Tersadar kembali, saya melangkah sebaik mungkin. Tetapi, menurut suara yang ada di kepalaku, aku haris lebih cepat.
"LARI LEBIH CEPAT!"
"IYA!”
Melewati lapisan salju yang tebal, keyakinan saya sekarang sangat kuat. Saya berlari. Langkahku semakin lebar. Semakin banyak jarak yang aku dapatkan. Aku jatuh, saya tidak lagi membuang waktu di sana. Aku bangkit kembali dan terus berlari. Di mana? Aku tidak tahu. Tapi aku lari. Mengulangi hal yang sama berkali-kali- jatuh, lari, jatuh, lari.
"LARI LEBIH CEPAT ATAU KAU AKAN MATI!"
Suara di dalam sekarang lebih kuat lebih mengancam. Lebih mengancam untuk menghancurkanku. Aku tidak akan membiarkannya berhasil. Seketika kata-kata itu memantul dari pohon pinus tinggi yang tumbuh di seluruh hutan. Kata-kata itu berkecamuk di pikiranku. Mempengaruhi kewarasanku.
“AKU BILANG LARI! CEPAT KAMU AKAN MATI!”
"Tidak! Tinggalkan aku sendiri,” aku mendengar diriku memohon pada suara di dalam.
Berlari secepat yang aku bisa. Jantungku mulai berdetak lebih cepat. Aku berkeringat deras. Bernafas menjadi hal yang sangat sulit. Dilemahkan oleh kelelahan dan kehabisan tenaga untuk menggerakkan satu otot pun, aku jatuh tersungkur dengan wajah berkeringat. Salju membakar dagingku. Oh sakit, sakit. Dada mengencang. Jantung berdegup kencang, ingin lepas dari jeratannya. Berusaha untuk berdiri, saya mengambil satu langkah. Dunia di sekitarku berputar. Menggapai dadaku dengan tangan yang dirapatkan, aku berteriak saat aku jatuh ke kematian dingin yang akan datang.
Terjemahan dari The Voice Within - Shelly Garrod (2021)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H