Mohon tunggu...
Adinda Dwi Nuraini
Adinda Dwi Nuraini Mohon Tunggu... Lainnya - 23107030020

Mahasiswa Ilmu Komunikasi 23 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Nature

Semakin Parah: Mau? Sepuluh Tahun Lagi Bumi Kita Tertimbun Sampah?

16 Juni 2024   18:18 Diperbarui: 16 Juni 2024   18:20 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sepanjang 2023 ada sekitar 19,56 juta ton sampah yang dihasilkan Indonesia. Itu pun ada sekitar kurang lebih 96 Kabupaten/Kota yang tercatatat pengeluaran sampahnya, jadi perhitungan di atas belum bisa menjadi hitungan pengeluaran sampah skala nasional.


Sebanyak 96 Kabupaten/Kota yang belum terhitung, sampah di Indonesia sudah mencapai sekitar 19,56 juta ton. Itu pun hanya sepanjang 2023, lalu bagaimana jika ditambahkan dengan akumulasi jumlah sampah di sepanjang tahun 2024 ini? Lalu bagaimana dengan 5 tahun lagi, 10 tahun lagi, 15 tahun lagi bahkan 20 tahun lagi jika persoalan sampah ini setiap harinya semakin bertambah banyak?

Permasalahan sampah ini juga menjadi satu hal yang sangat genting di Yogyakarta. Daerah yang dipuja-puja sebagai daerah yang istimewa ini bahkan memiliki angka sampah yang kebih tingga dibandingkan daerah daerah yang lain.  
Mahqamam Mahmuda saat mengisi seminar Party of PR di UIN Sunan Kalijaga mengatakan nyatanya sampah itu hanya ditumpuk bukan diproses. 

Meski beberapa orang sudah memilah sampah antara organik dan anorganik ketika dibawa ke pembuangan akhir semua sampah akan dicampur lagi. Itulah yang terjadi di TPA Piyungan yang sudah ditutup beberapa tahun yang lalu.

Tutupnya TPA Piyungan juga membuat bingung warga sekitar harus membuang sampah dimana lagi, hingga menyebabkan banyaknya orang yang membuang sampah sembarangan, bahkan menimbun sampah di suatu tempat umum sehingga menyebabkan bau tak sedap dan pandangan tak nyaman.

Sampah-sampah tersebut tak hanya terdapat di darat saja melainkan banyak bahkan dominan sampah yang berakhir di laut, sampah yang mendominasi adalah samph plastik, dimana plastik tersebut tidak bisa terurai. Sempat ditemukan fenomena dimana sampah plastik yang dibuang di tahun 2014 ditemukan di tepi lut dengan keadaan belum terurai. 

Sampah sampah tersebut selain dapat mencemari air laut juga membahayakan ekosistem yang hidup di laut seperti ikan. Bahkan sempat ditemukan seekor penyu yang di dalam perutnya terdapat plastik karena habitatnya sudah tercemar oleh sampah.

Rizki Abiyoga dalam seminar POP di UIN Sunan Kalijaga mengatakan untuk mengurangi angka bertambahnya sampah, penting sekali diterapkan sistem Zero Waste yaitu dengan beralih dari memakai plastik sekali pakai ke menggunakan tumbler atau wadah yang bukan sekali pakai. Zero waste ini dapat diterapkan dengan mengubah gaya hidup, mempunyai kesadaran akan dampak yang berbahaya jika sampah semakin banyak, pengendalian diri untuk tidak konsumtif, dan bertanggungjawab atas apa yang telah dikonsumsi.

Dampak dari sampah ini bahkan bisa sampai ke lintas generasi, begitu kata Riski Damastuti ketika mengisi di seminar POP. Maka banyak terpasang Poster poster yang bertuliskan "Sampah bukan warisan anak cucu kita". kata-kata tersebut ternyata harus diresapi dengan hati dan diterapkan secara nyata dengan perbuatan. Masih banyak orang-orang yang hanya membaca kalimat tersebut sebelah mata tanpa adanya kesadaran setelahnya, yang membuat masalah sampah ini belum sempat terselesaikan.

Ricky Riadi Iskandar mengungkapkan gagasannya, bahwa untuk mengatasi sampah diperkukan adanya komunikasi konvergensi, yaitu komunikasi untuk mencari kesepahaman bersama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun