Pembangunan TMII ini dilatar belakangi oleh Ibu Tien Soeharto, istri Presien Soeharto yang menginginkan agar di Indonesia terdapat suatu objek wisata yang menggambarkan keberagaman dan keindahan tanah air Indonesia dalam bentuk yang mini di atas sebidang tanah yang cukup luas. Lalu Ibu Tien Soeharto menyampaikan gagasan ini pada pertemuan pengurus Yayasan Harapan Kita (YHK), ia mengatakan bahwa ingin membangun sebuah tempat untuk menampilkan keanekaragaman Indonesia.
Ibu Tien meminta YHK ikut terlibat dalam pembangunan Miniatur Indonesia Indah (MII) atau yang sekarang biasa disebut Taman Mini Indonesia Indah (TMII) karena Tien memandang kalau tujuannya sejalan dengan YHK. Seusai rapat, mereka menghubungi Pemerintah DKI Jakarta. Ali Sadikin (Gubernur Jakarta Tahun 1966-1977) tertarik dan bersedia menjadi Project Officer pembangunan MII. "Di Pndok Gede, Pemda DKI menyediakan lahan kurang lebih 100 hektar," kata Ali Sadikin. Kemudian YHK menerima tawaran tersebut.
PembangunanTMII ini memerlukan biaya besar kira-kira sekitar Rp 10,5 miliar. Oleh karena itu, Yayasan Harapan Kita memerlukan bantuan dari Pemda Jakarta. Ibu Tien mengatakan hal tersebut dihadapan gubernur se-Indonesia dan dia membagikan proposal kepada 26 gubernur yang bermaksud meminta dana dari gubernur se-Indonesia.
Setelah berbicara dengan gubernur se-Indonesia, Ibu Tien menunjuk Nusa Consultans sebagai penyusun master plan TMII. Master plan tersebut berisi peta rencana tata letak bangunan, listrik, transportasi, telekomunikasi, dan lain sebagainya.
Master plan TMII menyebut YHK menanggung pembangunan sebesar 25% dan sisanya dibebankan kepada investor sebesar 45%, daerah tingkat I (provinsi) sebesar 16%, dan badan lain sebesar 14%.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H