Nama : Adis OctaviantiÂ
Nim : 43222010048
Jurusan : Akuntansi S1
Kampus : Universitas Mercu Buana JakartaÂ
Dosen Pengampu : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak
Mata Kuliah : Pendidikan Anti Korupsi & Etik UMBÂ
SemarÂ
Dalam sastra Jawa kuno, tokoh Semar hanya muncul dalam tradisi Kidung, yaitu jenis sastra lisan yang lebih jelas memperlihatkan sifat masyarakat yang berbeda dengan sejarah asli Jawa, meskipun dialog para dewa  dan tokoh ketuhanan Mahabarata juga muncul (Zoetmulder , 1985: 539-541). Sastra Kidung dari kategori estetika sastra "Kraton" dinilai lebih "rendah" dari sastra Kakawin (Zoetmulder, 1985: 511), dan sastra Kidung lebih terkait dengan fungsi "ruwat", penolakan bala (Zoetmulder, 1985: 542). Dalam sastra Kakawin, sahabat ksatria seperti Abimanyu dalam cerita Gathutkacasraya adalah Jurudyah (Zoetmulder, 1985: 333-335). Sifat masyarakat yang melandasi sastra Kidung, serta kemunculan orator kesatria bernama Semar, setidaknya menegaskan silsilah masyarakat dari sosok Semar.
Semar dalam bahasa Jawa (filosofi Jawa) disebut juga  Badranaya.
- Bebadra artinya: Membangun sarana dari dasar.
- Naya artinya: Aturan/Hukum/Ideologi.
- Nayaka artinya: Utusan mangrasul melaksanakan Hukum.
Yang Artinya: Mengembangkan sifat membangun dan melaksanakan perintah Allah, demi kesejahteraan umat manusia.
- Javanologi: Semar - Haseming samar-samar.