Mohon tunggu...
Adi Nugroho
Adi Nugroho Mohon Tunggu... Editor - Editor Buku

Alumnus Fisipol Universitas Airlangga Surabaya yang tinggal di Kota Tahu.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Andai Saya Pelajar di Era Merdeka Belajar

19 Mei 2023   10:41 Diperbarui: 19 Mei 2023   14:24 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim. (Dokumen Kompas.com/Wahyuanda Kusuma P)
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim. (Dokumen Kompas.com/Wahyuanda Kusuma P)

Semarak Merdeka Belajar yang Menyenangkan

Kurikulum Merdeka mengurangi konten pembelajaran sebanyak 30--40 persen guna menekankan pada pembelajaran yang mendalam. Juga mengalokasikan 20 persen untuk pembelajaran berbasis proyek serta memberikan keleluasaan bagi guru mengatur kecepatan proses pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik (Kompas.com, 10/05/2023).

Apa artinya? Kurikulum Merdeka selalu berpihak kepada murid. Apalagi dengan pembelajaran berbasis proyek (project based learning) murid akan makin terasah kecakapannya dan mampu bekerja dalam kelompok. Dengan kata lain, mereka bisa bergotong-royong dan menyelesaikan tugas bersama-sama.

Hal ini sesuai dengan tuntutan zaman yang tak lagi mementingkan kompetisi melainkan semakin butuh kolaborasi.
Semarak Merdeka Belajar pun sejatinya akan menyenangkan bagi semua. Lebih sederhana dalam banyak hal dan tepat guna.
Guru dan sekolah tak terlalu dibebani dengan urusan administratif yang ribet dan membingungkan. Sedangkan murid bisa bebas berekspresi sesuai minat belajarnya.

Sekali lagi, andai saya hidup di era Merdeka Belajar maka banyak yang bisa saya perdalam. Tujuan dan cita-cita bisa saja saya pupuk sejak dini.

Tak akan lagi murid yang begitu mengejar nilai eksaktanya dan masuk jurusan IPA, ujung-ujungnya kuliah di jurusan manajemen atau hukum. Tak ada lagi pula yang mati-matian berjuang masuk SMA, eh waktu kuliah malah masuk teknik sipil dan teknik mesin. Anak SMK yang sudah fokus di bidang itu pun acapkali tersingkir saat penerimaan mahasiswa baru di kampus-kampus.

Semoga kebijakan ini terus berlanjut tanpa terimbas apapun. Termasuk pergeseran politik yang mungkin terjadi. Seperti harapan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim dalam sambutannya saat peringatan Hari Pendidikan 2023. Nadiem menginginkan keberlanjutan.

"Perjalanan harus dilanjutkan, perjuangan mesti kita teruskan, agar semua anak bangsa merasakan kemerdekaan yang sebenar-benarnya dalam belajar dan bercita-cita." (Kompas.com, 02/05/2023). (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun