Mohon tunggu...
catur adi sagita
catur adi sagita Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Minoritas Bukan Menjadi Penghalang Diri untuk Berprestasi

2 April 2021   01:11 Diperbarui: 2 April 2021   01:12 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

halo guysss.... kali ini aku akan bercerita tentang pengalaman teman saya yang menjadi minoritas di lingkunganya.

Indonesia merupakan Negara majemuk yang memiliki bermacam keunikan dan keberagaman dalam hal Agama, Suku, Budaya, Bahasa, dan masih banyak lagi lainnya. Dalam konteks keberagaman Agama di Indonesia, Indonesia mengakui lima (5) Agama antara lain Islam, Kristen, Khonghucu, Budha, dan Hindu. Namun dari total warga negara di Indonesia, mayoritas menganut Agama Islam.

Menjadi golongan minoritas memang bukanlah hal yang mudah untuk dihadapi, lantas timbul pertanyaan besar yaitu Bagaimana keluh kesah dan semangat hidup  orang atau individu yang terlahir menjadi seorang minoritas ?

KR, singkatan nama gadis cantik yang terlahir dalam keluarga kristen. Menjadi seorang minoritas di wilayah yang mayoritas beragama Islam, tidak menyulutkan semangat hidupnya untuk membuktikan kepada semua orang bahwa minoritas bukanlah suatu halangan untuk tetap berekspresi dan berprestasi.

Sedari kecil, ia harus berusaha untuk bertahan hidup di lingkungan sekitar yang mayoritas beragama Islam.  Keluarga besarnya yang mayoritas beragama Islam, sedangkan hanya ia dan keluarganya yang berbeda keyakinan yaitu menganut Agama Kristen. Keluh kesahpun pernah ia alami ketika Keluarga Besarnya sedang merayakan hari besar Islami, dimana ia mendapat perlakuan yang berbeda dengan sepupunya yang beragama Islam. Namun, ia memaklumi hal tersebut mengingat perbedaan dalam hal keyakinan beragama.

Ketika Sekolah Dasar, ia juga pernah mengalami perlakuan yang berbeda dari Gurunya. Guru tersebut secara spontan bertanya kepada KR tentang agama yang diyakininya, pertanyaan tersebut yaitu mengapa kok di agamamu menyembah orang yang disalib dan mengapa di agamamu juga terdapat tiga (3) tuhan. KR pada waktu itu hanya terdiam karena takut untuk speak up menjawab pertanyaan dari gurunya tersebut. Tak hanya dari Gurunya, ketika Sekolah Dasar ia juga mendapat bullyan verbal dan gangguan yang frontal kepada dirinya karena teman cowoknya menganggap ia berbeda dengan yang lainnya. Ketika itu ia tidak ingin mengambil pusing karena ia percaya tidak akan ada yang membela dirinya dan akhirnya menganggap temannya tersebut hanya bercanda kepada dirinya.

Ketika SMP (Sekolah Menengah Pertama) pun ia juga pernah mengalami tindakan yang kurang adil terhadap Gurunya. Pada waktu Sekolah Menengah Pertama atau SMP, ia pernah mendapatkan jabatan sebagai ketua kelas. Hal tersebut membuat ia bangga karena pada akhirnya minoritas agama yang ia alami bukan menjadi halangan.

Namun hal tersebut berubah menjadi pelik ketika suatu Guru Pengampu Pendidikan Agama Islam di SMP (Sekolah Menengah Pertama)nya mengetahui bahwa dikelasnya mempunyai ketua kelas yang mempunyai  keyakinan yang berbeda ditambah Guru tersebut juga menganggap bahwa sebenarnya yang layak harus menjadi ketua kelas yaitu anak laki -- laki.

Ketika SMP (Sekolah Menengah Pertama), ia juga mendapatkan perlakuan yang kurang baik dari temannya. Temannya menganggap bahwa jika berteman dengan  dirinya akan membawa pengaruh buruk kedepannya untuk temannya tersebut. Alhasil, banyak temannya yang menjauhinya.  Dengan gigih dia untuk bertahan hidup, KR menjalani hidupnya dengan penuh positive  serta melupakan hal yang kurang baik yang pernah ia alami sebelumnya.

Ia berupaya bertahan hidup untuk membuktikan kepada semua orang dan untuk membungkam mulut orang-orang yang jahat kepadanya bahwa anak yang terlahir menjadi seorang minoritas juga memiliki kesempatan  untuk berprestasi. Dan pada akhirnya ia berhasil membuktikan kepada Guru dan temannya SMP (Sekolah Menengah Pertama) yang pernah membedakan perlakuan terhadapnya bahwa ia berhasil menjadi Peringkat Terbaik di kelasnya.

Dalam hal ini, ia sangat bangga ia berhasil mematahkan persepsi dan asumsi dari orang yang pernah berlaku jahat kepadanya bahwa dengan lahir sebagai seorang minoritas bukan berarti akan menebarkan hal-hal yang negatif dan justru ia membuktikan bahwa dengan keterbatasan dan minoritas agama menjadi penyemangat untuk menjadikan acuan untuk mempunyai prestasi sesuai kemampuannya.

Masa SMA (Sekolah Menengah Atas) pun beranjak datang, Ia berhasil masuk ke Jurusan MIPA ( Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) dan ia juga menjadi satu-satunya siswa yang beragama kristen di kelasnya. Di setiap harinya ia masih saja mendapat perlakuan yang tidak baik dari temannya meskipun hanya menyindir secara halus terhadap perbedaan agamanya tersebut. Mental baja yang telah tertanam sedari kecil, menjadikan ia menjadi pribadi yang lebih pasrah dan tidak menanggapi hal -- hal sindiran halus tersebut karena ia berfikir akan membuang waktu saja.

Dalam hal ini, ia juga ingin membuktikan sindiran halus teman SMA nya tersebut dengan  prestasi agar untuk membuktikan bahwa  perspektif sindiran halus yang telah diutarakan teman-temannya tersebut bukanlah hal yang benar. Berkat hobi menyanyinya, ia ikut dalam ekstra musik sebagai singer dengan alunan suara yang sangat merdu.

Tak hanya itu saja, ia juga berhasil masuk dalam siswa dengan peringkat terbaik di kelasnya dan masuk ke olimpiade MIPA di sekolahnya. Ia sangat bangga dengan pencapaiannya tersebut, hingga pada akhirnya semua orang yang menganggap minoritas agamanya tersebut adalah halangan menjadi takjub akan kegigihan dan pencapaian yang ia peroleh.

Setelah lulus SMA, ia berhasil masuk ke Sekolah Keperawatan dengan tujuan ingin membantu dan mengobati orang-orang yang sedang sakit agar bermanfaat bagi orang lain serta menebarkan kasih cinta. Ketika lulus kelak, ia bercita-cita menjadi seorang perawat yang dapat membantu dan mengobati penyakit -- penyakit dari pasiennya kelak.

Ia juga berpesan, untuk teman -- teman diluar sana. "Janganlah membully orang lain dengan memandang satu perspektif saja dan jadikanlah mulutmu sebagai citra berkaca diri karena sejatinya kita semua sama. Buatlah hidup Kita dengan harmonis dan nyaman". Terima Kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun