Mohon tunggu...
ADI PUTRA (Adhyp Glank)
ADI PUTRA (Adhyp Glank) Mohon Tunggu... Seniman - Saling follow itu membahagiakan_tertarik Universalitas, Inklusivitas dan Humaniora, _Menggali dan mengekplorasi Nilai-nilai Pancasila

-Direktur Forum Reproduksi Gagasan Nasional, -Kaum Muda Syarikat Islam, - Analis Forum Kajian Otonomi Daerah (FKOD), - Pemuda dan Masyarakat Ideologis Pancasila (PMIP), -Penggemar Seni Budaya, Pemikir dan Penulis Merdeka, Pembelajar Falsafah Pancasila

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Greenflasi Energi Baru dan Terbarukan, Gagal Nalar akibat Hoax terbesar dunia.

14 Januari 2023   01:32 Diperbarui: 14 Januari 2023   02:06 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kepastian berikutnya adalah Proses Ekploitasi dan Eksplorasi pada pertambangan yang dipastikan dengan cara penggalian dan proses perusakan alam, meskipun pasca pertambangan dilakukan reklamasi pasca tambang. Namun itu bukanlah sesuatu hal yang efektif karena begitu banyak kemungkinan perubahan terjadi dan kerusakan yang ditimbulkan pada sifat alamiah bekas galian pertambangan pada permukaan bumi hingga perut bumi.

Semakin banyak jumlah raw material yang dibutuhkan, semakin banyak timbul kerusakan di Bumi.

Lalu apakah kita masih berpikir semua proses pertambangan yang merusak alam itu adalah sebagai sesuatu yang ramah lingkungan yang dapat melindungi Bumi ?

Penulis berharap Pembaca dapat menangkap rasionalisasi tentang hoax klaim teknologi yang ramah lingkungan. 

Selama ada kebutuhan material pertambangan maka keramahan lingkungan hanyalah menjadi kebohongan dan  kemunafikan belaka, ekstraksi bumi dalam eksplorasi dan eksploitasi Alam pasti terjadi.

Bahkan pemrosesan pemurnian Logam Tanah Jarang dengan bahan baku kimia berbahaya  dengan kategori limbah B3 yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidup dan kehidupan manusia.

Issue Perubahan Iklim membuat Greenflasi sebagai percepatan resesi ekonomi dan Krisis keuangan begitu banyak negara.

Apalagi kini harga material pendukung pembuatan Green Energi dalam perdagangan internasional telah meningkat pesat seiring terjadinya gangguan rantai pasokan yang mengakibatkan kenaikan harga dan biaya untuk mendapatkan komoditas material yang dibutuhkan, kenaikan tidak tanggung-tanggung mencapai 91% , 

Pembiayaan konsep Green bukan menjadi solusi dikala terjadinya resesi dunia, justru semakin membuat banyak negara mendekati krisis keuangan dan krisis ekonomi.

Mengingat kelangkaan pasokan logam tanah jarang akan semakin mempengaruhi peningkatan harga dari tahun ke tahun, akibat keterbatasan ketersediaan di alam dan tidak dapat diperbaharui seperti halnya energi Fossil, demikianlah peristiwa Greenflasi, Konsep Green yang ramah lingkungan telah mengkontaminasi pikiran orang banyak untuk percaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun