Mohon tunggu...
Aditia Aditia
Aditia Aditia Mohon Tunggu... Pegawai bpjs ketenagakerjaan - penyuka wisata,

abdi negara

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pasar Tradisional Sebagai Marketplace, Tingkatkan Transaksi Non Tunai Masyarakat

30 Juni 2020   15:09 Diperbarui: 30 Juni 2020   15:56 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada juga yang memanfaatkan layanan dari aplikasi ojek online untuk berbelanja di pasar tradisional.

Dengan konsep digital ini, belanja di pasar tradisional pun bisa dilakukan tanpa harus datang atau bertatap muka. Sangat bermanfaat untuk mengurangi kepadatan pengunjung pasar tradisional.

Cara lain yang mungkin bisa juga diterapkan adalah dengan membuat website ataupun aplikasi setiap pasar tradisional yang ada. Jadi pembeli memiliki pilihan apakah ingin datang langsung, atau hanya berkunjung secara virtual.

Penulis membayangkan bila sistem ini ada di setiap pasar tradisional di daerah penulis, yakni Pekanbaru. Misalnya hari ini penulis ingin berbelanja di Pasar Pagi Arengka. Penulis tidak harus datang ke pasar tersebut, cukup membuka aplikasi atau mengunjungi website Pasar Pagi Arengka, lalu mencari barang belanjaan yang diinginkan di pencarian.

Penulis bisa memilih barang berdasarkan urutan harga maupun nama kios yang ada di pasar tersebut. Jadi pembeli dan pedagang bisa bertransaksi secara virtual, tidak harus bertemu untuk bertransaksi.

Selain itu, penulis bisa leluasa memilih dan membeli barang yang beragam, dari bahan pangan hingga non pangan, persis seperti bila penulis langsung datang ke pasar. Pembayaran bisa dilakukan secara non tunai, maupun tunai saat barang belanjaan tiba.

Demikian juga di lain hari jika penulis ingin berbelanja di Pasar Panam, bisa mengunjungi secara virtual melalui website Pasar Panam dan dengan pengelolaan transaksi digital serupa.

Secara garis besar, konsepnya seperti marketplace yang sudah ada di Indonesia, namun lebih hemat ongkos kirim karena penjual berada dalam satu tempat pasar tradisional, tidak tersebar di berbagai wilayah. Selain itu, barang yang diinginkan pun lebih lengkap seperti layaknya datang langsung ke pasar.

Konsep ini juga sebenarnya sudah diterapkan di supermarket. Tapi dalam sistem digitalisasi pasar tradisional, akan lebih banyak pedagang kecil diuntungkan. Sebab seluruh pedagang yang ada di satu pasar tradisional, dikoordinir dalam satu marketplace.

Di Indonesia, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2018 terdapat 14.182 unit pasar tradisional yang menampung jutaan pedagang. Jumlah ini jauh mendominasi dibandingkan toko modern sebanyak 1.131 unit maupun pusat perbelanjaan sebanyak 708 unit.

Bisa dibayangkan, berapa banyak pedagang kecil yang akan merasakan manfaat dari pengelolaan jual beli secara digital ini. Hal ini juga memberikan dampak positif bagi peningkatan perekonomian rakyat dan menjaga stabilitas sistem keuangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun