Mohon tunggu...
Adi Permana
Adi Permana Mohon Tunggu... wiraswasta -

Menulis untuk sebuah proses pembelajaran hidup.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tentang Shalat

26 Agustus 2011   15:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:27 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sedikit sharing. Saya akan mencoba menjabarkan tentang makna di balik gerakan shalat. Sepintas saya seperti mendapat gambaran tentang makna gerakan shalat sesaat setelah saya melakukan ritual shalat. Tentunya, sudah banyak tafsir yang menjelaskan tentang gerakan shalat oleh ulama-ulama ternama. Tidak ada hal yang baru saya sampaikan, mungkin saja bagi pembaca hal ini sudah basi, tetapi izinkanlah saya sharing sedikit saja ^^. Berikut ini tafsiran saya tentang makna gerakan shalat.

1. Saat berdiri bersedekap

Tangan kita melipat ke depan, bersedekap, melambangkan kita masih mengandalkan raga ini 'sepenuhnya' (kekuatan fisik) untuk mengusahakan segala niat baik kita dalam mewujudkan sesuatu hal yang kita inginkan. Diawali dengan membaca surat Al-Fatihah, berarti kita mengharap mendapat tuntunan dari Sang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dalam menjalani kehidupan ini, agar setiap niat/usaha/perbuatan/perilaku kita tidak banyak menimbulkan keburukan bagi diri sendiri maupun orang lain.

2. Saat ruku'

Badan kita lalu membungkuk, melepas dekapan tangan kita di depan, menandakan bahwa kita sudah tidak mampu lagi mengandalkan kekuatan fisik/raga kita untuk mewujudkan hal yang kita inginkan/harapkan. Seraya memuji 'Maha Suci Allah Yang Maha Agung" maka kita mengakui bahwa segala daya upaya kita dengan kekuatan raga saja tidaklah cukup untuk mewujudkan keinginan kita tersebut. Akhirnya, raga ini tidak berdaya, membungkuk tunduk pada Sang Maha Berkehendak, Sang Maha Agung. Saat ruku itu kita mulai berserah diri atas segala daya upaya raga kita. Apapun hasil usaha kita nanti, dengan ruku berarti kita menjamin ketenangan diri bahwa ada Allah Yang Maha Suci lagi Maha Agung yang menentukan hasil dari usaha kita itu, entah sesuai dengan yang kita harapkan atau malah sebaliknya, kita hanya bisa berserah diri dan senantiasa memuji-Nya.

3. Saat I'tidal

Setelah membungkuk kepada Sang Khalik, maka kita kembali berdiri tegak yang diawali dengan bacaan 'Allah Maha Mendengar akan pujian orang yang memuji-Nya'.  Dengan kembali berdiri tegak seraya memuji-Nya, hal ini berarti kita siap menerima apapun keputusan dari Tuhan Yang Maha Menentukan, Yang Menguasai Langit dan Bumi. Memuji-Nya tiada henti, tiada celah bagi kita untuk mengeluh, bahwa kita harus tegar dalam menghadapi segala situasi dan kondisi yang telah digariskan-Nya.

4. Saat Sujud

Merupakan titik terendah seorang hamba manusia yang cenderung memiliki sifat sombong, menyadari bahwa ada Dzat Yang Maha Suci Lagi Maha Tinggi (Yang Maha Menentukan Segala Sesuatu/Urusan Manusia). Jadi, tidak ada lagi di dalam dada kita perasaan, ucapan, maupun tindakan yang berusaha melebihi kehendak-Nya, atau dengan kata lain kita sering Takabur. Kita sering memastikan bahwa 'hal ini PASTI terjadi, hal itu PASTI terjadi', tanpa sadar ada Tuhan Yang Maha Tinggi Yang Maha Mengetahui Segala Sesuatu. Dengan mengucap 'Maha Suci Allah lagi Maha Tinggi' berarti kita sadar sepenuh hati bahwa kita manusia hanyalah mahluk yang rendah, lemah, 'sedikit menentukan', betapapun kita sudah bekerja keras dan bekerja cerdas, kita tetap tidak bisa memastikan segala sesuatu/segala urusan bakal 'saklek' sesuai keinginan kita. Ingat, ada Sang Tuhan yang mengatur, Sang Dalang Agung, kita hanya wayang.

5. Saat Duduk di Antara Dua Sujud

Posisi ini persis seperti kita berlutut, atau bertekuk lutut, gambaran ketika kita merasa kalah.  Dan juga, berlutut dapat melambangkan bahwa kita menghormati Allah. Seperti kita sungkeman dengan orang tua, kita seyogyanya berlutut untuk menghormati. Pada posisi duduk diantara dua sujud ini, kita merasa kalah terhadap kehendak-Nya, setelah kita berusaha sekuat tenaga atas segala daya upaya yang telah kita lakukan, lantas menghormati kehebatan-Nya dalam menentukan segala sesuatu. Kita meminta ampun kepada Allah atas segala kesombongan yang pernah terbesit di setiap niat/usaha kita yang dicerminkan dengan bacaan pertama  'rabbigfirli' (Wahai Tuhanku, ampunilah aku). Selanjutnya kita memohon berkat-Nya agar dilimpahkan rezeki, jalan yang Allah ridhoi, kesehatan (baik raga maupun jiwa), dan terakhir kembali meminta ampun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun