakyat juga tak bisa memilih pemimpinnya. Ketika pengganti sang kaisar baik, maka harus diterima. Sebaliknya juga bila pengganti sang kaisar lalim, rakyat juga tidak dapat menolaknya.
Dengan sistem demokrasi yang baik tentu diharapkan akan muncul juga sosok sosok pemimpin yang ideal atau terbaik dari masyarakat. Pemimpin yang gilirannya akan mampu melahirkan masyarakat yang dicita citakan . Lalu apakah realitas di lapangan terwujud seperti itu ?
Demokrasi Substansi Dan Pemimpin terbaik
Demokrasi yang dijalankan dengan baik dari segi substansi dan prosedurnya seharusnya menghasilkan pemimpin terbaik. Pemimpin yang ideal. Karena pemimpin dalam sistem pemerintahan demokrasi berasal dari suara rakyat. Suara rakyat yang mewakili suara Tuhan. Vox populi Vox Dei .
Suara rakyat suara Tuhan , adalah suara rakyat yang semua perbuatan dan tingkah lakunya dibimbing oleh petunjuk petunjuk Tuhan yang diberikan melalui nilai nilai agama atau bisikan hati nurani terdalam.
Rakyat yang diibaratkan suara Tuhan adalah rakyat yang dalam dirinya mengembangkan sifat --sifat luhur dan mulia. Berpegang teguh kepada ajaran ajaran kebaikan yang bersumber dari ajaran kitab suci . Rakyat yang memiliki sifat kejujuran, dalam menyuarakan hati nurani. Rakyat yang dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Rakyat yang selalu berusaha untuk mengembangkan kebaikan untuk sesama ummat manusia untuk dalam jangka panjang. Bukan untuk kepentingan sempit dan jangka pendek.
Rakyat yang dikatakan suara Tuhan juga rakyat yang berpegang teguh pada prinsip prinsip siapa saja yang terbaik yang berhak menempati posisi tertinggi. Kebaikan yang disadarkan kepada capain capaian yang telah ditunjukkan. Apa saja presatasi yang sudah diraih. Sumbangan apa yang telah diberikan. Dan perbuatan perbuatan mulia apa yang telah dilakukan.
Rakyat yang mewakili suara Tuhan juga menyuarakan rakyat yang bersifat obyektif. Menilai sesuatu berdasarkan data dan fakta. Bukan berdasarkan kepentingan diri yang didasarkan kepada sifat suka dan tidak suka. Perasaan cocok dan tidak cocok. Tidak berdasarkan apa yang menguntungkan atau merugikan . Namun berdasarkan pikiran yang bersih dan kritis.
Demokrasi yang rakyatnya memegang teguh nilai-nilai apa yang disebut sebagai suara Tuhan inilah , demokrasi yang akan menjamin terlahirnya pemimpin ideal, Pemimpin terbaik.
Suara Tuhan , kalau di negeri ini terwujud dalam bentuk nilai nilai Pancasila dan juga UUD 1945. Dua sumber nilai inilah yang harus dijadikan runutan, karena keduanya merupakan nilai nilai yang telah diambil dari nilai luhur bangsa ini dan akan menjadi pondasi yang kuat bagi tetap tegaknya negeri tercinta ini.
Dan bila pelaksanaan sistem demokrasi negeri ini berjalan denga baik , tujuan bernegara yang menjadi cita cita luhur para pendiri bangsa ini , sebagaimana termaktub dalam pembukaan UUD 1945, akan tercapai.
Demokrasi Prosedural dan Pemimpin Tidak Ideal
Jika demokrasi diisi rakyat yang menyuarakan suara Tuhan menghasilkan pemimpin terbaik, sebaliknya jika demokrasi berasal dari suara yang bukan suara Tuhan maka, akan menghasilkan pemimpin yang buruk. Inilah jenis demokrasi yang mengutamakan prosedur saja. Alias Demokrasi prosedural.
Jika suara Tuhan , mengedepankan hal hal yang baik untuk semua umat manusia, maka suara rakyat bukan suara Tuhan akan mengedepankan suara kepentingan sempit satu kelompok atau sebagian orang saja. Kepentingan rakyat terabaikan.
Demokrasi dari rakyat yang bukan suara Tuhan akan mengedepankan usaha untuk membawa suara suara yang bermuara kepada kepentingan untuk melindungi kekuasaaan. Melanggengkan kekuasasaan. Mereka tidak ingin kekuasaanya berganti atau berpindah tangan. Kekuasaan harus berada dalam genggamanya selama mungkin. Bahkan kalau bisa dapat diwariskan kepada anak cucunya. Turun temurun.
Demokrasi yang bukan suara Tuhan juga , dimanfaatkan pihak-pihak tertentu untuk mengakumulasi kekayaaan. Kekayaan sebisa mungkin berlipat sebanyak banyaknya. Tak peduli yang lain kesusahan yang penting kekayaan tetap dalam genggaman tangan. Ini terwujud dalam sekolompok kecil orang kaya yang menguasai mayoritas perekonomian. Sementara kelompok miskin yang mayoritas hanya menikmati sisa dari kue ekonomi nasional yang melimpah.
Berikutnya demokrasi bukan dari suara Tuhan, juga akan berusaha untuk melindungi tindak kejahatan yang dilakukan dengan terus memperpanjang kekuasaan agar rahasianya tidak terbongkar. Tindakan tindakan kejahatan yang merugikan rakyat sebisa mungkin ditutupi. Biarlah yang kelihatan hal-hal yang baiknya saja. Kebaikan kebaikan yang sebenarnya hanya untuk menutupi kejahatan yang sudah dilakukan yang sebenarnya lebih besar.
Demokrasi yang dijalankan -prosedural tanpa substansi juga memberikan celah terciptanya kondisi agar yang ideal tidak terlihat atau mengkamoflase. Sementara yang tidak ideal tetap terlihat menarik untuk dipilih karena pemberian berbagai fasilitas kenikmatan sesaat kepada rakyat. Ini biasanya melibatkan fasilitas dan aparat negara. Karena harus dilakukan secara terstruktur, sistematis dan massive.
Usaha usaha demokrasi yang hanya mengejar demokrasi prosedural, sebenarnya tidak apa apa, menjadi suatu proses yang wajar. Sebagai bunga-bunganya demokrasi. Namun dengan catatan pihak yang berjuang dan concern untuk demokrasi yang substansial harus tetap bersuara. Bukan diam dan tak peduli. Karena nilai yang baik harus diperjuangkan bukan datang dengan sendirinya.
Sebenarnya bukan karena penganut demokrasi prosedural yang lebih dominan ketika akhirnya mereka memenangkan dalam pemilihan pemimpin suatu negara, namun disebabkan orang-orang baik yang memperjuangkan nilai nilai luhur suara rakyat suara Tuhan tidak bergerak dan berjuang demi tegaknya sistem demokrasi yang sebenarnya. Dan demokrasi yang seperti inilah yang banyak dipraktekkan  negara=negara  di dunia. Pertanyannya sekarang , apakah negara kita termasuk di dalamnya ?
Bagaimanapaun juga, Demokrasi harus diakui adalah sistem terbaik untuk menentukan seorang pemimpin, dimana suara atau kehendak rakyat terakomodir dengan baik. Namun disaat yang sama demokrasi belum bisa menjamin terlahirnya pemimpin terbaik, karena dengan sistem penentuan keputusan berdasarkan suara terbanyak memungkinkan lahirnya pemimpin dengan suara terbanyak lewat sebuah proses manipulasi dan pengkondisian suara pemilih sesuai tujuan atau kepentingan tertentu .
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI