Salah satu elemen penting yang perlu ditanamkan dalam diri anak usia dini adalah masalah moral. Berhasil atau tidaknya penerapan nilai moral selama masa kanak-kanak akan sangat menentukan seberapa baik atau buruk perilaku moral seseorang di kemudian hari. Pada masa usia dini, seorang anak secara naluriah akan meniru tindakan orang tua, saudara, dan anggota keluarganya. Fakta seperti ini harus diperhatikan dengan cermat karena perilaku moral seorang anak sangat ditentukan oleh lingkungan keluarganya. Namun, banyak orang tua saat ini tidak tahu atau tidak paham tentang perkembangan moral anaknya. Karena ketidakpahaman ini menyebabkan orang tua menjadi tidak bijak dalam menanamkan nilai-nilai moral pada anak mereka. Metode yang mereka gunakan seringkali tidak mengikuti prinsip-prinsip penanaman nilai moral sesuai dengan perkembangan anak, dan mereka juga kurang memahami kemajuan perkembangan anak mereka yang berdampak pada masalah anak.
Baik budi pekerti, sikap sopan santun, dan keinginan untuk menerapkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari sangat terkait dengan perkembangan moral agama. Menurut Lawrence Kholbergh, perkembangan moral anak usia prasekolah (PAUD) berada pada tingkat yang paling dasar, dikenal sebagai penalaran moral prakonvensional. Anak-anak pada usia ini belum menunjukkan internalisasi nilai moral secara kuat. Namun, beberapa anak usia dini sudah sangat peka atau sensitif terhadap reaksi lingkungannya yang positif dan negatif. Pada tahap ini, anak menganggap suatu kegiatan salah atau benar berdasarkan hukuman dan kepatuhan serta individualisme dan orientasi tujuan instrumental. Pada tahap orientasi hukuman dan kepatuhan, suatu tindakan dinilai benar atau salah bergantung pada akibat dari tindakan tersebut. Hal ini berarti anak tidak dapat memahami tahap yang lebih tinggi tanpa suatu dorongan, pembelajaran, dan latihan. Oleh karena itu, pendidikan moral difokuskan pada tahap-tahap pembentukan, sehingga pendidikan moral didasarkan untuk membentuk setiap tahap anak.
Keluarga adalah tempat terbaik untuk pembangunan karakter pribadi anak, karena di sinilah anak pertama kali mulai berinteraksi dengan orang lain. Pendidikan karakter adalah penanaman nilai-nilai moral kepada seseorang dan mendorong mereka untuk melakukan kebiasan-kebiasaan baik dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter paling efektif diterapkan pada anak usia dini karena usia ini terbukti sangat menentukan kemampuan anak untuk mencapai potensinya.
Pendidikan karakter merupakan langkah lebih lanjut dari perkembangan moral karena bukan hanya mengajarkan nilai-nilai moral, tetapi juga membangun kebiasaan baik. Dengan demikian, pendidikan karakter membantu anak-anak memahami nilai-nilai moral dan menjadi sadar dan mampu mengikutinya.
Menurut Thomas Lickona, terdapat 3 komponen yang baik dalam pendidikan karakter yaitu, moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral feeling (perasaan tentang moral), dan moral action (tindakan moral).
- Moral knowing : Terdiri dari 6 hal yaitu, (1) moral awareness (kesadaran moral), (2) knowing moral values (mengetahui kesadaran moral), (3) perspective taking, (4) moral reasoning, (5) decision making, (6) self knowledge.
- Moral feeling : Terdapat 6 hal yang merupakan aspek emosi yang harus mampu dirasakan oleh seseorang untuk menjadi manusia yang berkarakter yaitu, (1) conscience (hati nurani), (2) self-esteem (percaya diri), (3) emphaty (merasakan penderitaan orang lain), (4) loving the good (mencintai kebenaran), (5) self-control (mampu mengontrol diri), (6) humility (kerendahan hati).
- Moral action : Moral action adalah pengetahuan moral yang diwujudkan menjadi tindakan nyata. Hal ini merupakan hasil (outcome) dari 2 kompenen lainnya. Kompetensi, keinginan, dan kebiasaan adalah 3 aspek lain dari karakter yang bisa dilihat sebagai pemahaman tentang apa yang mendorong seseorang melakukan perbuatan baik.
Pendidikan karakter bagi anak usia dini yang dilakukan di sekolah memiliki beberapa prinsip. Menurut Schwartz (dalam Ramdhani, 2014) prinsip pendidikan karakter yang efektif yaitu :
1. Pendidikan karakter harus mempromosikan nilai-nilai inti (ethical core values) sebagai landasan bagi pembentukan karakter yang baik ;
2. Karakter harus dapat dipahami secara komprehensif termasuk dalam pemikiran, perasaan, dan perilaku ;
3. Pendidikan karakter yang efektif memerlukan pendekatan yang sungguh-sungguh dan proaktif serta mempromosikan nilai-nilai inti ke semua fase kehidupan ;
4. Sekolah harus menjadi komunitas yang peduli ;
5. Menyediakan peluang bagi para siswa untuk melakukan tindakan bermoral ;