Seorang ibu rumah tangga di Malang, Dewi (42), mengungkapkan keluhannya, "Harga minyak goreng sekarang benar-benar tidak masuk akal. Setiap kali ke pasar, harganya naik lagi. Kami yang hanya mengandalkan penghasilan suami merasa sangat terbebani." Ia menambahkan, kenaikan harga ini membuat pengeluaran sehari-hari menjadi tidak terkendali.
Fenomena ini tidak hanya terjadi di Malang. Di Pasuruan, Wahyu (35), Seorang pedagang makanan gorengan, juga mengeluhkan hal serupa. "Dulu, satu jerigen bisa buat beberapa hari. Sekarang, saya harus mengurangi porsi atau menaikkan harga jualan, tapi jika harga gorengan naik takut pelanggan berpaling," ujarnya dengan nada khawatir.
Berdasarkan data yang dihimpun dari beberapa pasar tradisional dan modern, harga minyak goreng "Minyayita" mengalami kenaikan hingga 30% dalam beberapa bulan terakhir. Faktor penyebab kenaikan harga ini masih menjadi perdebatan. Beberapa pihak menyebutkan adanya peningkatan biaya produksi dan distribusi, sementara lainnya menuding adanya spekulasi pasar yang tidak sehat.
Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan telah berupaya untuk menstabilkan harga dengan mengadakan operasi pasar dan menyediakan subsidi bagi produsen minyak goreng. Namun, langkah ini dinilai belum efektif.
"Kami sedang berupaya keras untuk memastikan harga minyak goreng kembali stabil. Namun, butuh waktu untuk melihat hasilnya," kata seorang pejabat Kementerian Perdagangan yang tidak ingin disebutkan namanya.
Di sisi lain, organisasi konsumen dan beberapa LSM mendesak pemerintah untuk bertindak lebih tegas dalam mengatasi masalah ini. "Kami mendesak pemerintah untuk segera melakukan investigasi mendalam terhadap rantai distribusi minyak goreng dan menindak tegas oknum-oknum yang bermain harga," tegas Siti Hadiyati, ketua Yayasan Konsumen Sejahtera.
Masyarakat berharap pemerintah segera menemukan solusi yang tepat agar harga minyak goreng, khususnya merek "Minyakita", kembali terjangkau. "Kami hanya ingin harga yang wajar, supaya dapur tetap ngebul dan kami bisa makan tanpa rasa cemas," pungkas Dewi.
Kondisi ini menjadi perhatian serius berbagai pihak, mengingat minyak goreng adalah salah satu kebutuhan pokok yang vital bagi masyarakat Indonesia. Diharapkan ada sinergi antara pemerintah, produsen, dan distributor untuk mengatasi masalah ini demi kesejahteraan bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H