Begitu pun juga cara halus seperti melalui pemakaian username dan password yang sesuai. Misalkan, si calon bernama Sumarsono. Maka dalam username, nama itulah yang digunakan. Sementara password atau kata sandi untuk login bisa menggunakan bahasa kampanye seperti: calegberintegritas, orakorupsi, coblossaya, dan lain sebagainya.
Formulasi kampanye yang didukung teknologi semacam ini bisa pula diaktualisasikan dengan menerapkan analisa pemrograman, yakni mengeset batas login. Sehingga, misalnya login sudah mencapai 3 jam, maka akan keluar (logout) dengan sendirinya.Â
Sehingga pengguna akan masuk kembali dan melihat lagi materi kampanye di layar login yang disediakan. Dalam sehari, tak hanya seperti baliho/spanduk di jalan yang hanya dilihat sepintas, pemilih akan beberapa kali melihat materi kampanye calon dalam sehari.
Metode ini bisa semakin dikembangkan bila si calon memiliki tim khusus untuk memantau dan menganalisa optimalisasi pemakaian teknologi  ini.  Dari waktu puncak pengguna membuka internet hingga tata letak yang potensial dan efisien serta ramah menjangkau mata pengguna.
Selain itu, keuntungan lainnya adalah dengan adannya program ini, calon yang pertama menawarkan metode ini bisa melekat dan dekat dengan pemilihnya, tanpa bersaing dengan calon lain dengan metode yang sama.
Keuntungan bagi Pemilih
Tak seperti 'saweran' biasa yang habis dalam hitungan hari, dengan mendapat fasilitas internet IndiHome, maka pemilih akan bisa menghemat pengeluaran bulanan mereka. Setidaknya dalam masa kampanye atau diperpanjang saat politisi terkait terpilih dalam lima tahun ke depan. Selain itu, dengan adanya ikatan seperti ini bisa ikut memberikan pendidikan politik yang sehat bagi pemilih.Â
Terutama dalam mengecek program masing-masing calon via internet dan membuat masyarakat makin melek literasi politik, tentang keterwakilan maupun kontrol kebijakan ke depan.
Terakhir, ide semacam ini bukannya tanpa celah dan koreksi. Karena ada banyak faktor lain yang bakal menentukan popularitas dan elektabilitas calon. Meski demikian, daripada semakin merusak pandangan dan lingkungan dengan pemasangan baliho/spanduk di sudut-sudut jalan bahkan batang pohon dan tiang listrik, yang bisa jadi tidak efektif menjangkau pemilik suara, cara Gen-Z semacam ini patut dipertimbangkan. Apalagi bila disertai inovasi dan niat tulus untuk menciptakan dinamika politik yang sehat, damai, dan beradab. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H