"Depan Istana Merdeka"Jakarta-- Dimana Letak Sesungguhnya wajah reformasi yang kita banggakan setelah 18 Tahun berlalu.
Apakah sesudah pengorbanan nyawa, sesudah darah berceceran di pojok persimpangan jalan.
Ataukah sesudah kerusuhan, bahkan kerugian yang tiada tara.
Yang kita lihat sekarang, penggusuran dimana mana, siapakah yang bisa memaknai pengorbanan saudara saudara kita yang terkena Penggusuran itu.
Melalui bukti reformasi yang dewasa, rasional, jauh lebih baik dari situasi dan keadaan sebelumnya.
Mestinya, Sekarang ini Bangsa Indonesia, setelah reformasi, kita memulai suatu kegembiraan baru dan merayakan nikmatinya.
Tetapi yang kita alami justru sebaliknya.
Yang Belum dilaksanakan hingga saat ini adalah reformasi internal, Jadi perombakan cara berfikir kita, cara mengatasi dan melihat masalah itu sama sekali belum tersentuh oleh pemikiriran kita.
Hari ini 19 Mei, 18 Tahun lalu, Ketika cak nur (Nurcholish Madjid Cs) dimintai nasehat oleh Pak Harto di Istana Negara terkait untuk menjawab tuntutan mahasiswa.
9 tokoh diundang diantaranya: Abdurrahman Wahid, Emha Ainun Nadjib, Nucholish Madjid, Ali Yafie, Malik Fadjar, Cholil Baidowi, Sumarsono, Achmad Bagdja, dan Ma'aruf Amin.
Bahkan, Yusril Ihza Mahendra juga hadir, meski tak diundang, karena diajak Nurcholish. Sebagai ahli tata negara, pikir Nurcholish, Yusril niscaya dibutuhkan.
Cak Nur Cs itu diundang ke istana, untuk diminta menjadi anggota Komite Reformasi.
Namun, tak ada yang sanggup.
Kepada Nurcholish atau Cak Nur, Soeharto meminta cendekiawan Muslim itu menjadi ketua. Ditampik, lalu ditawar jadi anggota.
Sekaliber Cak Nur pun tetap menolak tawaran itu.
“Jika orang yang moderat seperti Cak Nur tak lagi mempercayai saya, maka sudah saatnya bagi saya untuk mundur,” Ujar Soeharto kepada para undangan seperti dikutip dalam Api Islam Nurcholish Madjid: 'Jalan Hidup Seorang Visioner'.