Mohon tunggu...
Adi Triyanto
Adi Triyanto Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Sebuah Perusahaan swasta Di Tambun- Bekasi-Jawa Barat

Lahir Di Sleman Yogyakarta Bekerja dan tinggal Di Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru Terbaik Itu Bernama Rasa Cinta

15 Juli 2022   05:35 Diperbarui: 15 Juli 2022   05:37 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Albert Einstein , ilmuwan besar di bidang fisika , mungkin tidak akan menemukan  teori relativitas yang fenomenal itu  andai orang tuanya tidak memberinya hadiah ulang tahun berupa kompas. 

Sebuah hadiah ulang tahun yang membuatnya,  penasaran. Bukan tertarik oleh jarum kompasnya yang selalu menunjuk arah utara selatan, tetapi justru : sesuatu"   yang tak terlihat yang mempengaruhi jarum itu selalu menunjuk ke arah tersebut. Sesuatu yang kemudian hari kita kenal sebagai medan magnet. Yang kemudian dikembangkan oleh Einstein menjadi medan gravitasi bumi.

Banyak kisah orang besar lain yang dimulai dari kemampuan orang tua menemukan apa yang paling disukai anak dan mengembangkannya. Ada Charles Darwin si pencetus teori Evolusi, yang berhasil menjadi ilmuwan karena kemampuan orang tuanya mengnali kegemarannya  sejak kecil yang suka mengumpulakn serangga dan binatang. Orang tua Darwin  tidak menyerah  kepada vonis gurunya yang menyatakan Charles Darwin prestasinya buruk di kelas dan  tidak suka belajar di kelas.

Ada lagi kisah Ludwig Van Beethoven. Siapa penikmat musik  yang tak mengenalnya . Beethoven merupakan salahsatu dari komponis terbesar dunia dengan karya nya yang sangat terkenal yaitu simfoni kelima dan kesembilan.  Karena orang tuanya mengenal kesukaan sang anak tentang musik, mereka tak peduli pernyataan gurunya yang menyatakan Beethoven anak yang tidak bisa membuat perhitungan untuk  perkalian dan pembagian.

Ada kesamaan dari para orang tua orang-orang  besar ini yaitu tidak menyerah kepada "vonis" dari sekolah atau guru yang menyatakan bahwa anaknya tidak pandai. Anaknya bodoh dan terbelakang.  Tidak akan mamapu  mengikuti pelajaran seperti anak yang lain yang sekolah klaim sebagai kelompok  anak pandai. 

Dan harus tinggal kelas supaya tidak menghambat anak yang lain. Vonis guru itu tidak membuat mereka patah arang. Justru menjadi pelecut mereka untuk membimbing  dan  mengarahkan sang anak kepada bidang yang paling disukainya.  Bidang yang menjadi dunia dan impiannya.

Apalagi dalam intitusi sekolah ada kemungkinan anak tidak suka terhadap suatu mata pelajaran. selain  karean memang mata peajaran nya tidak disukai bisa juga karena gurunya tidak yang tidak bisa menyampaikan materi pelajarannya secara menarik. 

Pada dasarnya anak anak suka belajar tapi tidak suka diajari. Dan ini yang disampaikan oleh penulis dan pendidik dari Amerika, John Holt dalam bukunya "How children Fail ?" yang menyatakan bahwa sekolah adalah salah satu penyebab anak gagal dalam belajar.

Dan  ternyata anak itu bukannya tidak pandai. Tetapi tidak memiliki cukup minat terhadap apa yang diajarkan oleh gurunya. Dia merasa pelajaran itu tidak menarik baginya. Ada yang jauh mampu menarik perhatiannya.  Sesuatu yang mampu menyita seluruh pikirannya. Sesuatu yang membuatnya selalu penasaran. Sesuatu yang mengetuk rasa ingin tahunya.

Keberhasilan mengenali minat anak dan mengembangkannya ini menjadi hal kunci keberhasilan seorang anak di masa depan. Ini seperti menemukan sumber api dalam diri seorang anak. Dan  ini sesuai dengan pernyataan philosof Yunani ,  Plutarch , bahwa pikiran adalah api . Dan pikiran itu untuk dinyalakan bukan  bejana yang harus diiisi. Dan sumber api itu adalah rasa cinta. Berikan ruang seluas luasnya kepada anak agar ceria dan semangat untuk belajar. 

Maka kesadaran orang tua untuk menemukan cinta anak terhadap sesuatu, itu pekerjaan rumah yang pertama. Kenali sejak dini apa yang paling disukai anak .  Kegagalan mengenalkan anak kepada yang dicintai, sama saja dengan kegagalan untuk mengarahkan masa depan terbaiknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun