Mohon tunggu...
ADI PUTRA (Adhyp Glank)
ADI PUTRA (Adhyp Glank) Mohon Tunggu... Seniman - Saling follow itu membahagiakan_tertarik Universalitas, Inklusivitas dan Humaniora, _Menggali dan mengekplorasi Nilai-nilai Pancasila

-Direktur Forum Reproduksi Gagasan Nasional, -Kaum Muda Syarikat Islam, - Analis Forum Kajian Otonomi Daerah (FKOD), - Pemuda dan Masyarakat Ideologis Pancasila (PMIP), -Penggemar Seni Budaya, Pemikir dan Penulis Merdeka, Pembelajar Falsafah Pancasila

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Gejala Sindrom Peterpan pada Individu dan Terapi yang Dapat Dilakukan

2 Januari 2023   13:48 Diperbarui: 2 Januari 2023   14:47 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi "dibalik Topeng Revolusi Mental", Sumber : Kompas.com

Sering membayangkan dan menjadi kanak-kanak sebagai sesuatu yang menyenangkan, mempertahankan sifat kanak-kanak yang tersimpan lama dalam diri, sehingga kedewasaan tidak kunjung hadir, 

Pada orang dewasa Jejak rekam memory kanak-kanak yang tidak seimbang dapat mempengaruhi sikap dalam mengambil tindakan, kelemahan mentalitas menjalani hidup dan melepaskan tanggung jawab diri sebagai orang dewasa. Hingga mengganggu keberlangsungan hidup individu dalam perkembangan hidupnya.

Gejala ini berdasarkan temuan para peneliti terjadi karenas Metode dan Pola Asuh orang tua yang keliru dengan memberikan fasilitas dan sikap manja pada Anak, sehingga anak selalu bergantung terhadap orang tua dan tidak mampu hidup secara mandiri.

Keselarasan pertumbuhan kinerja antara jiwa dan raga tidak terjadi secara sinkron antara usia, fisik dan psikologis, seiring fase pertumbuhan berjalannya usia seseorang, ini jelas mempengaruhi sifat, sikap, inisiatif dan inovatif. 

Menilik Gejala Psikologis Peter Pan Syndrome biasanya nampak pada kesenangan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan nilai estetika pada anak, seperti kegemaran terhadap tokoh super Hero, rebutan mainan bercanda dan bertengkar yang menjadi kebiasaan pada kehidupan anak-anak.

Tingkatan pada setiap individu memiliki perbedaan pada setiap level yang agak sulit ditentukan berdasarkan angka yang dimatematiskan, akan tetapi memiliki intensitas berupa pola pengenalan terhadap sikap dasar yang dominan pada anak-anak atau sifat kekanak-kanakan yang berbeda-beda.

Untuk dapat mengenali gejalanya secara sederhana adalah dengan mendeteksi kebiasaan, pola pikir, tingkah canda tawa dan pengambilan keputusan akan tanggung jawab, semuanya akan nampak jelas perihal sebuah kemalasan dan usaha untuk menjauh dari beban yang diberikan tanpa alasan yang jelas.

Syndrome Peterpan ini Tidak hanya terjadi pada Remaja, tetapi juga banyak pada orang dewasa. Khususnya pada orang yang gemar berdialektika dan sugestif pada peran, seperti pengasuhan anak sehingga menjadi doktrin harian tanpa disadari yang tersimpan pada daya rekam memory dan menjadi karakter yang solid.

Dr. Dan Kiley memberikan sebuah istilah dalam bukunya yang diterbitkan pada tahun 1983, "The Peter Pan Syndrome: Men Who Have Never Grown Up". 12 bulan kemudian ia menerbitkan "The Wendy Dilemma" , yang berisi uraian tentang kesulitan wanita muda bernama "Wendy" dalam menjalin hubungan dengan "Peter Pans" dengan sifat kekanak-kanakannya.

Seseorang dengan karakteristik Sindrom Peter Pan kemungkinan akan menolak untuk mengambil tanggung jawab orang dewasa, sulit dalam mempertahankan hubungan yang sehat, dan menyukai nostalgia masa muda, merindukan masa kanak-kanak dari waktu ke waktu.

Orang dengan sindrom Peter Pan dapat mengalami kesulitan menjalani kehidupan sebagai orang dewasa dengan kecenderungan yang tidak tampak pada perkembangan seiring perubahan secara fisik dan usia. Mental dan kemampuan seperti anak-anak nampak lekat dalam tubuh yang terus menua.

Dalam Aktifitas yang berkaitan dengan kekuasaan gejala sindrom Peter pan dapat terjadi akibat besarnya tingkat kekhawatiran seseorang akan terjadinya "Retirement Syndrome atau yang populis dengan nama "post power Syndrome" yang merupakan masalah kesehatan mental yang kerap menyerang para lansia, sikap enggan untuk meninggalkan kursi kekuasaan, adanya anggapan dirinya selalu muda dan produktif sehingga menolak terjadinya regenerasi, gejala  syndrom ini kerap terjadi terjadi pada petahana politik dalam kekuasaan organisasi partai politik, terkait kekuasaan negara dan Aktifitas ekonomi.

Dalam gejala lainnya tentang Peter pan sindrom bahwa adanya meningkatnya hasrat dan keinginan tampil menjadi lebih muda dan selalu Awet muda dengan serangkaian metode untuk memodifikasi tubuh untuk mendapatkan tampilan selalu muda dan wajah bayi (baby face).

Suatu upaya kegiatan menolak terjadinya penuaan dini akibat merasa rendah diri dan tidak percaya diri, tidak sedikit yang menempuh beragam cara dengan resiko yang sangat tinggi yang dapat menyebabkan datangnya penyakit hingga kematian, seperti vermak operasi plastik, sulam, penyuntikan zat dan penyedotan, penarikan dan pemotongan bagian bagian-bagian tertentu dengan tujuan pengencangan tubuh agar nampak terlihat muda.

Hal ini tentunya sangat berbeda dengan proses Awet Muda yang terjadi secara alamiah karena faktor genetika dan pola hidup dan perawatan yang terjaga sejak lama.

Menyelesaikan tugas dan tanggung jawab sebagai terapi peningkatan kesehatan mental dengan memulai menyelesaikan tugas dan tanggung jawab yang ringan hingga semakin meningkat kepada tugas dan tanggung jawab yang lebih besar dari waktu ke waktu. 

Dengan demikian dapat dilakukan penalaran secara rasional akan nampak terjadinya sebuah perubahan secara mendasar sebagai proses "Revolusi Mental" kepada sesuatu perubahan dan perbaikan kualitas hidup individu dalam tugas dan tanggung jawab yang terselesaikan dengan baik.

Demikian sekilas tentang sindrom Peterpan, lalu bagaimana dengan anda, Adakah gejala ini terjadi pada diri anda ? Apabila ada segera evaluasi dan alkukan perubahan atau segera konsultasikan diri anda kepada ahli psikologi dengan berbagai cara terapi untuk menjaga keterbaikan kualitas hidup anda.

Semoga bermanfaat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun