Tanduk bukan kutukan, tetapi bawaan kelahiran,
Tanduk bukan hiasan, tetapi senjata untuk menikam,
Tanduk bukan tanaman, tetapi sebuah pemberian,
Tanduk bukan petikan, tetapi sebuah ketajaman,
Tanduk bukan mainan, tetapi sebuah keniscayaan,
Tanduk bukan kekuatan, tetapi alat untuk pertarungan,
Seruduk.... Yang mengganggu,
Seruduk.... Yang berbeda,
Seruduk.... Yang mendua,
Seruduk.... Yang menghina,
Seruduk sana seruduk sini,
Seruduk kesana seruduk kemari,
Sudah lama aku tak makan daging,
Ujar si matador bertubuh cungkring,
Sudah ku asah pedang untuk membuatmu kelak terbaring,
Seruduk aku, kau akan terpelanting,
Matador cungring bersiap melawan mama banteng yang memicing,
Matador cungkring mengeluarkan sebaris jaring,
Matador cungkring terdiam tersenyum menunjukkan taring,
Matador cungring.... Heiii kau bukan apa apa tanpa aku kau pasti mati kering.
Berbeda.... Seruduk...
Sreeettt... Gubrak... gabruk... Ambruk...
Siapa yang jatuh ??? Entahlah... Belum nampak, hari masih gelap...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H