Respon subsitusi Teknologi pertanian era industrialisasi bagi petani konvensional, apakah bisa?
Subsitusi cara kerja produksi dan pemasaran pertanian dari konvensional menuju digitalisasi dan internet. Singkatnya eperti itulah yang dapat dibayangkan dari pemahaman pertanian yang dilakukan pada era 4.0.
Era 4.0 sendiri merupakan suatu tahapan dimana adanya perubahan cara fikir dan cara bekerja dari cara lama yang masih menggunakan metode konvensional untuk melaksanakan suatu pekerjaan “dalam hal ini pertanian” menuju era dimana adanya terobosan digitalisasi serta penggunaan teknologi terbarukan lainnya yang secara sederhana dapat dikatakan lebih effisien dan terbarukan.
Tidak diragukan jika adanya terobosan baru akan selalu muncul, hal ini tentu tidak lepas dari kemajuan tekologi seiring perkembangan zaman. Pada era ini kemudahan akses informasi yang luas telah didukung berbagai input dan platform, maka keterkaitan akan adanya inovasi dan kemajuan adalah wajib di berbagai bidang pekerjaan khususnya pertanian.
Kemajuan pertanian di era 4.0 adalah suatu proses yang panjang dan dapat dikatakan tidak mudah dilaksanakan bagi seluruh petani Indonesia walupun jika menengok kebelakang maka sebenarnya ada berbagai perubahan signifikan yang terjadi di bidang pertanian di setiap era hingga saat ini sampai di era 4.0.
![images-1-1-6086f42cd541df752e509762.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/04/27/images-1-1-6086f42cd541df752e509762.jpg?t=o&v=770)
Berikut merupakan beberapa faktor yang memepengaruhi bagaimana proses peralihan nya bagi petani:
- Usia petani
- Tingat pendidikan
- Kesesuaian wilayah/lahan eksisting
- Modal
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah Lokadata.id, jumlah petani per 2019 mencapai 33,4 juta orang. Adapun dari jumlah tersebut, petani muda di Indonesia yang berusia 20-39 tahun hanya 8 persen atau setara dengan 2,7 juta orang. Sekitar 30,4 juta orang atau 91 persen berusia di atas 40 tahun, dengan mayoritas usia mendekati 50-60 tahun. Dari data ini maka tentu dapat dismpulkan mayoritas petani adalah petani usia tua. Faktor yang selanjutnya adalah faktor tingkat pendidikan.
Seperti data yang dilansir https://akurat.co/ tingkat pendidikan petani indonesia ditampilkan sebagai berikut, yakni belum pernah sekolah 766.954 orang atau sekitar 9,65%, tidak sekolah. Yang belum Lulus SD 10.358.754 orang atau 26,54%. Sementara untuk Lulusan SD15.023.269 orang setara 38,49%, lulusan SLTP 6.330.800 orang setara 16,22%. lulusan SLTA 332.106 orang atau 8,54% dan lulusan Perguruan Tinggi dan Diploma dan Sarjana 223.809 orang setara 0,57%. Dari data diatas maka kembali dapat di simpulkan bahwa petani indonesia didominasi oleh para etani dengan pendidikan yang dapat dikatakan masih rendah.
Pada kedua faktor yang telah dipaparkan terjadi suatu korelasi yang menimbulkan fenomena lapangan dimana dengan keadaan mayoritas petani yang berumur tua dengan pendidikan rendah, presentase mereka dalam ikut berperan dalam pertanian era 4.0 masih sangat kecil.
Faktor ketiga adalah kondisi wilayah petani
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan ribuan pulau dengan berbagai jenis lahan dan kondisi geografis, berbagai masukan dalam pemajuan pertanian konvensional menuju modern masih terpusat didaerah dimana memang informasi dan sarana mudah diberikan atau diakses, sedangkan dengan petani yang umunya tinggal di daerah menimbulkan suatu lagi kendala dalam distribusi info serta sarana pemajuan pertanian
Faktor terakhir adalah permasalahan yang bisa dikatakan masalah klasik bagi sebagian petani. Modal investasi awal pra produksi yang tinggi merupakan poblem bagi petani, dengan teknologi yang ditarwakan jelas akan ada investasi dalam pembaharuan sistem serta alat. Dengan sistem komunal atau penggunaan bersama sering ditemukan bahwa tidak efisien dan malah mmperlama proses produksi pertanian. Kesadaran akan pentingnya investasi teknologi pertanian juga masih sangat minim sehingga percepatan kemajuan pertanian berjalan lambat.
Dari berbagai faktor yang dipaparkan bahwa jika penerimaan subsitusi sitem pertanian konvensional ke sistem modern mengalami berbagai kendala dari faktor yang telah dipaparkan.
Permasalah diatas merupakan berbagai fakta lapangan yang masih sangat sering dijumpai, bukannya petani tidak mengindahkan kemajuan, namun kesiapan nya dalam masuk era modern 4.0 yang masih sangat perlu ditingkatkan. Kesiapan petani melalui berbagai penyuluhan dan media informasi akan sangat membantu dalam meningkatkan kesiapan petani serta didapatkan data observasi sehingga diketahui teknologi tepat guna bagi petani spesifik di tempat mereka mengusahakan budidaya tanaman.
![1-xx4ycbmyfdcns-yw3q0w9a-6086f455d541df3d4e660bc5.jpeg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/04/27/1-xx4ycbmyfdcns-yw3q0w9a-6086f455d541df3d4e660bc5.jpeg?t=o&v=770)
Dengan adanya penyelesaian permasalahan yang dipengaruhi berbagai faktor diatas maka dapat di targetkan akan adanya kemajuan signifikan yang nantinya akan ditandai dengan penggunaan berbaga teknologi era 4.0 seperti smart farming, smart green house, autonomous tractor, dan smart irrigation, dan berbagai artificial intelligence yang membantu para petani dalam melakaukan usaha produksi budidaya tanaman hingga pendistribusian produk mereka.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI