Salinem terdiam saja dan tetap berusaha sopan dan merendahkan hati. Ia juga memberikan Kartinah sebuah cincin emas dan menyuruhnya untuk dijual karena Kartinah membutuhkan uang pada halaman 377 dari surat pernyataanya Kartinah.
Mbah Nem menghembuskan nafas terakhirnya tak lama setelah Bulik Ning yang membawa sepiring pecel tiba di kamar Mbah Salinem. Setelah kepergian Mbah Nem, suasana menegang, Tyo mulai kebingungan ketika ada diskusi keluarga.
Novel ini menggunakan alur campuran antara maju dan mundur. Pada Bab II diceritakan kisah masa muda Salinem. Salinem dititipkan oleh bibinya yang bernama Daliyem. Ia sudah menganggap Salinem seperti anaknya sendiri. Lasyiem, ibu kandung Salinem meninggal dunia akibat pendarahan.Â
Bapaknya Salinem, Salimun, harus bekerja oleh karena itu, Salinem dititipkan ke Daliyem untuk diasuh olehnya. Salinem kecil digambarkan sebagai sosok yang sangat ceria, ia termasuk anak yang aktif dan suka berlari-lari sampai susah sekali untuk tidur.Â
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Daliyem berjualan pecel. Menurut penulis, hal itulah yang mendorong Salinem untuk membuat resep pecel rahasia.
Walau Novel Salinem merupakan novel fiksi, karakter tokoh dalam Novel Salinem banyak terinspirasi dari tokoh dalam kehidupan nyata penulis, Briliant Yotenega. Karakter Tyo merupakan pengembangan karakter penulis sendiri, Brilliant Yotenega sedangkan karakter Salinem terinspirasi dari nenek Brilliant.
Menurut Miranti Ambarini yang berkomentar pada 16 Oktober 2018, pada Bab II penyampaian penulis sangat jelas untuk menggambarkan masa kecil Salinem dan keadaan orang-orang sekitar Salinem. Terdapat sedikit perbedaan cerita antara Storial.co dan versi cetak.Â
Pada versi cetaknya, masa kecil Salinem dijelaskan lebih detail di Bab II dan Bab III lebih menjelaskan keadaan saat ini daripada masa lampaunya Salinem.Â
Persamaannya, kedua platform masih membahas tentang Kartinah dan Salinem. Kartinah adalah teman dekat Salinem yang mempunyai aliran darah keraton, dibuktikan pada halaman 103 di versi cetak.Â
Kartinah mempunyai sifat yang sopan dan pengertian sehingga Salinem menyukai kepribadian Kartinah yang tidak pernah memotong pembicaraan orang.
Seiring berjalannya cerita, di Bab 5. Tyo sudah mulai penasaran tentang siapakah Salinem yang sebenarnya dan keluarga besar mereka sudah setuju untuk berkumpul di Solo setelah kepergiannya Salinem. Miranti Ambarini juga berkomentar bahwa Tyo dan Bulik Ning pergi bersama untuk mencari jawaban.Â