Rakyat yang mewakili suara Tuhan juga menyuarakan rakyat yang bersifat obyektif. Menilai sesuatu berdasarkan data dan fakta. Bukan berdasarkan kepentingan diri yang didasarkan kepada sifat suka dan tidak suka. Perasaan cocok dan tidak cocok. Tidak berdasarkan apa yang menguntungkan atau merugikan . Namun berdasarkan pikiran yang bersih dan kritis.
Demokrasi yang rakyatnya memegang teguh nilai-nilai apa yang disebut sebagai suara Tuhan inilah , demokrasi yang akan menjamin terlahirnya pemimpin ideal, Pemimpin terbaik.
Suara Tuhan , kalau di negeri ini terwujud dalam bentuk nilai nilai Pancasila dan juga UUD 1945. Dua sumber nilai inilah yang harus dijadikan runutan, karena keduanya merupakan nilai nilai yang telah diambil dari nilai luhur bangsa ini dan akan menjadi pondasi yang kuat bagi tetap tegaknya negeri tercinta ini.
Dan bila pelaksanaan sistem demokrasi negeri ini berjalan denga baik , tujuan bernegara yang menjadi cita cita luhur para pendiri bangsa ini , sebagaimana termaktub dalam pembukaan UUD 1945, akan tercapai.
Demokrasi Prosedural dan Pemimpin Tidak Ideal
Jika demokrasi diisi rakyat yang menyuarakan suara Tuhan menghasilkan pemimpin terbaik, sebaliknya jika demokrasi berasal dari suara yang bukan suara Tuhan maka, akan menghasilkan pemimpin yang buruk. Inilah jenis demokrasi yang mengutamakan prosedur saja. Alias Demokrasi prosedural.
Jika suara Tuhan , mengedepankan hal hal yang baik untuk semua umat manusia, maka suara rakyat bukan suara Tuhan akan mengedepankan suara kepentingan sempit satu kelompok atau sebagian orang saja. Kepentingan rakyat terabaikan.
Demokrasi dari rakyat yang bukan suara Tuhan akan mengedepankan usaha untuk membawa suara suara yang bermuara kepada kepentingan untuk melindungi kekuasaaan. Melanggengkan kekuasasaan. Mereka tidak ingin kekuasaanya berganti atau berpindah tangan. Kekuasaan harus berada dalam genggamanya selama mungkin. Bahkan kalau bisa dapat diwariskan kepada anak cucunya. Turun temurun.
Demokrasi yang bukan suara Tuhan juga , dimanfaatkan pihak-pihak tertentu untuk mengakumulasi kekayaaan. Kekayaan sebisa mungkin berlipat sebanyak banyaknya. Tak peduli yang lain kesusahan yang penting kekayaan tetap dalam genggaman tangan. Ini terwujud dalam sekolompok kecil orang kaya yang menguasai mayoritas perekonomian. Sementara kelompok miskin yang mayoritas hanya menikmati sisa dari kue ekonomi nasional yang melimpah.
Berikutnya demokrasi bukan dari suara Tuhan, juga akan berusaha untuk melindungi tindak kejahatan yang dilakukan dengan terus memperpanjang kekuasaan agar rahasianya tidak terbongkar. Tindakan tindakan kejahatan yang merugikan rakyat sebisa mungkin ditutupi. Biarlah yang kelihatan hal-hal yang baiknya saja. Kebaikan kebaikan yang sebenarnya hanya untuk menutupi kejahatan yang sudah dilakukan yang sebenarnya lebih besar.
Demokrasi yang dijalankan -prosedural tanpa substansi juga memberikan celah terciptanya kondisi agar yang ideal tidak terlihat atau mengkamoflase. Sementara yang tidak ideal tetap terlihat menarik untuk dipilih karena pemberian berbagai fasilitas kenikmatan sesaat kepada rakyat. Ini biasanya melibatkan fasilitas dan aparat negara. Karena harus dilakukan secara terstruktur, sistematis dan massive.