Mohon tunggu...
Adinda Washiilah Moo
Adinda Washiilah Moo Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasisawa

Saya adalah seorang mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Prodi Jurnalistik angkatan 2022. Saya suka mendengarkan musik dan jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Anak di Bawah Umur Menjadi Pengamen Jalanan, Inilah Tanggapan Warga

7 Januari 2024   01:54 Diperbarui: 9 Januari 2024   05:14 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: dokumentasi pribadi

Aktivitas pengamen jalanan telah menjadi hal umum di dengar oleh masyarakat Indonesia, namun baru-baru ini, banyak anak-anak yang tertarik untuk terlibat dalam kegiatan ini tanpa sepenuhnya memperhatikan keselamatan dan perlindungan diri mereka.

Seperti halnya yang di alami oleh Izi, anak berusia 10 tahun yang masih menduduki bangku Sekolah Dasar (SD). Dia bekerja sebagai pengamen dan mempunyai sampingan sebagai pembersih kaca mobil saat hujan di lampu merah Gaplek Pondok Cabe Ilir, Tangerang Selatan.

"Aku biasanya ngamen di sekitar ciputat tapi ini kan lagi ujan jadi aku sama temen ku nge lap  kaca mobil," ujar Izi saat di wawancarai, Senin (25/12/2023).

Izi juga membagikan kisahnya bahwa dia melakukan pekerjaan ini untuk membantu ibunya dengan mencari uang jajannya sendiri agar ibunya tidak merasa terbebani karena saat ini dia bersekolah di sekolah swasta yang memerlukan biaya lumayan banyak. 

Izi mengungkapkan bahwa pendapatan perharinya mencapai Seratus Ribu Rupiah paling banyak dan paling sedikit sekitar Lima Puluh Ribu Rupiah, jika pendapatannya sedang banyak dia akan membagikan setengah dari penghasilannya untuk sang ibu agar bisa membayar uang sekolah.

Secara prinsip, anak di bawah usia yang ditentukan tidak boleh bekerja. Sesuai dengan hukum, batas usia minimum untuk bekerja di Indonesia adalah 18 tahun. Seperti yang diungkapkan oleh Izi, pengalamannya sebagai pengamen di lampu merah mencakup risiko ditangkap atau dikejar oleh Satpol PP.

"Pengalaman buruk aku paling suka di kejar Satpol PP dan dulu sempat di tangkep tapi bukan di sini (Gaplek) aku di tangkepnya daerah Jakarta," lanjutnya.

Anak-anak yang terlibat dalam kegiatan pengamen karena faktor ekonomi melakukan hal tersebut sebagai respons terhadap kesulitan keuangan atau ketidakmampuan keluarga mereka untuk memenuhi kebutuhan dasar. Situasi ini mencerminkan adanya ketidaksetaraan sosial dan ekonomi, yang menunjukkan perlunya tindakan lebih lanjut untuk meningkatkan kondisi mereka.

Namun, Nining warga Pondok Cabe Ilir memberikan tanggapannya bahwa seharusnya anak yang masih terbilang di bawah umur tidak sepatutnya dipekerjakan di jalanan walaupun itu mau mereka sendiri.

"Menurut saya, anak-anak itu harus bisa menikmati masa kecil mereka dengan baik seperti belajar, bermain dan melakukan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan," ujar Nining saat di wawancarai, Rabu (27/12/2023).

Nining juga berbagi pengalamannya dimana saja dia sering bertemu pengamen di bawah umur seperti di stasiun, terminal, tempat makan, dan di angkot. Tidak hanya sendiri terkadang ada juga yang berkelompok dengan pengamen dewasa lainnya.

Saat ada pengamen tentu kita terkadang merasa tidak nyaman dengan keberadaan mereka yang mengganggu aktivitas, kita terkadang merasa terpaksa harus memberikan uang kepada mereka agar mereka cepat untuk pergi. Nining mengungkapkan bahwa dia sering takut dengan beberapa pengamen anak kecil yang sampai memegangnya. 

"Aku suka ketemu pengamen anak-anak yang mempunyai suara yang bagus aku seneng dengernya, tapi ada juga ketemu yang suaranya sedikit di paksain, kadang aku nggak punya uang kecil tapi ada anak-anak yang sampe megang-megang aku malah sampe ngatain aku pelit," lanjutnya.

Nining juga memberikan tanggapannya tentang peran yang dapat di lakukan oleh pemerintah, menurutnya pemerintah melalui dinas sosial harus memberikan pendekatan kepada anak-anak tersebut, seperti menyediakan tempat pendidikan yang layak bagi mereka.

"Menurutku pemerintah lewat dinas sosial harus melakukan pendekatan ke anak-anak pengamen itu misal nyediain tempat pendidikan bagi mereka dan kebutuhan yang lain," lanjutnya.

Nining juga memberikan solusi yang menurutnya efektif untuk mengatasi masalah anak-anak yang bekerja di bawah umur agar jumlah anak jalanan bisa berkurang.

"Baiknya pemerintah harus lebih tegas menciptakan Undang-Undang tentang anak-anak yang menjadi pengamen di bawah umur, harus bisa lebih aktif lagi melakukan pendekatan-pendekatan pada mereka serta menyediakan lembaga-lembaga sosial atau rumah singgah untuk anak-anak yang merasakan masalah ekonomi atau dari keluarga yang tidak mampu," lanjutnya.

Tentunya negara tidak tinggal diam dengan anak-anak yang bekerja di bawah umur. Berdasarkan UU Anak No. 23 Tahun 2002 Pasal 60, setiap anak memiliki hak untuk menerima pendidikan dan pengajaran yang mendukung pengembangan pribadi sesuai dengan minat, bakat, dan kecerdasannya. 

Perlindungan terhadap anak dijelaskan dalam UU RI No. 23 Tahun 2002 Pasal 13 ayat 1, yang menyatakan bahwa selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain yang bertanggung jawab, setiap anak berhak mendapat perlindungan dari berbagai bentuk perlakuan yang merugikan seperti diskriminasi, eksploitasi ekonomi dan seksual, penelantaran, kekejaman, kekerasan, penganiayaan, ketidakadilan, dan perlakuan lainnya.

Upaya perlindungan dan kesejahteraan anak juga diatur dalam Pasal 3, Pasal 39 ayat 4, dan Pasal 43 ayat 2 dalam UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Dalam konteks ini, perlu dicatat bahwa ketidakseimbangan yang mencolok antara pembangunan fisik dan pembangunan moral bangsa dapat mengakibatkan kerusakan pada fondasi tatanan kehidupan dalam masyarakat. 

Oleh karena itu, perhatian yang seimbang terhadap aspek fisik dan moral sangat penting dalam memastikan kesejahteraan dan perlindungan optimal bagi anak-anak, serta untuk membangun dasar yang kokoh dalam kehidupan masyarakat secara keseluruhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun