Mohon tunggu...
Adi Supriadi
Adi Supriadi Mohon Tunggu... Lainnya - Berarti Dengan Berbagi, Sekali Berarti Sesudah Itu Mati. Success by helping other people

Activist, Journalist, Professional Life Coach, Personal and Business Coach, Author, Counselor, Dai Motivator, Hypnotherapist, Neo NLP Trainer, Human Capital Consultant & Practitioner, Lecturer and Researcher of Islamic Economics

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jual Organ Tubuh Pengungsi Suriah, Pria Israel Ini Ditangkap Polisi Turki

28 Desember 2015   23:13 Diperbarui: 29 Desember 2015   14:12 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Jangan Pernah Menjual Organ Tubuh Anda (facebook.com)"]

[/caption]

Pertama, Ada kasus di mana pedagang memaksa atau menipu korban agar memberi suatu organ.

Kedua, Ada kasus di mana korban secara formal maupun informal setuju untuk menjual organ dan ditipu karena mereka tidak dibayar untuk organ mereka.

Ketiga, Orang yang memerlukan organ agar sembuh dari penyakit namun organ dikeluarkan tanpa sepengetahuan korban.
Dilaporkan pada tahun 2011 bahwa sekitar 90.000 orang sedang menunggu organ baru di rumah sakit. Rata-rata, seseorang harus menunggu selama tiga setengah tahun untuk mendapatkan organ baru. Apakah ini kelak akan muncul kebijakan PBB untuk melegalkan perdagangan organ untuk memerangi perdagangan gelap?

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakui bahwa saat ini ada kekurangan organ di seluruh dunia untuk mengobati yang sakit. Dampak buruknya kondisi ini membuat perdagangan ilegal semakin luas. Saat ini Australia dan Singapura yang menjadi dua negara yang memiliki kebijakan memberikan konpensasi uang kepada pendonor organ.

Sumber :
www.ynet.com
www.salon.com
www.theatribune.com

Jakarta, 27 Desember 2015
ADI SUPRIADI / Ahmad Muhammad Haddad Assyarkhan / Twitter : @assyarkhan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun