Mohon tunggu...
Adinda MutiaraWidya
Adinda MutiaraWidya Mohon Tunggu... Mahasiswa - gada apa apa

beneran

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Budha Dhamma

3 April 2022   14:28 Diperbarui: 3 April 2022   14:38 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Vihara Dhamma Metta adalah salah satu tempat peribadatan umat non muslim tepatnya umat beragama budha yang berada di kawasan Kabupaten Jember.

Letaknya berada di jalan  mojopahit blok AI 1 Kelurahan Sempusari Kabupaten Jember. Saya melakukan kunjungan ke vihara namun saya tidak dapat berkeliling didalam vihara sehingga saya hanya dapat mengabadikan foto didepan vihara tersebut. 

Namun saya berhasil untuk melakukan tanya jawab dengan Bhante yang ada disana melalui platform zoom karena pada saat itu Bhante sedang berada di Vihara Dhamma Harja yang berada di Yosomulyo Kabupaten Banyuwangi. Beliau bernama Bhante Tejapunno.

Sebelum saya bertanya beliau menjelaskan secara umum terlebih dahulu tentang agama budha. Beliau bercerita tentang Sidhartha Gautama yang merupakan pendiri sekaligus penyebar ajaran budha. Sidhartha Gautama lahir di India dan beliau merupakan keturunan Raja. 

Kala itu beriringan dengan kelahiran Sidhartha Gautama terdapat berbagai keajaiban peristiwa alam, seperti bumi bergetar, hujan rintik-rintik, dan bunga bermekaran yang harumnya semerbak memenuhi sekelilingnya. 

Juga dikisahkan bahwa ketika sang Budha lahir dia langsung dapat berjalan ke arah utara dan setiap langkahnya tumbuhlah bunga teratai yang indah di tanah. 

Beliau berhasil mencapai gelar kesempurnaan menjadi seorang budha pada usia 35 tahun dan wafat pada usia 80 tahun. Dalam sisa usia 45 tahun, beliau melakukan khotbah sepanjang hari siang dan malam hingga beliau hanya tidur selama 2 jam per hari.

Dalam kesempatan kala itu saya menanyakan beberapa pertanyaan yang cukup universal, yaitu apa arti budha menurut Bhante Tejapunno. 

Beliau menjawab bahwa Dari kehidupan tanpa mengetahui hukum kesunyataan (hukum kebenaran mutlak), dari kegelapan batin, kita berusaha menemukan sampai mendapat atau sampai mengetahui dan mengerti suatu hukum kebenaran yang belum kita ketahui, yaitu hukum kesunyataan yang diajarkan oleh Sang Buddha. Buddha merupakan sebutan atau gelar dari suatu keadaan batin yang sempurna. 

Buddha bukanlah nama diri yg dimiliki oleh seseorang. Buddha berarti yang sadar, yang telah mencapai penerangan sempurna, atau yang telah merealisasi kebebasan agung dengan kekuatan sendiri. Lalu saya bertanya mengenai apa tujuan hidup umat budha, beliau menjawab yaitu untuk mencapai kebahagiaan hidup saat ini maupun kehidupan yang akan datang. Di dalam Dhammapada ayat 276, Sang Buddha sendiri bersabda demikian: "Engkau sendirilah yang harus dunia maya!berusaha, para Tathagata hanya menunjukkan jalan".

Tujuan hidup umat Buddha adalah tercapainya suatu kebahagiaan, baik kebahagiaan yang masih bersifat keduniawian (yang masih berkondisi) yang hanya bisa menjadi tujuan sementara saja maupun kebahagiaan yang sudah bersifat mengatasi keduniaan (yang sudah tidak berkondisi) yang memang merupakan tujuan akhir dan merupakan sasaran utama dalam belajar Buddha Dhamma. Bhante juga mengatakan bahwa Budha pernah bersabda bahwa ada empat hal yang berguna yang akan dapat menghasilkan kebahagiaan dalam kehidupan duniawi sekarang ini sebagaimana diuraikan berikut.

1. Utthanasampada: rajin dan bersemangat dalam mengerjakan apa saja; harus terampil dan produktif; mengerti dengan baik dan benar terhadap pekerjaannya serta mampu mengelola pekerjaannya secara tuntas.

2. Arakkhasampada: ia harus pandai menjaga penghasilannya yang diperolehnya dengan cara halal yang merupakan jerih payahnya sendiri.

3. Kalyanamitta: mencari pergaulan yang baik; memiliki sahabat yang baik, yang terpelajar, bermoral, yang dapat membantunya ke jalan yang benar, yaitu yang jauh dari kejahatan.

4. Samajivikata: harus dapat hidup sesuai dengan batas-batas kemampuannya. Artinya, bisa menempuh cara hidup yang sesuai dan seimbang dengan penghasilan yang diperolehnya, tidak boros, tetapi juga tidak pelit/kikir. Keempat hal tersebut adalah persyaratan (kondisi) yang dapat menghasilkan kebahagiaan dalam kehidupan duniawi saat ini.

Sementara itu, untuk dapat mencapai dan merealisasi kebahagiaan yang akan datang, yaitu kebahagiaan dapat terlahir di alam-alam yang menyenangkan dan kebahagiaan terbebas dari yang berkondisi, ada empat persyaratan pula yang harus dipenuhi sebagaimana diuraikan di bawah ini.

1. Saddhasampada: harus mempunyai keyakinan, yaitu keyakinan terhadap nilai-nilai luhur. Keyakinan ini harus berdasarkan pengertian sehingga dengan demikian diharapkan untuk menyelidiki, menguji, dan mempraktikkan apa yang diyakini tersebut. Di dalam Samyutta Nikaya V, Sang Buddha menyatakan demikian: "Seseorang ... yang memiliki pengertian, mendasarkan keyakinannya sesuai dengan pengertian". Saddha (keyakinan) sangat penting untuk membantu seseorang dalam melaksanakan ajaran dari apa yang dihayatinya. Berdasarkan keyakinan ini, 47 tekadnya akan muncul dan berkembang. Kekuatan tekad tersebut akan mengembangkan semangat dan usaha untuk mencapai tujuan.

2. Silasampada: harus melaksanakan latihan kemoralan, yaitu menghindari perbuatan membunuh, mencuri, asusila, ucapan yang tidak benar, dan menghindari makanan/minuman yang dapat menyebabkan lemahnya kesadaran (hilangnya pengendalian diri). Sila bukan merupakan suatu peraturan larangan, melainkan merupakan ajaran kemoralan yang bertujuan agar umat Buddha menyadari adanya akibat baik dari hasil pelaksanaannya dan akibat buruk bila tidak melaksanakannya. 

Dengan demikian, seseorang bertanggung jawab penuh terhadap setiap perbuatannya. Pelaksanaan sila berhubungan erat dengan melatih perbuatan melalui ucapan dan badan jasmani. 

Sila ini dapat diintisarikan menjadi hiri (malu berbuat jahat/salah) dan ottappa (takut akan akibat perbuatan jahat/salah). 

Bagi seseorang yang melaksanakan sila, ia telah membuat dirinya maupun orang lain merasa aman, tenteram, dan damai. Keadaan aman, tenteram, dan damai merupakan kondisi yang tepat untuk membina, mengembangkan, dan meningkatkan kemajuan serta kesejahteraan masyarakat dalam rangka tercapainya tujuan akhir, yaitu terealisasinya nibbana.

3. Cagasampada: murah hati, memiliki sifat kedermawanan, dan kasih sayang yang dinyatakan dalam bentuk menolong mahluk lain, tanpa ada perasaan bermusuhan atau iri hati dengan tujuan agar mahluk lain dapat hidup tenang, damai, dan bahagia. Untuk mengembangkan caga dalam batin, seseorang harus sering melatih mengembangkan kasih sayang dengan menyatakan dalam batinnya (merenungkan) sebagai berikut: "Semoga semua mahluk berbahagia, bebas dari penderitaan, kebencian, kesakitan, dan kesukaran. Semoga mereka dapat mempertahankan kebahagiaan mereka sendiri."

4. Panna: harus melatih mengembangkan kebijaksanaan yang akan membawa ke arah terhentinya dukkha (nibbana). Kebijaksanaan di sini berarti dapat memahami timbul dan padamnya segala sesuatu yang berkondisi atau pandangan terang yang bersih dan benar terhadap segala sesuatu yang berkondisi, yang membawa ke arah terhentinya penderitaan. Panna muncul bukan hanya didasarkan pada teori, melainkan juga yang paling penting adalah dari pengalaman dan penghayatan ajaran Buddha.

 48 Panna berkaitan erat dengan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak perlu dilakukan. Singkatnya, ia mengetahui dan mengerti tentang masalah yang dihadapi, timbulnya penyebab masalah itu, masalah itu dapat dipadamkan/diatasi, dan cara atau metode untuk memadamkan penyebab masalah itu. Itulah uraian dari Vyagghapajja Sutta yang ada hubungannya dengan kesuksesan dalam kehidupan duniawi dan berkenaan dengan tujuan hidup umat Buddha.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun