Mohon tunggu...
Adista Pattisahusiwa
Adista Pattisahusiwa Mohon Tunggu... Jurnalis - Time Is Running Out

I'm Journalist

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

19 Mei 1998, Cak Nur Menawarkan Konsep 'Husnul Khatimah' kepada Pak Harto

19 Mei 2016   17:46 Diperbarui: 19 Mei 2016   17:53 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Depan Istana Merdeka"Jakarta-- Dimana Letak Sesungguhnya wajah reformasi yang kita banggakan setelah 18 Tahun berlalu.
Apakah sesudah pengorbanan nyawa, sesudah darah berceceran di pojok persimpangan jalan.
Ataukah sesudah kerusuhan, bahkan kerugian yang tiada tara.

Yang kita lihat sekarang, penggusuran dimana mana, siapakah yang bisa memaknai pengorbanan saudara saudara kita yang terkena Penggusuran itu.

Melalui bukti reformasi yang dewasa, rasional, jauh lebih baik dari situasi dan keadaan sebelumnya.

Mestinya, Sekarang ini Bangsa Indonesia, setelah reformasi, kita memulai suatu kegembiraan baru dan merayakan nikmatinya.
Tetapi yang kita alami justru sebaliknya.

Yang Belum dilaksanakan hingga saat ini adalah reformasi internal, Jadi perombakan cara berfikir kita, cara mengatasi dan melihat masalah itu sama sekali belum tersentuh oleh pemikiriran kita.

Hari ini 19 Mei, 18 Tahun lalu, Ketika cak nur (Nurcholish Madjid Cs) dimintai nasehat oleh Pak Harto di Istana Negara terkait untuk menjawab tuntutan mahasiswa.

9 tokoh diundang diantaranya: Abdurrahman Wahid, Emha Ainun Nadjib, Nucholish Madjid, Ali Yafie, Malik Fadjar, Cholil Baidowi, Sumarsono, Achmad Bagdja, dan Ma'aruf Amin.

Bahkan, Yusril Ihza Mahendra juga hadir, meski tak diundang, karena diajak Nurcholish. Sebagai ahli tata negara, pikir Nurcholish, Yusril niscaya dibutuhkan.

Cak Nur Cs itu diundang ke istana, untuk diminta menjadi anggota Komite Reformasi.
Namun, tak ada yang sanggup.

Kepada Nurcholish atau Cak Nur, Soeharto meminta cendekiawan Muslim itu menjadi ketua. Ditampik, lalu ditawar jadi anggota.
Sekaliber Cak Nur pun tetap menolak tawaran itu.

“Jika orang yang moderat seperti Cak Nur tak lagi mempercayai saya, maka sudah saatnya bagi saya untuk mundur,” Ujar Soeharto kepada para undangan seperti dikutip dalam Api Islam Nurcholish Madjid: 'Jalan Hidup Seorang Visioner'.

Pada saat itu, di Istana Merdeka yang terjadi adalah cak nur dan beberapa teman mengusulkan agar pak harto mundur dalam konsep 'Husnul Khotimah'.
Obrolan dengan pak harto sekitar 2,5 jam perihal proses usulan konsep khusnul khatimah menjelang dua hari pidato Mengundurkan diri HM Soeharto, sebagai presiden ke-2 RI pada 21 Mei.

Cara berfikir Cak Nur karna beralasan, bahwa dalam islam ada kemerdekaam Dinamis dimana setiap manusia boleh mengubah dirinya dan Cak Nur menawarkan Konsep Husnul Khatimah ke Pak Harto di Istana pada waktu itu.
Dan kalau seseorang lantas kemudian menerima konsep Khusnul Khatimah itu berarti Kemerdekaan dinamis yang didapatkan.
(Pak Harto terima itu)

Ini merupakan Sesuatu yang Khusnul khatimah, Akhir yang Baik.
Andai pada waktu itu pak harto tidak menerima konsep tersebut.
Berarti Lain Cerita, bukan bahagia dengan Khusnul Khatimah namanya, Tapi Sensara dengan Su'ul Khatimah.

*Medan Merdeka Utara, Jakpus 19 Mei 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun