Ambisi Barat menerapkan kebijakan Green karena sentimen politik terhadap Rusia dan Cina semakin terang benderang. Pasalnya Kebijakan Green untuk mengurangi emisi karbon sebagai perlindungan Bumi adalah akal nyentrik sebagai Hoax terbesar di dunia.Â
Bagaimana konsep Green dapat dianggap sebagai Hoax ?
Penulis mengajak pembaca berpikir bersama, penggunaan Energi Baru dan terbarukan merupakan hal yang diusung dalam konsep Green. Semisal Green Energi dengan menggunakan tenaga Air, Angin dan Matahari. Inovasi dalam konversi kendaraan listrik yang diklaim sebagai teknologi ramah lingkungan.
Namun sadarkah Anda bahwa ada hal yang ganjil dalam klaim ramah lingkungan tersebut ? Mari kita rasionalisasikan dan kupas bersama.
Dibutuhkan Sejumlah besar Raw Material untuk proses produksi pembuatan mobil listrik dan motor penggerak, untuk bagian Motor Mobil listrik membutuhkan material seperti Magnet Neodinium, Tembaga, Timah, Alumunium, nikel kobalt dll, termasuk untuk bahan baku baterai, Chasis kerangka, body dsb. Pemenuhan material tersebut untuk dapat menjadi satu produk utuh seperti mobil listrik, motor turbin pembangkit penggerak kincir angin dan air
Lalu, berapa banyak jumlah raw material yang dibutuhkan ?Â
Kita akan kesulitan menemukan jawaban yang pasti secara eksak, pastinya untuk memenuhi kebutuhan seluruh umat manusia pastinya berjumlah sangat besar dan sangat banyak.
Tetapi jika kita jernih menggiring pikiran kita tentang darimana sumber raw material yang dibutuhkan untuk membuat mobil listrik, kincir angin dan panel Surya ? Tepat kiranya jawaban Anda bahwa itu semua dari "Sumber Daya Alam" di Bumi.
Untuk dapat mengumpulkan Raw Material yang dibutuhkan dalam mensupport Konsep Green Energi, maka dibutuhkan sejumlah besar material pertambangan.
Kemudian proses pertambangan dilakukan untuk mengumpulkan Logam Tanah Jarang atau material yang dibutuhkan tersebut, mengusahakan proses pertambangan material untuk pembuatan kendaraan ataupun pembangkit listrik yang diklaim ramah lingkungan.
Kepastian berikutnya adalah Proses Ekploitasi dan Eksplorasi pada pertambangan yang dipastikan dengan cara penggalian dan proses perusakan alam, meskipun pasca pertambangan dilakukan reklamasi pasca tambang. Namun itu bukanlah sesuatu hal yang efektif karena begitu banyak kemungkinan perubahan terjadi dan kerusakan yang ditimbulkan pada sifat alamiah bekas galian pertambangan pada permukaan bumi hingga perut bumi.
Semakin banyak jumlah raw material yang dibutuhkan, semakin banyak timbul kerusakan di Bumi.
Lalu apakah kita masih berpikir semua proses pertambangan yang merusak alam itu adalah sebagai sesuatu yang ramah lingkungan yang dapat melindungi Bumi ?
Penulis berharap Pembaca dapat menangkap rasionalisasi tentang hoax klaim teknologi yang ramah lingkungan.Â
Selama ada kebutuhan material pertambangan maka keramahan lingkungan hanyalah menjadi kebohongan dan  kemunafikan belaka, ekstraksi bumi dalam eksplorasi dan eksploitasi Alam pasti terjadi.
Bahkan pemrosesan pemurnian Logam Tanah Jarang dengan bahan baku kimia berbahaya dengan kategori limbah B3 yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidup dan kehidupan manusia.
Issue Perubahan Iklim membuat Greenflasi sebagai percepatan resesi ekonomi dan Krisis keuangan begitu banyak negara.
Apalagi kini harga material pendukung pembuatan Green Energi dalam perdagangan internasional telah meningkat pesat seiring terjadinya gangguan rantai pasokan yang mengakibatkan kenaikan harga dan biaya untuk mendapatkan komoditas material yang dibutuhkan, kenaikan tidak tanggung-tanggung mencapai 91% ,Â
Pembiayaan konsep Green bukan menjadi solusi dikala terjadinya resesi dunia, justru semakin membuat banyak negara mendekati krisis keuangan dan krisis ekonomi.
Mengingat kelangkaan pasokan logam tanah jarang akan semakin mempengaruhi peningkatan harga dari tahun ke tahun, akibat keterbatasan ketersediaan di alam dan tidak dapat diperbaharui seperti halnya energi Fossil, demikianlah peristiwa Greenflasi, Konsep Green yang ramah lingkungan telah mengkontaminasi pikiran orang banyak untuk percaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H