Kita tahu bahwa semua yang ada di artikel ini sangat erat kaitannya pada jurnalistik. Dalam artikel ini. saya, akan membahas tentang perbedaan jurnalistik dan jurnlisme beserta contohnya, hak tolak dan hak jawab beserta contohnya, fungsi koreksi dari pers dan apa itu sikap skeptis dan mengapa sebagai jurnalis harus mempunyai sikap skeptis?
Jurnalistik dan  Jurnalisme
Dalam dunia media dan komunikasi, terdapat dua istilah yang sering digunakan secara bergantian. yaitu, jurnalistik dan jurnalisme. Jurnalistik dan jurnalisme seringkali diartikan sebagai hal yang sama. Namun, keduanya  memiliki perbedaan yang signifikan.Â
Jurnalisme mengandung makna sebagai kegiatan yang berkaitan dengan mengumpulkan, menulis mengedit, dan menyajikan berita melalui media cetak ataupun media elektronik. Sedangkan,. Jurnalistik mencakup kegiatan pengiriman informasi atau laporan harian yang benar, seksama dan cepat, dalam rangka membela kebenaran serta keadilan berpikir selalu dapat dibuktikan dengan fakta-fakta yang ada di lapangan untuk kemudian disebarluaskan kepada khalayak luas.
 Contoh jurnalistik adalah seorang jurnalis pergi ke lokasi bencana alam dan mewawancarai warga kemudian menuliskan laporan tentang bencana tersebut dengan tujuan memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya masyaakat luas. Sedangkan,Â
contoh dari jurnalisme adalah  Jurnalis bekerja untuk media massa, meliput peristiwa dan memproduksi berita. Wartawan tersebut memiliki prinsip etika dan standar profesi yang harus dipatuhi, seperti menulis berita secara objektif dan tidak memihak, menghindari benturan kepentingan, serta memberikan hak keberatan dan hak jawab kepada orang yang diberitakan.
Hak Tolak dan Hak Jawab
Hak tolak adalah hak untuk tidak mengungkapkan identitas dan keberadaan narasumber demi keamanan narasumber dan keluarganya. Sedangkan, Hak jawab adalah hak seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang merugikan nama baiknya.
Contoh hak tolak dan hak jawab adalah. Hak Tolak, Seorang wartawan menulis artikel tentang anggota DPR yang diduga terlibat skandal korupsi. Namun, setelah artikel tersebut dimuat, anggota DPR tersebut tidak setuju dengan informasi yang disampaikan dan menuntut agar artikel tersebut diturunkan dari media massa. Dalam hal ini, media massa harus memberikan hak kepada para politisi tersebut untuk mengatakan tidak, memberikan kesempatan kepada anggota DPR untuk menyampaikan argumentasi dan menghadirkan bukti-bukti yang dapat mengubah atau mengoreksi informasi yang salah.Â
Contoh Hak Jawab, organisasi Hima  merasa bahwa pemberitaan yang dipublikasikan oleh media massa merugikan organisasinya,  maka mereka memiliki hak untuk memberikan tanggapan atau jawaban atas pemberitaan tersebut. Media massa harus memberikan kesempatan kepada pihak yang merasa dirugikan untuk menyampaikan argumen dan bukti yang dapat mengoreksi informasi yang salah. Kemudian, media massa harus mempublikasikan hak jawab tersebut untuk menjaga kebenaran dan keadilan dalam pemberitaan.
Fungsi koreksi dari pers
Fungsi Koreksi dari pers adalah untuk memperbaiki kesalahan dalam pemberitaan yang telah dilakukan.
Contoh fungsi koreksei pers adalah ketika media massa memberitakan suatu kasus dengan informasi yang tidak akurat, media massa harus memberikan koreksi atau klarifikasi terhadap berita yang sudah diterbitkan.
Sikap Skeptis dalam Jurnalistik
Sikap skepts adalah sikap kritis dan waspada dalam menilai atau mengevaluasi suatu informasi atau berita yang diterima.
Jurnalis harus memiliki sikap skeptis karena tugas utama mereka adalah untuk menyajikan informasi yang akurat dan benar kepada masyarakat.
Jika jurnalis tidak memiliki sikap skeptis, maka mereka dapat terjebak pada kesalahan atau kekeliruan dalam mengumpulkan dan menyajikan informasi, yang dapat berdampak buruk pada kepercayaan masyarakat terhadap media massa.
Dalam dunia yang semakin kompleks dan dipenuhi dengan informasi yang melimpah, perbedaan antara jurnalistik dan jurnalisme, hak tolak dan hak jawab, serta pentingnya sikap skeptis dalam menjaga integritas pers menjadi sangat relevan. Sebagai pembaca, kita harus memahami bahwa jurnalis memiliki tanggung jawab besar dalam menyajikan fakta yang akurat dan obyektif kepada publik.
Dalam era di mana berita palsu dan manipulasi informasi dapat dengan mudah menyebar, penting bagi kita untuk mengandalkan jurnalisme yang baik dan jurnalis yang memiliki sikap skeptis. Sikap skeptis memberikan keberanian kepada jurnalis untuk memeriksa fakta, melakukan penelitian mendalam, dan mengevaluasi sumber informasi dengan kritis sebelum menyampaikannya kepada publik. Ini membantu kita membedakan antara informasi yang dapat dipercaya dan yang tidak.Â
Dalam mengakhiri artikel ini, mari kita tetap terbuka terhadap berbagai perspektif dan tetap mempertanyakan apa yang kita baca, dengar, dan saksikan. Bersama-sama, kita dapat melangkah menuju masa depan yang dipenuhi dengan informasi yang dapat diandalkan, demokrasi yang kuat, dan masyarakat yang cerdas dan berpartisipasi aktif.Â
Akhir kata dari penulis. apabila ada kesalahan typo atau semacamnya, saya mohon maaf.Â
Nama : Khairunnisa Alifia AdistyÂ
Npm   : 223516516020
Prodi  : Ilmu Komunikasi, Universitas Nasional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H