Mohon tunggu...
Adinda Maharani Suryaningrum
Adinda Maharani Suryaningrum Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa ilmu komunikasi

Universitas Ahmad Dahlan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Belajar Memahami Isi dari Film "The Social Dilema"

15 Juli 2021   16:23 Diperbarui: 15 Juli 2021   19:21 1245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Hai teman teman, perkenalkan nama saya Adinda Maharani Suryaningrum mahasiswi Universitas Ahmad Dahlan Fakultas Sastra Budaya dan Komunikasi. Pada kesempatan ini saya ingin sedikit menuliskan pengetahuan saya setelah monton film yang berjudul "The Social Dilema" , dan juga saya akan menuliskan pengalaman dan pandangan saya mengenai sisi positif dan negatif dari teknologi informasi dan komunikasi. Serta apa saja sih kekurangan yang masih harus diperbaiki, agar teknologi informasi dan komunikasi bisa lebih membawa manfaat untuk banyak orang?.

Film yang berjudul The Social Dilema sendiri merupakan sebuah film dokumenter yang mengisahkan tentang perkembangan sosial media dan efeknya di masyarakat dunia. Film ini berupaya mengangkat bagaimana perusahaan -- perusahaan besar seperti Facebook, Instagram, Google, Twitter, YouTube, TikTok, Pinterst, dll, mengeksploitasi data -- data pengguna. Film ini membongkar bagaimana sosial media di desain kepada penggunanya dan membuat kita cenderung mengabaikan keamanan data -- data kita sehingga rentan terhadap penggalian data, makanya sering kita jumpai banyak orang yang merasa bahwa datanya telah di curi oleh oranglain tapi sebenarnya tanpa sadar kitalah yang memberi peluang kepada mereka untuk melakukan pencurian data, tanpa sadar bahwa kita sendiri yang menyebar data kita sendiri. Data -- data yang dikumpulkan perusahaan global tersebut tidak hanya digunakan untuk kepentingan politik atau golongan, tetapi juga menimbulkan efek buruk bagi kondisi psikis pengguna dengan kesehatan mental dan penyebaran konspirasi.

Film ini menampilkan para tokoh yang pernah bekerja dibalik perusahaan besar seperti Google, Pinterest, Instagram, YouTube, Twitter, Facebook,dll, yang menjelaskan pendapat mereka berdasarkan pengalaman yang mereka alami selama bertahun -- tahun mengembangkan berbagai fitur aplikasi. Film The Social Dilema sendiri film arahan Jeff Orlowski yang dirilis pada tahun 2020. Dalam film ini sutradara mengarahkan penonton untuk mendengar tanggapan langsung oleh orang -- orang dibalik sosial di film dokumenter ini. Di sepanjang film dokumentr tersebut, banyak mantan karyawan, pengembang, eksekutif, dan profesional lain dari latar belakang teknologi, media sosial, dan penelitian top mereka yang memberikan masukan tentang masalah yang dapat ditemukan di berbagai platform online.

The Social Media menghadirkan beberapa pembicara seperti Tristan Harris, mantan pakar etika desain Google yang juga merupakan pendiri bersama Center for Humane Technology. Sementara Anna Lembke, pakar kecanduan di Stanford University, menjelaskan perusahaan memanfaatkan kebutuhan evolusioner otak untuk hubungan antarpribadi. Roger McNamee, yang merupakan seorang investor awal di Facebook, memberikan keterangan bahwa Rusia tidak meretas Facebook mereka hanya menggunakan atau memanfaatkan platform tersebut. Dan masih banyak lagi tokoh -- tokoh yang ikut serta berpartisipasi dalam film dokumenter tersebut.

The Social Dilema selain menampilkan hasil wawancara dengan para tokoh film. Wawancara ini dipadukan dengan drmatisasi yang menceritakan kisah kecanduan media sosial sorang remaja yang terkait dengan representasi bagimana algoritme media sosial yang didukung oleh kecerdasan buatan dapat bekerja. The Social Dilema juga menampilkan ilustrasi yang memudahkan kita untuk memahami serta adanya pemeran dalam film tersebut untuk menggambarkan film ini secara garis besar atau mewakilkan kita sebagai manusia di kehidupan sehari -- hari dengan adanya sosial media di sekitar kita. Para pemeran aktor disjikan dengan liputan berita tentang efek buruk sosial media, didalam lipuan tersebut tentunya yang dihadiri oleh Jaron Lanter yang merupakan Founding Father of Virtual Reality Computer Scientist.

The Social Dilema menunjukan bagaimana media sosial ternyata selama ini melakukan hal -- hal mengerikan kepada para penggunanya tanpa kita sadari. Mulai dari mengawasi aktivitas sehari -- hari kita saat menggunakan sosial media, mereka tau apa yang kita lihat, apa yang kita suka, seberapa lama kita menggunakan sosial media bahkan mereka merekam semua jejak aktivitas kita di dalam sosial media, mereka juga akan melakukan berbagai cara untuk menarik perhatian kita agar tetap berada di dalam sosial media tanpa mengnal waktu kadang mereka memanipulasi tampilan feed supaya individu tak bisa lepas dari media sosial, atau menampilkan notifikasi agar kita tertarik untuk melihat isi dari notifikasi yang muncul.

Dalam film ini saya jadi memahami bahwa sebenarnya kita hanyalah boneka percobaan mereka dan kitalah yang dikendalikan oleh mereka bukan kita yang mengendalikan sosial media. Didalam film dijelaskan mereka memanfaatkan data kita untuk membuat sebuah model yang dapat memprediksi tindakan kita, mereka juga seperti memiliki boneka yang menyerupai kita, semua yang pernah kita lihat, semua video yang kita tonton, semua tombol suka, semua itu di olah untuk membuat model yang lebih akurat, setelah modelnya ada mereka dapat memprediksi hal -- hal yang dilakukan orang. Tristan Harris juga menjelaskan bahwa ada tiga tujuan utama dibanyak perusahaan teknologi, ada tujjuan keterlibatan untuk menaikan penggunaan kita agar kita terus menerus menggulirkan layar, ada juga tujuan pertumbuhan untuk membuat kita kembali untuk mengundang banyak teman, lalu ada tujuan iklan untuk memastikan bahwa seiring semua itu terjadi mereka menghasilkan uang sebanyak mungkin dari iklan.

Dalam film dokumenter ini dinyatakan bahwa media sosial adalah layanan bermanfaat yang melakukan berbagai hal sekaligus mesin uang. Film ini juga menyebutkan efek psikologi dari media sosial seperti depresi dan juga peningkatan angka bunuh diri di kalangan remaja dan dewasa muda. Seperti yang digambarkan di dalam film oleh pemeran Isla yang merasa khawatir oleh komentar yang didapatnya didalam unggahannya mengenai fisiknya, hal tersebutlah yang membuat Isla menjadi terus menerus memikirkannya sehingga dapat mengenai mentalnya. Begitu juga dengan kakanya yang bernama Ben yang perlahan terjebak dalam taktik manipulasi dan menjadikan kecanduan dengan sosial media.

Sementara perusahaan -- perusahaan membuat lebih banyak uang dengan menyebar pesan tak beraturan untuk mencapai semua orang menawarkan harga terbaik. Film ini juga mendiskusiakan bahaya dari penyebaran alami berit hoax serti Covid-19 dan propaganda yang bisa digunakan untuk mempengaruhi kampanye politik.

Film ini pada akhirya memberikan solusi apa yang bisa kita lakukan agar tidak menjadi produk dari media sosial. Film ini diakhiri dengan berbagai statment dan pandangan optimis dri setiap narasumber. Narasumber juga menyebutkan bahwa tidak ada sosok tiran dan motivasi jahat ketika media sosial diciptakan. Setiap pengembang mengawali sebuah ide dengan kreativitas dan niat yang positif untuk perkembangan peradaban manusia. Namun ternyata sistem yang mereka kembangkan ternyata telah berkembang dengan cara yang mengerikan canggihnya dan dimanfaatkan oleh pihak tertentu demi meraih keuntungan, meski harus mengorbankan kebenaran kode etik lainnya. Film ini ditutup dengan bagaimana cara para narsumber sebisa mungkin menjauhkan segala hal yang berbau sosial media dari keluarganya untuk kebaikan bersama, sehingga mereka dapat melakukan percakapan sosial dengan sekitar tanpa dicampur tangani oleh sosial media.

Dari film The Social Dilema kita dapat belajar bahwa media sosial ibarat pisau bermata dua, ia banyak manfaat namun di satu sisi juga ada kerugian yang di alami oleh para pengguna, dan semua hal positif pasti selalu ada sisi negatifnya begitupun dengan sosial media dan teknologi informasi dan komunikasi.

Seiring perkembangan zaman di era globalisasi ini teknonlogi informasi dan komunikasi turut melaju cukup cepat. Saat ini teknologi informasi dan komunikasi merupakan salah satu jenis dari bentuk teknologi yang berkembang dengan sangat pesat. Melalui fitur andalannya yaitu internet, saat ini teknologi informasi dan komunikasi merupakan salah satu jenis teknologi yang menduduki peringkat teratas. Hanya saja hal tersebut tak luput dari sisi yang membawa peran positif namun juga membawa dampak negatif yang perlu dicermati dengan seksama.

Untuk dampak positif dan juga negatif tentunya sangat mudah ditemukan di kehidupan sehari -- hari kita baik yang disadari oleh diri sendiri atau tidak disadari. Dampak positif tentnya sangat banyak seperti mempercepat arus informasi, arus informasi saat ini menjadi sangat cepat, hal ini merupakan salah satu dampak positif karena dapat memberikan informasi mengenai suatu kejadian secara cepat. Mempermudah askses terhadap informasi terbaru juga merupakan dampak positif lainnya, dengan adanya teknologi informasi dan kouminkasi yang berkembang sangat pesat maka siapapun akan bisa memperoleh informasi dengan mudah. Seperti saat ini informasi sangat mudah di temukan hanya melalui internet, informasi dapat ditemukan kapanpun, dimanapun dan dari siapa pun. Hal ini menjadi penanda bahwa penggunaan internet untuk berkomunikasi enjadi salah satu pilihan yang sangat diminati, karena dapat terhubung ke setiap orang dari belahan dunia manapun. Media sosial juga merupakan dampak positif lainnya dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, media sosial dapat memberikan banyak sekali manfaat salah satunya adalah dapat mempertemukan individu dengan orang baru, dan menambah relasi antar individu. Dalam hal hiburan dari teknologi informasi dan komunikasi juga memiliki sisi positif contoh saja dari media hiburan berupa games, music, bnyak orang yang bisa hilang dan juga lepas dari stress karena hiburan yang ditawarkan oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi ini. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa media hiburan ini sebagai hal positif untuk menghilangkan suntuk semata bukan untuk mengakses konten negatif yang membawa dampak buruk bagi diri kita maupun diri sendiri. Selain itu teknologi informasi dan komunikasi memiliki banyak dampak positif dalam dunia pendidikan. Mulai dari materi pelajaran dan segala hal yang berhubungan dengan pendidikan akan menjadi lebih mudah untuk diakses, seperti sekarang ini yang segala halnya dilakukan dirumah saja salah satunya dalam hal pendidikan dari kalangan sekolah dasar sampai kuliahpun dilaksanakan dirumah saja namun untungnya dengan berkembang pesatnya teknologi informasi dan komunikasi pembelajaran dirumah dapat di atasi dengan baik dengan memanfaatkan seperti Zoom, Google Meet, Google Classroom, dan masih banyak lagi aplikasi yang dapat memudahkan kita untuk terus mengikuti pembelajaran dari rumah yang terbatasi oleh keadaan, dan saat ini proses belajar online (e-learning) terus berkembang, e-learning dapat dikembangkan sekaligus untuk mengajar, memberikan tugas, hingga tempat mengumpulkan tugas secara daring. Selain dalam hal pendidikan tekonologi informasi dan komunikasi juga memiliki dampak positif dalam bidang kesehatan seperti menggunakan krtu pintar, hanya dengan memaksukan data pada kartu itu, tenaga medis yang berkepentingan bisa memperoleh riwayat penyakit pasien dang penangannya. Selain bidang pendidikan, bidang kesehatan ada juga bidang transportasi seperti yang sudah sering kita jumpai di kehidupan sehari -- hari yaitu dengan adanya ojek online yang sangat memudahkan penggunanya dalam memesan ojek, selain ojek online sekarang pun sudah dapat memsan tiket perjalan baik kereta api atau pesawat hanya dari internet, kita tidak perlu repot -- repot lagi untuk pergi ke stasiun dan mengantri panjang. Masih banyak lagi sisi positif dari teknologi informasi dan komunikasi, sekarang mari kita lihat apa saja si sisi negatif dari teknologi informasi dan komuniksai ini.

Tentunya adanya hal negatif dari teknologi informasi dan komunikasi tak luput dari orang -- orang tak bertanggung jawab yang salah gunakan hanya untuk kepentingan diri snediri. Seperti halnya kejahatan siber, kejahatan ini dilakukan secara online dengan memanfaatkan teknologi atau jaringan komputer contoh kejahatannya seperti pembajakan kartu kredit, penipuan online misal dengan cara telfon yang mengaku -- ngaku salah satu keluarganya mengalami kecelakaan dan membutuhkan dana sekarng juga. Ada juga dengan penyebaran malwere, malwere merupakan program komputer yang sifatnya mencari kelemahan softwere. Selain sisi negatif tersebut adap pula sisi negatif yang dapat menyerang mental orang, dilihat sekarang ini banyak remaja yang sudah banyak memiliki gadget, padahal di umur mereka masih sangat rentan dalam mengatur emosi atau biasa dibilang masih dalam masa labil, di umur mereka yang sedang mengalami pertumbuhan akan sangat mempengaruhi pertumbuhannya dengan mereka mengenal internet akan membuat mereka menjadi kecanduan dan enggan untuk melepaskannya barang sebentar saja. Sehingga akan membuat individu menjadi malas untuk bersosialisasi secara fisik, menjauhkan yang dekat, mengabaikan tugas dan juga pekerjaan, membuang -- buang waktu untuk hal yang tidak berguna, menurunnya prestasi belajar dan juga kemampuan bekerja orang. Seharusnya penggunaan gadget untuk dibawah umur lebih baik dalam pantauan orang tua karena maraknya berita hoax yang seringmuncul di internet, serta berkembangnya konten negatif seperti pornografi atau judi online yang dapat menjerumuskan ke hal yang tidak baik, cyber bullying juga kerap kali diteukan dapat sangat mempengaruhi mental anak sehingga dapat menumbuhkan rasa trauma, dapat menjadi pribadi yang lain, dan lebih parahnya dapat melakukan bunuh diri.

Kekurangan yang perlu diperbaiki agar teknologi informasi dan komunikasi bisa lebih membawa manfaat untuk banyak orang. Tentunya dengan mengedukasi kepada anak -- anak tentang bahaya terlalu sering terpaku pada teknologi informasi dan komunikasi. Serta seharusnya untuk konten -- konten yang tidak patut seperti pornografi segera ditangani agar tidak semakin meluas karena kita tidak tau bagaimana datangnya hal tersebut kepada anak -- anak dibawah umur. Lebih menyaring berita yang memang benar adanya sehingga tidak membuat penggunanya merasa bingung mana yang benar dan mana yang hoax, dan juga segera melakukan tindakan jika terdapat orang -- orang yang tak bertanggung jawab misal dengan memblokir aksesnya dalam segala hal sehingga tidak mengulangi kesalahan yang sama. Dan juga lebih sering mengeluarkan hal -- hal yang berbau pembelajaran baik materi atau yang lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun