Secara umum, peristiwa Isra Mikraj dan teori lubang cacing menggambarkan keinginan manusia untuk mengejar pengetahuan dan memahami dunia dan alam semesta dengan lebih baik. Kedua hal ini juga memperlihatkan bahwa ada banyak hal yang masih belum diketahui dan dipahami oleh manusia, dan bahwa terdapat potensi untuk menemukan jawaban dan pemahaman yang lebih baik melalui penjelajahan dan penelitian.
Yang menjadi poin utama tentang peristiwa Isra Mikraj adalah perjalanan yang maha jauh dalam waktu yang sangat pendek. Perjalanan Isra dari Masjidil haram di tanah Arab ke masjidil Aqsha di tanah Palestina yang berjarak kurang lebih 1500 kilometer. Kemudian Mikraj dari masjidil Aqsha di Palestina naik ke langit ke tujuh di Sidratul Muntaha.
Jarak Ribuan kilometer , peristiwa Isra dari masjidil Haram ke masjidil Aqsha, masih dapat diperhitungkan secara logika dengan perhitungan kecepatan cahaya . Meski secara pencapaian teknologi manusia belum dapat memujudkan kendaraan yang memiliki kecepatan cahaya, namun secara pemahaman logika , perjalanan ribuan kilometer dalam waktu singkat masih dapat diterima akal. Alias dapat dipahami.
Yang kedua adalah peristiwa Mikraj , perjalanan naik ke langit ke tujuh. Suatu jarak yang belum bisa dibayangkan secara logika. Kecepatan tertinggi kendaraan yang sudah dapat diwujudkan manusia dalam bentuk teknologi adalah pesawat dengan kecepatan suara. Sementara kecepatan tertinggi yang diketahui manusia secara ilmu yaitu kecepatan cahaya, maka langit ke tujuh itu secara hitungan matematis belum bisa dibayangkan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai ke sana. Dan apakah manusia akan mampu membuat pesawat yang dapat bergerak secepat kecepatan cahaya.
Kemungkinannya adalah Nabi menempuh perjalanan itu lewat  jalur terpendek ke Langit ke tujuh. Jika lewat jalur normal , maka perjalanan Mikraj itu belum bisa dibayangkan dengan logika untuk dicapai. Dengan mencari jalan terpendek melalui lubang lubang dalam ruang dan waktu , sebagaimana disebutkan dalam teori lubang cacing Stephen Hawking, maka Kecepatan cahaya sebagai kecepatan tertinggi yang dipahami manusia , akan menggapai langit ke tujuh itu meski tetap membutuhkan waktu yang masih belum dapat dihitung berapa lamanya. Jarak itu hanya menjadi dapat dibayangkan dengan akal manusia. Karena jarak bintang terdekat dari bumi saja, Bintang Alpha Centaury di langit pertama , sudah membutuhkan puluhan tahun dikunjungi dengan teknologi yang saat ini sudah dikuasai manusia . Apalagi untuk menggapai langit ke tujuh, butuh berapa milyar tahun cahaya yang dibutuhkan.
Teori Lubang Cacing tidak serta merta akan membuat peristiwa perjalanan Nabi Muhammad dapat diketahui dan dihitung dengan pasti . Teori ini hanya bisa membantu akal untuk membayangkan . Meski bagi Tuhan tidak harus seperti itu. Tuhan yang serba maha dengan kekuasaan-Nya tidak harus melewati jalur terpendek untuk mewujudkan peristiwa Isra dan Mikraj. Melalui jalur terjauh pun bukan masalah bagi Tuhan. Hanya dengan Teori Lubang Cacing rasa penasaran akal manusia terhadap berita yang dikabarkan Alquran mendapatkan jawaban, untuk sementara waktu . Meski Tuhan bisa membuat sesuatu yang tidak harus tunduk kepada logika manusia.
Banyak berita atau kabar dalam Alquran yang pada awalnya, dianggap tidak mungkin dicapai atau dijelaskan dengan ilmu pengetahuan. Namun dengan perkembangan dan kemajuan sains , kabar atau berita Alquran dapat dikonfirmasi kebenarannya dengan sains. Dan tidak menutup kemungkinan peristiwa Isra dan Mikraj ini juga dapat dibuktikan dengan sains .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H