Pencemaran limbah di Sungai Kalibaru telah menjadi suatu masalah serius yang dapat mengancam kualitas air dan ekosistem di sekitarnya. Sungai ini merupakan salah satu sumber daya air yang penting bagi masyarakat, namun telah mengalami penurunan kualitas yang signifikan akibat adanya pembuangan limbah domestik dan industri. Dinas Lingkungan Hidup Daerah Khusus Jakarta mencatat bahwa kematian massal ribuan ikan di Sungai Kalibaru baru-baru ini disebabkan oleh adanya peningkatan kadar pencemar yang drastis, termasuk BOD (Biochemical Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand), yang jauh melampaui batas baku mutu yang ditetapkan.Â
Kondisi ini menunjukkan bahwa pencemaran air sungai bukan hanya masalah lokal, tetapi juga mencerminkan sebuah tantangan yang lebih besar dalam pengelolaan limbah di daerah perkotaan. Pembuangan limbah dalam jumlah yang sangat besar ke dalam sungai dapat menyebabkan perubahan kualitas air secara mendalam, mengganggu keseimbangan ekosistem dan membahayakan kehidupan akuatik di dalamnya. Selain itu, kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menjaga kebersihan sungai turut memperburuk situasi ini.
Kali Baru merupakan salah satu sungai buatan yang mengalir di wilayah Jawa Barat dan Jakarta. Sungai ini memiliki luas daerah aliran sungai (DAS) yang mencakup bagian hulu di Puncak, Bogor, hingga bermuara di Pantai Utara Jakarta. Kali Baru terbagi menjadi dua bagian utama, yaitu Kali Baru Barat dan Kali Baru Timur. Kali Baru Barat berfungsi sebagai saluran drainase menuju Banjir Kanal Barat, sementara Kali Baru Timur mendukung pengendalian banjir serta perbaikan aliran Sungai Ciliwung-Cisadane.
Sejarah Kali Baru bermula pada abad ke-18, ketika Gubernur Jenderal VOC Gustaaf Willem van Imhoff memerintahkan penggalian sungai ini sebagai jalur transportasi untuk mengangkut hasil panen dari pedalaman Bogor ke Batavia. Sebagai salah satu proyek kolonial, Kali Baru Barat dan Kali Baru Timur menjadi saksi penting transformasi wilayah tersebut. Meskipun merupakan sungai buatan, keduanya kini menjadi bagian dari 13 sungai utama yang melintasi Jakarta, dengan fungsi strategis dalam pengelolaan air dan mitigasi banjir.Â
Namun, Kali Baru saat ini menghadapi berbagai tantangan pencemaran. Limbah domestik dari aktivitas masyarakat seperti buang air besar, mencuci, dan membuang sampah ke sungai menjadi salah satu sumber utama masalah. Kondisi ini berdampak pada penurunan kualitas air yang dapat dilihat dari tiga aspek utama: fisik (seperti kekeruhan), kimia (kandungan BOD, COD, amonia, dll.), dan biologi (keberadaan plankton dan bakteri).
Pencemaran ini mengganggu fungsi utama sungai yang seharusnya menjadi sumber air baku, irigasi, transportasi, dan konservasi (Trisnawati, 2013). Jika tidak ditangani, pencemaran dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat, ekosistem, serta kemampuan Kali Baru untuk menjalankan perannya dalam pengelolaan air. Oleh karena itu, pelestarian Kali Baru tidak hanya penting bagi lingkungan, tetapi juga bagi kualitas hidup masyarakat di sepanjang alirannya.
Penyebab Pencemaran Sungai
Pencemaran Sungai Kalibaru merupakan masalah serius yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk aktivitas warga di sekitar sungai, sumber limbah serta kondisi sosial masyarakat.Â
Warga di sekitar Sungai Kalibaru terlibat dalam berbagai aktivitas yang berkontribusi terhadap pencemaran. Banyak rumah tangga yang membuang limbah cair langsung ke sungai tanpa pengolahan terlebih dahulu. Aktivitas sehari-hari seperti mandi dan mencuci seringkali dilakukan di dekat aliran sungai. Hal ini menyebabkan akumulasi limbah domestik yang tinggi.