Â
Â
Â
Sumber: www.ukcisa.org.uk dikutip dari HESA First Statistical Release (2013-14)
Laporan Pandangan Mata dari Glasgow
Sudah hampir 2 bulan penulis tinggal di Glasgow, kota terbesar di Skotlandia, mengambil kuliah pada program Master of International Accounting and Financial Management di University of Glasgow. Jauh-jauh hari sebelum sampai ke Glasgow, ketika masih di Indonesia dan memutuskan untuk mengambil offer dari pihak universitas, penulis mempunyai imaginasi akan tinggal di salah satu kota di Scotlandia yang terkenal dengan eksotisme kotanya dan keramahan penduduknya dan akan bertemu dengan bule-bule yang juga mengambil program yang sama dan berharap akan bertemu dengan aksen British yang kental ala James Bond.
[caption caption="Gerbang utama University of Glasgow"]
Ternyata kenyataannya jauh dari apa yang penulis impikan sebelumnya. Betul, Glasgow adalah kota yang eksotik dan penduduknya ramah-ramah, tetapi mereka ternyata mempunyai aksen sendiri, Glaswegian, yang sama sekali berbeda dengan akses Scottish atau British dan sangat sulit dicerna oleh kuping penulis yang made-in Tegal di awal-awal kedatangan penulis di sini. Tetapi perbedaan itu terobati oleh excitement penulis terutama ketika baru pertama kalinya menginjakkan kaki di kampus dan melihat bangunan kampus yang begitu klasik dan merupakan gedung asli dari beberapa abad silam.
[caption caption="Salah satu sisi gedung utama University of Glasgow"]
Yang membuat penulis agak frustasi sebenarnya ketika pertama kali memasuki kelas. International Accounting termasuk kelas favorit untuk international student sehingga kelasnya besar dengan mahasiswa lebih dari 150 orang. Tetapi, ternyata dari jumlah tersebut hampir 90 persennya adalah mahasiswa dari China daratan. Jauh-jauh terbang ribuan kilometer ternyata seperti menghadiri kelas di University of Beijing. Hanya ada 1 European student itu pun berasal dari Yunani yang sedang dilanda krisis ekonomi dan bukan English Speaking Country. Sisa 10 persennya adalah mahasiswa dari bekas negara-negara Uni Soviet seperti dari Kazakhstan dan Turkmenistan yang lumayan fasih speaking English-nya dan bisa menjadi partner ngobrol ketika break time, karena hampir semua mahasiswa China lebih suka berbicara dengan dengan sesama mereka dan dengan bahasa mereka. Bahkan beberapa kali ada dari mereka yang bertanya atau menyapa penulis dalam bahasa China seolah-olah penulis adalah mahasiswa China juga. What a depressing situation? Tetapi Alhamdulillah, ada satu teman dari Indonesia di kelas yang sama dan peraih IPK tertinggi di jurusan Akuntansi Universitas Indonesia pada angkatannya yang bisa menjadi tempat bertanya dan menjadi teman kelompok dalam mengerjakan tugas-tugas paper dari dosen.
[caption caption="Kelas International Accounting di University of Glasgow"]