Apapun sebabnya  semuanya harus berakhir dengan perpisahan. Dan ketika perpisahan benar benar terjadi maka , akan keluar kata kata indah untuk mengungkapkannya . Kata kata yang terangkai dalan suatu gaya bahasa Dan gaya bahasa  yang pas untuk sebuah  perpisahan karena berakhirnya kisah cinta  adalah gaya bahasa eufemisime. Gaya bahasa  untuk menggantikan kata-kata yang dipandang tabu ataupun dirasa kasar dengan kata-kata yang dianggap pantas atau lebih halus.
Kesan yang sangat menonjol dari gaya bahasa  eufemise adalah merendahkan diri. Mengecilkan arti dan kemampuan yang dimiliki  . Merasa diri tidak pantas. Padahal  intinya satu, ingin berpisah. Ingin mengakhiri hubungan yang sudah terjalin.Yang terwakili dalam sebuah ungkapan,
"Kupikir kau masih mencintaiku, tapi kita tak bisa melepas kenyataan bahwa aku tak cukup untukmu."
Munculnya perasaan memiliki  banyak kelemahan dan keterbatasan dalam diri memunculkan rasa ikhlas untuk merelakan. Dengan tujuan agar kekasih hati dapat mendapatkan kebahagiaan yang lebih dari yang bisa diberikan.
"Kau boleh pergi, mencari yang lebih mampu. Sebab aku sadar diri, membahagiakan diri sendiri pun sangat sulit bagiku, apalagi membahagiakanmu."
Meski kedua gaya bahasa  yang digunakan di awal dan akhir dari  kisah cinta ini berbeda, yang satu mengangkat pasangan dan satunya menurunkan derajat  diri, namun keduanya sama sama tidak mewakili  ukuran atau kuantitas sebenarnya dalam hati. Padahal inti yang dmaiksudkan hanya Ingin mengatakan " Cinta " dan " Putus ". Sesederhana itu. Tetapi menjadi rumit ketika perasaan sudah dilibatkan.
Kedua majas juga  memiliki tujuan  yang sama, yaitu menjaga proses  peralihan perasaan dari cinta ke putus menjadi lebih halus . Tidak mendadak dan tiba tiba. Yang bisa mengakibatkan munculnya goncangan jiwa.  Ini menjadi sebuah keseimbangan ketika sudah diangkat ke langit tinggi , maka jangan langsung diterjunkan  ke dasar  jurang. Semua harus ada proses  yang wajar untuk perpindahannya. Sehingga ketika rasa bahagia harus berakhir, perasaan terlukanya menjadi tidak begitu dalam. Sepertinya dalam cinta juga berlaku hukum inersia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H