Mohon tunggu...
Adinda Tiara Putri
Adinda Tiara Putri Mohon Tunggu... -

i spill by writing

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Orangutan Butuh Terlepas dari Belenggu Masa Lalu

2 Januari 2018   22:37 Diperbarui: 3 Januari 2018   10:17 2121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orangutan adalah tiga spesies kera besar masih hidup dari Indonesia dan Malaysia yang kini hanya dijumpai di hutan hujan Borneo dan Sumatera.

Diklasifikasikan dalam genus Pongo, orangutan tadinya hanya satu spesies. Pada 1996, mereka dibagi menjadi dua spesies, yakni orangutan Borneo (Pongo pygmaeus)dan orangutan Sumatera (Pongo abelii). Kemudian pada November 2017 dilaporkan bahwa ada spesies ketiga yang berhasil diidentifikasikan, yaitu orangutan Tapanuli (Pongo tapanuliensis).

Pada 2016 total populasi orangutan hanya tersisa 230.000, dengan orangutan Borneo berjumlah 104.700 dan orangutan Sumatera 7.500.

Sebenarnya di sejumlah pusat rehabilitasi ditemukan banyak orangutan yang masih hidup, namun dalam keadaan trauma yang disebabkan oleh tingkah manusia. Melansir dari CNNIndonesia, orangutan-orangutan ini harus direhabilitasi terlebih dahulu sebelum akhirnya dirilis kembali ke hutan.

Pusat Penyelamatan dan Konservasi Orangutan Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) adalah salah satu pusat rehabilitasi yang menjadi suaka bagi para orangutan yang membutuhkan bantuan untuk melangkah menuju hari yang baru.

Untuk melepaskan masa lalu dan rasa trauma tentulah tidak gratis dan memerlukan biaya serta waktu yang banyak tergantung pada tingkat trauma yang dialami para orangutan.

Di antara orangutan-orangutan yang direhabilitasi, ada yang trauma setelah terlalu lama terperangkap menjadi hewan peliharaan, diperlakukan seakan-akan hama, bahkan ada pula yang nyaris terbunuh dalam sebuah perburuan untuk urusan niaga.

Kita bisa mendeteksi trauma yang dialami oleh orangutan berdasarkan pada gerak-geriknya yang terkesan penakut atau malah agresif.

YIARI yang berlokasi di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat telah merehabilitasi sekitar 111 orangutan, termasuk yang jantan, betina, dan juga anak-anak.

Dr. Adi Irawan yang memegang peran sebagai Manajer Operasional YIARI mengungkapkan, terdapat tiga hal yang harus diperhatikan saat menerima orangutan, yaitu penyelamatan (rescue), rehabilitasi (rehab), dan pelepasan (release).

Pada tahap penyelamatan, orangutan akan berada dalam karantina selama dua bulan. Tahap ini akan membantu orangutan untuk beradaptasi pada sekitarnya supaya trauma yang dirasa perlahan-lahan memudar dan akhirnya menghilang.

Usai menjalani tahap penyelamatan, orangutan masuk ke tahap rehabilitasi untuk dianalisis kondisi kesehatannya sehingga tidak menularkan penyakit hepatitis A atau hepatitis B yang bisa membahayakan kawannya yang lain atau bahkan tim.

Sampai di tahap akhir, orangutan akan kembali menjalani proses analisis untuk dipertimbangkan apakah sudah bisa bebas kembali ke habitat asalnya. Adi menjelaskan, orangutan yang memiliki kecil potensi untuk hidup di alam liar akan dimasukkan ke dalam kandang, sedangkan yang berpotensi besar akan disekolahkan.

"Sekolah di sini memiliki tingkatan seperti sekolah manusia, tujuannya untuk mengasah insting hewannya setelah mengalami trauma," katanya.

Ini bukan sebuah guyonan. Sekolah untuk orangutan memang seperti sekolah pada umumnya yang sudah kita semua ketahui. Ada tingkatan PAUD sampai Sekolah Hutan yang tarafnya lebih serius.

Sistemnya pun sama: orangutan akan diberi penilaian. Penilaian ini terbagi atas lima hal, yakni kemampuan mencari makan, kemampuan membuat sarang, kemampuan memanjat pohon, kemampuan berinteraksi dengan sesama, dan kemampuan mempertahankan diri.

Orangutan di Kalimatan biasanya dilepaskan ke Hutan Lindung Gunung Tarak, Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya, atau Taman Nasional Gunung Palung.

Tapi mereka tidak dilepaskan begitu saja, melainkan akan terus dipantau hingga dua tahun ke depan.

Gubernur Kalimantan Barat Kornelis yakin kini tak ada lagi keresahan di antara para orangutan sebab telah ada penindakan tegas dari pemerintahannya terhadap para pelaku yang membuat orangutan mengalami trauma. Mereka yang memelihara orangutan akan segera ditangkap.

Data penelitian yang diterbitkan Population and Habitat Viability Assessment menunjukkan, jangan lagi berharap dapat berjumpa dengan orangutan dalam satu abad ke depan bila kelestarian mereka tak dipelihara. Jadi, Kornelis harus sungguh-sungguh dan berpegang teguh pada janjinya untuk menindak tegas pelaku yang melakukan tindak kekejaman pada orangutan.

Kamu, sebagai seseorang yang peduli pada eksistensi orangutan, bisa menjenguk mereka di hutan konservasi orangutan yang dikelola oleh PT. Kayung Agro Lestari (KAL), suatu pabrik pengolahan kelapa sawit.

orangutantrekkingtours.com
orangutantrekkingtours.com
Tapi sebelum kamu berkunjung ke sana, kamu harus melakukan sejumlah persiapan ekstra. Kenapa? Karena kamu bisa saja tertular baik penyakit ringan maupun berat bila kondisi tubuhmu lemah. Pengelola YIARI menganjurkan kepada para pengunjung untuk melalui beberapa tes kesehatan sebelum mulai berkeliling.

Nardiyono selaku Kepala Konservasi PT. KAL menuturkan bahwa pihaknya ingin menjadikan hutan konservasi sebagai objek wisata untuk menimbulkan rasa empati terhadap keberadaan orangutan pada benak para turis.

Memegang atau memberikan makanan kepada orangutan bukan merupakan hal yang boleh dilakukan di hutan konservasi. Hal ini pun dilakukan untuk kebaikan para pengunjung, yakni agar tidak tertular penyakit dan tidak membuat orangutan bersikap agresif.

Yuk cintai alam lebih dalam lagi! Kelak alam pun akan menyelamatkan mereka yang memelihara kelestariannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun