Mohon tunggu...
Adi Triyanto
Adi Triyanto Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Sebuah Perusahaan swasta Di Tambun- Bekasi-Jawa Barat

Lahir Di Sleman Yogyakarta Bekerja dan tinggal Di Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar Mengelola Rasa Takut dari Para Penakluk Dunia

12 Juni 2021   06:22 Diperbarui: 12 Juni 2021   06:41 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Takut. Siapa yang tak pernah merasakan takut ? Hampir setiap orang  pernah mengalaminya. Ada takut level biasa  . Takut tidak lulus ujian. Takut tidak mendapatkan pekerjaan. Atau bahkan takut ditolak ketika mengungkapkan perasaan kepada gadis idamannya. Inilah takut milik orang orang biasa.

Ada juga takut level luar biasa . Takut tidak bisa melewati Tanjung Harapan ( Tanjung Harapan Baik ( Cape of Good Hope )  di ujung selatan benua Afrika dan menemukan dunia baru. Takut roket tidak berfungsi dengan baik dan gagal mendarat di bulan. Dan tidak bisa kembali ke bumi lagi. Inilah takut yang dimiliki orang orang besar, para pembuat sejarah. Penakluk dunia. Seperti Christopher Columbus dan Neil Amstrong.

Takut itu wajar. Manusiawi. Yang penting adalah bagaimana  mengelola rasa takut. Takut boleh bersemayam dalam diri. Tetapi jangan sampai diri  dikuasai rasa takut.  Karena rasa takut yang berlebihan akan membuat diri menderita. dalam imajinasi. Terkungkung dalam khayalan. Tersiksa dala pikiran .Padahal kenyataanya baik baik saja. 

Rasa takut bahkan bisa lebih menyandera  daripada luka. Rasa takut juga bisa  membuat kita tidak akrab dengan kegagalan. Dan selalu mengambil jarak. Padahal kegagalan itu berteman akrab dengan keberhasilan. Yang artinya ketika kita akrab dengan kegagalan maka akan dekat juga dengan keberhasilan.

Takut yang berlebihan akan melahirkan ketakutan. Dan bila ketakutan sudah menguasai diri maka jalan keluar yang akan diambil  adalah sembunyi. Mencari tempat yang aman dan tidak terancam. Menghindarkan diri untuk bertemu. Menolak untuk berpapasan. Dan Tidak tergerak untuk melakukan sesuatu. Tetap diam sambil memeluk kaki.

Ketakutan  adalah bayangan ketidaktahuan yang panjang. Semakin kuat rasa takut , semakin luas  area kegelapan yang akan meliputi diri. Semakin banyak hal yang tidak bisa diungkap . Dan terbiarkan menjadi misteri.

Andai rasa takut itu menguasai Christoher Columbus, maka Benua Amerika, yang saat itu dianggap sebagai dunia Baru tidak akan ditemukan. Dan para pelaut tangguh hanya akan menyusuri pantai Barat Afrika kemudian memutar ke Tanjung Harapan, menuju dunia Timur . Seperti yang telah dirintis Bartholomeus Diaz dan Vasco da Gama yang mendarat di  Anak Benua, India.

Andai rasa takut juga menguasai Neil Amstrong, maka langkah kecil seorang anak manusia namun  menjadi langkah besar umat manusia  yang mashur itu  tidak akan pernah ada. Dan penjelajahan ke antariksa untuk  mencari solusi permasalahan umat manusia di Bumi seperti yang dikembangkan oleh Elon Musk dengan Space X  company-nya tidak akan terjadi.

Takut juga merupakan pengetahuan yang tidak lengkap. sebagaimana  dikatakan Agatha Cristy. Takut akan membuat orang untuk tidak meneruskan perjuangan yang melawan apa yang ditakutkan. Ada bagian yang tertinggal dan dibiarkan tidak terungkap. Dan akan berkembang subur menjadi mithos. Seperti mithos adanya makhluk naga rakasasa yang akan menerkam setiap kapal yang berlayar jauh ke samudera lepas . 

Seperti juga kenyataan adanya korban para calon astronot yang meninggal karena gagalnya roket menyelesaikan misi saat latihan peluncuran  karena  fungsi modulnya yang tidak berjalan sebagaimana mestinya, sebelum persiapan final peluncuran Apollo 11.

Tak ada keberanian tanpa adanya ketakutan- Itulah salah satu petikan kalimat daam film legenda dari tanah Tiongkok, Mulan, yang melegenda.. Dan itu tepat adanya. Para penkluk dunia yang gagah berani itu  , mereka bukannya tidak memiliki rasa takut. Rasa takut dan khawatir pasti ada. Tetapi keberanian mereka mengalahkn rasa takutnya. Rasa takut hanya disisakan seperlunya saja. Sebagai pengingat diri agar lebih berhati hati dan penuh perhitungan dalam membuat setiap keputusan

Mereka , para penakluk dunia itu menyadari bahwa arti hidup hanya bisa ditemukan dalam tarian antara keinginan terdalam dan ketakutan terbesar. Dan mereka sudah memahami bahwa keinginan terdalam harus diutamakan. Karena keinginan terdalamlah yang akan menumbuhkan keyakinan dalam diri. Bahwa mereka mampu . Mereka bisa. Mereka yakin tidak akan gagal. Semua masalah yang muncul akan teratasi .

Keyakinan bahwa diri bisa, tidak akan muncul , kecuali dengan pengetahuan yang memadai. Semakin tinggi ilmu yang dikuasai maka akan makin tinggi pula keyakinan di hati . Dan mereka memang orang yang sangat menguasai  di bidang yang mereka geluti. Mereka adalah orang orang terbaik . 

Christopher Columbus adalah seorang pelaut ulung. Dia sangat percaya diri, kalau Raja memberi kepercayaan  dengan memberi armada dan perbekalan  untuk menjelajah ke Timur maka dia akan pulang membawa kejayaan. Dan Colombus membuktikan itu.

Neil Amstrong juga merupakan astronot terbaik. Dengan kemampuan nya di bidang kedirgantaraan dan  semangat untuk untuk menjadi manusia pertama mendarat di bulan sangat  teguh, Kecelakaan yang hampir merenggut nyawanya, dalam penerbangan simulasi pendaratan di bulan setahun sebelumnya, tak membuatnya gentar dan mundur. 

Dia hilangkan semua keraguan dengan terus mengasah kemampauan  makin memperdalam ilmu dan wawasannya. Dan yang paling penting mendasari semuanya, dengan kesadaran  akan kekuatan cinta terhadap keluarga . Dan sebuah semangat yang tumbuh sejak kecil, yang tidak hanya ingin menjadi orang yang mampu menatap langit tetapi menjelajahi langit.

Takut gagal tidak pernah membuat para penakluk dunia berhenti mencoba. Gagal hanya dianggap sebagai alat evaluasi untuk menyempurnakan apa yang masih kurang. Apa yang harus diperbaiki lagi. Tanpa kegagalan semua akan terlihat sudah sempurna . Karena siapa yang  takut gagal, maka dia telah membataskan kemampuannya. Batas kemampuan sejatinya adalah saat kita sudah berhenti mencoba. Dan rasa takutlah pembisiknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun