Kepastian berikutnya adalah Proses Ekploitasi dan Eksplorasi pada pertambangan yang dipastikan dengan cara penggalian dan proses perusakan alam, meskipun pasca pertambangan dilakukan reklamasi pasca tambang. Namun itu bukanlah sesuatu hal yang efektif karena begitu banyak kemungkinan perubahan terjadi dan kerusakan yang ditimbulkan pada sifat alamiah bekas galian pertambangan pada permukaan bumi hingga perut bumi.
Semakin banyak jumlah raw material yang dibutuhkan, semakin banyak timbul kerusakan di Bumi.
Lalu apakah kita masih berpikir semua proses pertambangan yang merusak alam itu adalah sebagai sesuatu yang ramah lingkungan yang dapat melindungi Bumi ?
Penulis berharap Pembaca dapat menangkap rasionalisasi tentang hoax klaim teknologi yang ramah lingkungan.Â
Selama ada kebutuhan material pertambangan maka keramahan lingkungan hanyalah menjadi kebohongan dan  kemunafikan belaka, ekstraksi bumi dalam eksplorasi dan eksploitasi Alam pasti terjadi.
Bahkan pemrosesan pemurnian Logam Tanah Jarang dengan bahan baku kimia berbahaya dengan kategori limbah B3 yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidup dan kehidupan manusia.
Issue Perubahan Iklim membuat Greenflasi sebagai percepatan resesi ekonomi dan Krisis keuangan begitu banyak negara.
Apalagi kini harga material pendukung pembuatan Green Energi dalam perdagangan internasional telah meningkat pesat seiring terjadinya gangguan rantai pasokan yang mengakibatkan kenaikan harga dan biaya untuk mendapatkan komoditas material yang dibutuhkan, kenaikan tidak tanggung-tanggung mencapai 91% ,Â
Pembiayaan konsep Green bukan menjadi solusi dikala terjadinya resesi dunia, justru semakin membuat banyak negara mendekati krisis keuangan dan krisis ekonomi.
Mengingat kelangkaan pasokan logam tanah jarang akan semakin mempengaruhi peningkatan harga dari tahun ke tahun, akibat keterbatasan ketersediaan di alam dan tidak dapat diperbaharui seperti halnya energi Fossil, demikianlah peristiwa Greenflasi, Konsep Green yang ramah lingkungan telah mengkontaminasi pikiran orang banyak untuk percaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H