Mohon tunggu...
Aditya Ramadhan
Aditya Ramadhan Mohon Tunggu... -

rigeladitya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Balada Wartawan Bayaran; Mafia Media Massa

8 Maret 2014   16:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:08 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Gua maen kotor, sama juga kaya lu.”

Boy menyulut batang rokok ke dua. Dalam mulut yang terselip gulungan tembakau itu, ia berbicara seperti sedang berkumur-kumur. “Ngomong-ngomong, kisah Jilbab Hitam yang menyeruak di media itu lo pada percaya gak?”

Kini Rosi yang terbahak. Tawa khas penguasa berperut buncit karena memakan uang sogokan. “Lah lu bukannya sosok yang diceritain Jilbab Hitam? Wartawan bayaran, cuma lu main recehan dan gak pake jilbab.”

“Jing, apalagi elo. Redaktur yang ngibulin pimred dan orang satu negeri lewat berita bayaran. Dan parahnya lagi tuh duit haram lo kasih makan buat anak bini serta nyokap lo.”

***

Di sebuah rumah sederhana yang diisi oleh nenek, mantu, dan cucu, yang tak tahu menahu sebuah perkara apa-apa, tiba-tiba terkejut pada kejadian. Si cucu yang tengah ikut-ikutan sang mantu mengiris daun kangkung, tangannya terluka oleh pisau. Bukan darah yang keluar dari jarinya yang tergores pisau dapur. Tapi uang kertas rupiah yang berlumut dan berjamur. Yang kemudian uang tersebut menjadi panas dan terbakar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun