Pemerintah Tengah mengkaji rencana kenaikan harga ecaran tertinggi (HET) minyak goreng kemasan rakyat atau minyak kita. Minyakita yang kini memiliki HET sebesar Rp 14.000 per liter, rencananya akan mengalami kenaikan sebesar Rp 1.500, sehingga akan berubah menjadi Rp 15.500 per liter. Menteri perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan bahwa pihak kementrian perdagangan akan melakukan rapat Bersama pemangku kepentingan terkait rencana kenaikan HET ini.
"Kita tinggal rapat. Saya kira naik Rp 1.500 mungkin ya. Berlakunya kita rapat dulu. Begitu selesai, langsung (naik harganya, red)," katanya kepada wartawan di Jakarta, dikutip Minggu (9/6/2024).
Penyesuaian HET minyak goreng curah dan minyak goreng kemasan rakyat minyak kita menjadi Rp15.500 per liter perlu dilakukan karena adanya kenaikan biaya produksi dari sawit mentah Crude Palm Oil (CPO) sebagai bahan dasar minyak goreng.
"Memang ada penyesuaian (HET Minyakita) karena harga CPO kan sudah naik," ujarnya.
Sejak awal 2024. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Isy Karim mengatakan ada dua pendorong pertumbuhan harga minyak goreng curah sepanjang Januari 2024. Keduanya adalah peningkatan biaya produksi dan pelemahan permintaan ekspor.
"Kenaikan minyak goreng curah di beberapa daerah disebabkan menurunnya jumlah realisasi aturan kewajiban pasar domestik (DMO) akibat kondisi pasar ekspor CPO (minyak sawit mentah) dan turunannya yang masih lesu," kata Isy kepada Katadata.co.id.
Namun, di lapangan harga minyak goreng “minykita” sudah melebihi HET yang sudah ditetapkan pemerintah. Salah satu contoh di pasar Bunul kota Malang pedagang tidak lagi menjual minyak goreng kemasan yang harga eceran tertingginya Rp14.000 per liter tersebut. Pasalnya, distributor kehabisan stok, tidak ada pengiriman ke pasar.
"Minyak kita langaka di pasar. Pedagang menjual minyak goreng dari sisa stok," tegas Supriyono, pedagang di Pasar Bunul, Kota Malang, Jawa Timur, Rabu (28/2).
Ia menjelaskan dalam beberapa hari ini tidak ada kiriman minyak goreng
dari distributor. Kalau pun ada minyak, itu sisa stok di pedagang dijual Rp36.000 per liter dari harga kulakan Rp35.200 per 2 liter atau harga kulakan mencapai Rp17.600 per liter. Padahal, HET minyak goreng itu Rp14.000 per liter.
Harga minyak goreng merek "Minyakita" yang terus melonjak menjadi sorotan utama di berbagai daerah di Indonesia. Masyarakat mengeluhkan kenaikan harga yang signifikan, yang dinilai memberatkan terutama bagi kalangan menengah ke bawah.
Seorang ibu rumah tangga di Malang, Dewi (42), mengungkapkan keluhannya, "Harga minyak goreng sekarang benar-benar tidak masuk akal. Setiap kali ke pasar, harganya naik lagi. Kami yang hanya mengandalkan penghasilan suami merasa sangat terbebani." Ia menambahkan, kenaikan harga ini membuat pengeluaran sehari-hari menjadi tidak terkendali.
Fenomena ini tidak hanya terjadi di Malang. Di Pasuruan, Wahyu (35), Seorang pedagang makanan gorengan, juga mengeluhkan hal serupa. "Dulu, satu jerigen bisa buat beberapa hari. Sekarang, saya harus mengurangi porsi atau menaikkan harga jualan, tapi jika harga gorengan naik takut pelanggan berpaling," ujarnya dengan nada khawatir.
Berdasarkan data yang dihimpun dari beberapa pasar tradisional dan modern, harga minyak goreng "Minyayita" mengalami kenaikan hingga 30% dalam beberapa bulan terakhir. Faktor penyebab kenaikan harga ini masih menjadi perdebatan. Beberapa pihak menyebutkan adanya peningkatan biaya produksi dan distribusi, sementara lainnya menuding adanya spekulasi pasar yang tidak sehat.
Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan telah berupaya untuk menstabilkan harga dengan mengadakan operasi pasar dan menyediakan subsidi bagi produsen minyak goreng. Namun, langkah ini dinilai belum efektif.
"Kami sedang berupaya keras untuk memastikan harga minyak goreng kembali stabil. Namun, butuh waktu untuk melihat hasilnya," kata seorang pejabat Kementerian Perdagangan yang tidak ingin disebutkan namanya.
Di sisi lain, organisasi konsumen dan beberapa LSM mendesak pemerintah untuk bertindak lebih tegas dalam mengatasi masalah ini. "Kami mendesak pemerintah untuk segera melakukan investigasi mendalam terhadap rantai distribusi minyak goreng dan menindak tegas oknum-oknum yang bermain harga," tegas Siti Hadiyati, ketua Yayasan Konsumen Sejahtera.
Masyarakat berharap pemerintah segera menemukan solusi yang tepat agar harga minyak goreng, khususnya merek "Minyakita", kembali terjangkau. "Kami hanya ingin harga yang wajar, supaya dapur tetap ngebul dan kami bisa makan tanpa rasa cemas," pungkas Dewi.
Kondisi ini menjadi perhatian serius berbagai pihak, mengingat minyak goreng adalah salah satu kebutuhan pokok yang vital bagi masyarakat Indonesia. Diharapkan ada sinergi antara pemerintah, produsen, dan distributor untuk mengatasi masalah ini demi kesejahteraan bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H