Mohon tunggu...
Adi Nugroho
Adi Nugroho Mohon Tunggu... Lainnya - Belajarlah kepada Nabi Nuh dan Nabi Yusuf dalam mempersiapkan masa depan...

Educator Specialist in Private Financial

Selanjutnya

Tutup

Financial

Tiga Keranjang Kehidupan, Apa Aja Ya?

9 Juni 2021   05:17 Diperbarui: 9 Juni 2021   05:25 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di dalam kehidupan, ada tiga keranjang utama yang akan sangat berpengaruh pada manusia. Apa saja keranjang jtu dan bagaimana ia bekerja? Yuk kita sama-sama simak penjelasannya. Ini adalah bagian dasar tentang pengembangan finansial yang tak kita dapati di bangku sekolah manapun.

Yang pertama, keranjang Basic.

Apa itu keranjang basic? Pada prinsipnya keranjang basic adalah kebutuhan dasar manusia. Para generasi kolonial tentu masih ingat kebutuhan dasar manusia, yaitu sandang pangan papan. Apakah hanya itu? Pada jaman ini rasanya tidak. Sandang atau apapun yang berhubungan dengan baju memang iya. Pangan menggambarkan kebutuhan dasar manusia soal makanan. Papan adalah kebutuhan dasar soal tempat tinggal atau rumah lah.

Tapi jaman sudah berubah. Kita tahu masih ada kebutuhan lain seperti listrik, air, pulsa baik telepon maupun data, terutama di zaman pandemi ini kebutuhan soal internet sudah sangat perlu. Sekolah pertemuan offline masih dilarang sampai sekarang. Artinya kebutuhan komunikasi itu sangat mendasar.

Kebutuhan dasar lain adalah soal pendidikan. Anak semua butuh pendidikan. Ada yang sampai mencanangkan pendidikan sampai ke luar negeri. Kita tahu bahwa pendidikan di luar apalagi di beberapa negara seperti Australia, Amerika, itu tak murah sama sekali. Bahkan di dalam negeri pun beberapa sudah tidak murah, meski lebih terjangkau.

Kebutuhan lain adalah soal kesehatan. Perawatan terhadap kesehatan sangat penting. Ada banyak kasus yang menunjukkan bahwa manusia meski telah menjaga kesehatan namun ia terhalang. Contoh yang paling mudah, seperti Arnold Schwarzenegger, kita sangat mengenal ia sangat sehat, namun tahukah anda kalau ia operasi klep jantung? Kurang apa ia menjaga kesehatan? Paul Walker, ia meninggal dalam kecelakaan, ia sangat hati-hati tetapi malah pindah alamat ke alam lain karena kecelakaan. Dan segudang kisah sedih lain yang bahkan ada di sekitar kita. Baru saja salah satu boss masa lalu saya kehilangan anaknya karena tumor yang ganas, kami pun tahu seperti apa strata kehidupan mereka dalam menjaga kesehatan. Prinsipnya kita tak tahu rahasia Tuhan, titik. Kita bukan nabi Nuh, kita bukan nabi Yusuf, kita bukan nabi Musa, yang menjadi pilihan Tuhan ketika mengalami masalah dengan masa depan selalu diberikan solusinya.

Salah satu yang sering dilupakan orang adalah asuransi. Mengapa? Ah gak butuh-butuh amat? Tahukah kita bahwa salah satu musuh dari itu semua adalah inflasi? Masih ingat (terutama generasi kolonial ) dengan lagu abang bakso? Semangkuk 200 perak dan yg banyak baksonya katanya. Lagu kisaran tahun 80-an dari S Bagyo yang terkenal. Sekarang? Rasanya ngimpi, parkir aja sudah nggak ada yg mau. Seminim-minimnya 2000 perak buat parkir motor, ke bakso senayan aja mungkin bawa uang 50.000 gak akan cukup. Betul? Itulah kekuatan inflasi.

Lihat uang 100 juta, katakanlah untuk biaya sekolah atau pendidikan, saat ini terasa besar, berapa jika dalam 20 tahun lagi? Rata-rata kenaikan biaya sekolah 10%-20% per tahun. Dulu kami masih menikmati membayar semesteran kuliah nggak sampai 200 ribu tahun 90an. Saya iseng browsing SMA di Sukabumi, web tahun 2020 Agustus, biaya masuk sekolah saja sudah range 4-6 juta. Luar biasa bukan kenaikannya? Data survey Limra th 2009 menakutkan, separuh manusia, ketika pensiun hidup dari anak atau menjadi tanggungan anak. Maukah kita? Itulah maka kita harus mengantisipasi. Kita lanjutkan keranjang berikutnya karena berhubungan dengan keranjang basic.

Kedua, keranjang pertumbuhan.

Apa maksud keranjang kedua ini? Semua orang yang bekerja selalu berharap akan adanya pertumbuhan. Kita semua. Apapun harta yang kita miliki diharapkan akan tumbuh. Dan celakanya memang lawan dari tu semua adalah inflasi.

Mari kita lihat instrumen untuk bertumbuh. Yang paling mudah adalah deposito. Kita menanam deposito dengan harapan uang yang kita kumpulkan akan tumbuh. Namun kita tahu bahwa tumbuhnya memang tidak akan banyak. Biasanya kisaran 6 % namun dimasa pandemi ini kayaknya sudah tak mungkin berharap sebesar itu. Dari beberapa web yang dibrowsing kisaran 4%-5% tergantung bank dan periode. Instrumen lain kita kenal seperti reksadana, sukuk, saham, pasar uang dan lain-lain. Apapun itu, tergantung profile resiko akan memberikan hasil yang berbeda-beda. Namun masih dalam keranjang pertumbuhan.

Atau cara yang lebih konvensional yang dicari? Boleh saja. Semua berlaku term dan kondisi. Misal saja anda berkongsi dengan salah satu rekan, karena ia punya toko emas misal, anda menanam modal katakanlah 50 juta dengan perjanjian bagi keuntungan, ya gak ada yang melarang. Intinya, tetap lah bahwa semua di keranjang pertumbuhan. Orang berharap bahwa apapaun instrumen investasi dengan harapan untuk berkembang. Apa bisa rugi? Ya bisa, masing-masing instrumen memiliki kecenderungan tersendiri. Semua term dan kondisi tetap berlaku.

Ketiga adalah keranjang luxury.

Keranjang ini selalu ada buat orang-orang yang senang dengan profile kekayaan dan kemenangan sosial. Misal anda suka dengan barang-barang branded seperti tas Hermes, Furla, Bottega, Gucci, dll, atau yg maskulin seperti mobil-mobil sport, 4 wheel drive atau mobil antik seperti mobil Mr. Bean, mercy tiger/boxer, sepeda Brompton, dan lain-lain. Apapun itu yang menunjukkan kemewahan status sosial anda. Sound familiar? Ya, kita banyak kok menemukan di masyarakat.

Permasalahan, catat ini dengan baik: ketika keranjang basic itu ada yang kurang, keranjang growth atau pertumbuhan dan keranjang luxury, akan dipaksa apapun caranya untuk mengisi keranjang luxury. Keranjang pertumbuhan dan luxury dengan berbagai cara akan dipaksa mengisi kebutuhan basic kita. Yang punya deposito, dicairkan sebelum masanya (which is akan dipaksa bayar paksa pinalti), yang punya property akan dijual murah dari harga pasar, mobil mewah dijual asal laku. Cara seperti itu sangat jamak ketika anda dalam posisi terjepit. Penurunan harga ini akan bervariasi dari kisaran 75% sampai 50% tergantung kebutuhan dan komoditas, barang elektronika cenderungnya mengalami penurunan harga jual paling menyesakkan.

Disinilah pentingnya asuransi. Lalu buat apa? Anda mengenal likuiditi? Asuransi adalah instrumen yang sangat likuid ketika ada problem. Contoh gampang. Anda atau siapapun nasabah terkena penyakit kritis atau meninggal, maka pihak keluarga hanya dalam hitungan hari atau minggu akan mendapatkan manfaat dari uang pertanggungan atau santunan asuransi. Memang selalu ada term and conditions are applied ya. Fungsi dari asuransi adalah itu, melindungi aset anda baik yang ada di keranjang pertumbuhan dan luxury tetap ada. Dan keluarga anda tetap mendapatkan manfaat tanpa harus kehilangan.

Itulah penggunaan asuransi yg bijak... Ikuti "underlying asset" anda..... Silakan googling apa itu underlying asset. Sederhananya, asuransi kan membayar premi jauh lebih kecil dari harga suatu asset, tingkat kerugian disesuaikan dengan asset yang anda miliki, sehingga jika ada kerugian maka akan ditanggung sesuai asset oleh perusahaan asuransi. Misal anda punya usaha, perusahaan punya pabrik, jika kebakaran maka kerugian jauh lebih besar, maka anda asuransikan dengan menyeimbangkan aset yang anda miliki dengan uang pertanggungan. Sederhananya seperti itu.

Jelas ya penggunaan asuransi yg bijak? Seperti itulah seharusnya. Bagaimana dengan pendapat anda? Silakan tulis di bawah atau jika tertarik bisa diskusi tertutup dengan kami.... Salam sukses luar biasa...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun