THEOSIS DAN RAGAM KEHIDUPAN BERBANGSA
Republik ini adalah rumpun terlengkap didunia terkait percampuran ras suku bangsa, multi suku dan kulit yang beraneka ragam serta dialek dengan multi bahasa yang ada. Membahas tentang kultur pemersatu lintas warna kulit masih penuh misteri yang belum banyak terkuak secara rasional dan obyektif dalam proses menguak tabir kausalitas [sebab-akibat], suku apa bercampur apa? Apa dan Bagaimana prosesnya?Â
Kemudian mengenai prosesi perubahan dialek dan bahasa sanskerta pada era Nusantara yang berubah menjadi beragam bahasa, hingga rumpun melayu sebagai himpunan kata yang mendominasi bahasa Indonesia. Beranjak dari hal ini penulis membuat kita berpikir lebih jauh, bagaimana Nusantara menjadi bentuk perkumpulan aneka bangsa yang diperkecil menjadi suku diantara wilayah-wilayah dan berdasarkan sebaran dan budayanya.
begitu banyak penafsiran yang membahas mengenai munculnya perbedaan di tanah ini
Beragam analogi dan asumsi mengaitkan persilangan genetik menjadi suatu faktor penyebab, hal itu pun belum dapat disinergikan dengan faktor perubahan dialek lintas suku yang hampir tak sama disetiap daerah, langgam dan dialek yang jelas berbeda dengan bangsa lain diera sekarang ini, tentunya hal ini menyebabkan begitu banyak penafsiran yang membahas mengenai munculnya perbedaan di tanah ini,
Persatuan komunitas suku ditanah pra atau sebelum Nusantara ternyata sudah sejak lama terbentuk, bahkan selisih abad sebelum terbentuknya Nusantara kita sebut saja yakni Taruma Negara pada abad ke 7 SM. Prosesi terbentuknya Nusantara oleh sumpah Gadjah Mada merupakan proses penyatuan kurun kesekian kalinya, Berangkat dari Nusantara kita belum dapat menyimpulkan tentang detail mengenai percampuran ras hingga muncul beragam suku kulit dan bahasa.
Asumsi-asumsi menggeliat menjabarkan peristiwa pra sejarah Nusantara seolah sudah merupakan sebuah kepastian, peradaban masa silam masyarakat pra Nusantara (sundaland) sebelumnya telah luput dari catatan sejarah dan terputus, mengaitkan peristiwa dengan mitologi pun bukan merupakan cara pandang yang sarat ilmiah mengenai terbentuknya satu tatanan peradaban pra Nusantara tidak bisa dengan asas kira-kira, hegemoni kerajaan menuju homogenitas menjadi heterogenitas sebuah komunitas besar yang kita sebut bangsa pada saat ini,Â
tulisan dibuat berdasarkan situasi politik atau dibawah faktor lain yang mempengaruhinya,
Kemudian berangkat dari penelitian benda peninggalan sejarah merupakan salah satu perspektif menyimpulkan sebuah prosesi masa lampau, namun setiap langkah yang dilakukan merupakan penetrasi paksa berdasarkan kekaryaan segelintir manusia, yang belum tentu valid dalam memprediksikan dan menjawab bagaimana mereka hidup dan berserikat pada zamannya.