Mohon tunggu...
Adinda Srikandhi Pujasaputra
Adinda Srikandhi Pujasaputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa S1 tingkat awal jurusan Psikologi Universitas Brawijaya tahun 2022

Saya merupakan mahasiswa S1 tingkat awal jurusan Psikologi Universitas Brawijaya tahun 2022

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Crystal Healing Dapat Memancarkan Energi Positif, Apakah Benar?

9 Desember 2022   23:38 Diperbarui: 9 Desember 2022   23:50 678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anda mungkin sudah tidak asing dengan kristal kesehatan, seperti kristal Amethyst dan Rose Quartz yang dewasa ini sedang ramai diperbincangkan di sosial media TikTok. Batu-batu kristal tersebut dipercaya memiliki kegunaannya masing-masing, mulai dari kegunaaan untuk medis, keberuntungan, tingkat konsentrasi, tingkat kepercayaan diri, pengontrol stress dan emosi, percintaan, pemancar aura, dan sebagainya. Masyarakat umum cenderung mempercayai hal tersebut. Namun, apakah hal ini memang terbukti sebagai fakta atau hanya mitos belaka?

Menurut Therapy Dictionary, kristal kesehatan atau crystal healing dapat didefinisikan sebagai metode psikoterapi yang pusatnya adalah tubuh serta pikiran, yang bersifat alami dengan memanfaatkan energi dari kristal tersebut untuk memengaruhi pikiran dan fisik. Kristal ini memiliki beberapa jenis dengan kegunaan yang berbeda-beda. 

Dari berbagai jenis kristal kesehatan, tiga di antaranya yang paling populer adalah kristal mawar atau yang lebih sering disebut sebagai Rose Quartz, dipercaya dalam kaitannya dengan cinta untuk meningkatkan rasa keterpikatan, kasih, kepercayaan, dan hubungan yang harmonis. Kemudian ada pula kristal Obsidian yang dipercaya sebagai pelindung diri dari hal-hal negatif yang berhubungan dengan kondisi emosional dan fisik. Selanjutnya, yaitu Amethyst yang dipercaya memiliki efek protektif serta menjernihkan dan memurnikan pikiran negatif sehingga siapapun yang menggunakan kristal ini diyakini akan mendapatkan kebijaksanaan spiritual. Batu Amethyst dipercaya pula dapat mengatasi insomnia.

Seorang psikolog bernama Stuart Vyse yang sekaligus penulis buku "Believing in Magic: The Psychology of Superstition.", menyatakan bahwa hingga saat ini belum terdapat bukti ilmiah untuk mendukung keefektifan dari hal tersebut. 

Akan tetapi, ia juga mengatakan bahwa meskipun pada kenyataannya seperti itu, tidak menutup kemungkinan adanya keuntungan psikologis secara tidak langsung. Seorang psikolog bernama Christopher French di University of London yang melakukan sebuah penelitian pada 2001 lalu juga mendukung pernyataan tersebut. Pada tahun 2013, Christopher menemukan hasil dari penelitiannya terhadap gelang magnetik yang biasa digunakan sebagai alternatif medis guna mengatasi rasa sakit, bahwa tidak ada perbedaan di antara efek yang diberikan gelang tersebut untuk mengatasi rasa sakit dengan reaksi kekebalan alami tubuh dalam menangani rasa sakit. 

Ternyata, dari sekian banyak penelitian yang dilakukan, kepercayaan yang diyakini masyarakat ini merupakan bagian dari placebo effect -- sebuah terapi medis yang tidak menimbulkan efek samping atau adanya bukti manfaat bagi regenerasi pasien (obat kosong). 

Efek ini memberikan apa yang ingin mereka rasakan, tetapi mereka tidak mampu untuk menjelaskan perbedaan yang dirasakan antara kristal yang asli dan palsu, hanya mengindikasikan placebo effect. Hal ini juga berkaitan dengan preferensi orang-orang yang lebih memilih untuk membentuk sudut pandang mereka berdasarkan ekspektasi yang mereka patok di antara kemungkinan fakta-fakta yang ada. 

Jika melihat lebih jauh, bagi sebagian besar orang, melihat sesuatu dari sudut pandang mereka akan lebih meyakinkan dibandingkan orang lain. Hal tersebut dapat disebut dengan "melihat artinya mempercayai tendensi atau kecenderungan" dari otak kita. Dalam hal ini, masyarakat dapat dengan mudah mempercayai manfaat dari kristal kesehatan karena persuasi verbal, testimoni dari saksi, dan dampak sosial lainnya.

Masyarakat cenderung mempercayai kemanjuran dari kristal kesehatan sebagai kekeliruan pragmatis, yaitu menyetujui suatu hal itu benar karena manfaat yang dirasakan harus disediakan oleh sesuatu tersebut. Demikian pula, kekeliruan pragmatis adalah komitmen terhadap keyakinan bahwa pernyataan yang dinyatakan harus benar hanya karena sepertinya terlihat akan berhasil (Smith 2010). Hal tersebut berasal dari persepsi kita tentang sesuatu yang memuaskan, meyakinkan, bermanfaat, membuat kita merasa lebih baik, dan berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan begitu, kepercayaan masyarakat terkait kegunaan kristal kesehatan tidak terbukti secara ilmiah dan tidak ada kaitannya dengan kondisi psikologis atau fisik seseorang sehingga dapat disebut sebagai ilmu semu atau pseudosains.

Referensi:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun