Mohon tunggu...
Adinda AmaliaSholihah
Adinda AmaliaSholihah Mohon Tunggu... Lainnya - Adinda Amalia Sholihah

actually, motivation is a result. Motivation is pride you take in work you have already done. Which fuels your willingness to do even more. -The motivation Myth

Selanjutnya

Tutup

Diary

Ngga Usah Dibayangin!

21 Oktober 2022   08:36 Diperbarui: 21 Oktober 2022   08:51 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Ada suatu prinsip baru yang sekarang  sedang gue terapkan di kehidupan sehari-hari. Jurus ini yang bisa bikin pikiran lebih tenang dan rileks. Jurus ini yang bikin pikiran lebih sehat dan segar. Mau untuk menghadapi suatu hal atau akan bertemu seseorang yang belum pernah bertemu sekalipun. Karena realitanya, pikiran kita butuh sehat, dan seringkali pikiran kita yang disakitkan karena ulahnya sendiri.

Rumusnya adalah cukup ngga usah dibayangin. Ngga perlu dipikirin dengan terlalu larut.  Ngga perlu dipikirin dengan terlalu jauh.

Sering kali bayangan seseorang terlalu tinggi pada kenyataan yang berlangsung. Misal, bayangan kita pada masa depan, perihal jodoh, karir, atau nasib seseorang. Kita membiarkan bayangan kita hanyut dalam sesuatu yang belum tahu pasti datangnya. Belum tahu pasti kejadiaannya. Dan belum tahu pasti kita menghadapinya. Kita ngga ada yang tahu bagaimana masa depan yang akan datang. Entah kita diberi waktu yang lama sama Tuhan, atau engga.

Ngga usah dibayangin bikin kita rileks. Kenapa? Karena kita ngga dibayang-bayangi rasa takut sendiri. Ngga dibayang-bayangi kekhawatiran itu sendiri. Bisa menikmati momen yang terpampang nyata yang sekarang ada di hadapan kita.

Gue tahu bahwa membayangkan sesuatu kadang bukan sesuatu yang kita ingini, tapi yang harus kita tahu dengan pasti bahwa pikiran kita seringkali liar dan hanya diri kita sendiri yang bisa menjinakannya.

Cobalah untuk sejenak rileks, menikmati setiap pemberian Tuhan yang datang di hadapan. Bernafas lebih dalam atas hidup dengan jiwa yang hidup.

Membayangkan akan membentuk sebuah ketakutan-ketakutan. Takut miskin, takut ngga cantik, takut ngga beres nyusun skripsi, takut punya kehidupan yang ngga enak. Padahal itu semua belum terjadi dan cuma dibuat-buat oleh bayangan dan pikiran semata. Akibatnya apa, akibatnya kita ditenggelamkan dengan pikiran yang ada.

Kadang ada waktu-waktu kita ngga harus percaya sama pikiran kita. Kadang, kita juga harus sadar bener-bener signal apa yang diberikan pikiran kita. Kalau positif, teruslah dijaga. Kalau negatif, cobalah untuk ngga percaya.

Pikiran terlalu larut dan terlalu jauh yang terkadang malah memberantakan semuanya. Membayangkan sesuatu tanpa tau langkah-langkah selanjutnya justru yang akan mematikan langkah-langkah tersebut.

Ketakutan adalah sebuah bentukan dari apa yang kita bayangin ngga sih? Jadi, kalau coba dipikirin lebih lanjut emang itu dari kita untuk kita.

Tapi.... bukan berarti jadi seorang manusia ngga perlu takut. Engga. Takut adalah perasaan emosi yang wajar. Dan perasaan takut mempunyai kebutuhan untuk bagaimana respons kita terhadapnya.

Orang berkarir di luar sana mungkin telah melewati fase ketakutan seorang mahasiswa yang bingung hendak cari pekerjaan seperti apa, masuk lingkungan kerja yang bagaimana, ketakutan tuntutan bos di kantor/perusahaan, melawan pesaing lainnya dan mejalani hidup sebagai orang dewasa.

Orang berkeluarga di luar sana mungkin telah melewati ketakutan membina rumah tangga, menjadi orangtua, mencukupkan kebutuhan anak.

Orang sering tanpa sadar melewati momen ketakutan tertentu dan ternyata bisa-bisa saja dilalui. Fase kehidupan akan silih berganti, let it flow dan do the best akan menenangkan semuanya.

Ada waktu-waktu hidup dimana dengan kita tidak memikirkannya, nyatanya beres dengan sendirinya.

Cukup lalui aja apa yang udah seharusnya dilalui. Kalaupun tidak menggunakan tangan kita untuk membereskan suatu masalah atau hal yang datang pada kita, tangan Tuhan selau akan menawarkan pembantuanya (jika kamu yakin).

Mengisi otak dengan prasangka-prasangka jauh, sering berujung pada pembunuhan kepercayaan yang menumbulkan banyak keraguan-keraguan. Pertanyaan yang kerap kali muncul adalah "Mampu kah aku dengan itu?"

Hidup itu walaupun kita sudah berusaha semaksimal mungkin sesuai rencana, Tuhan kadang membelok-belokan dan bahkan melurus-luruskannya. Tidak akan pernah ada seseorang yang tahu nasib bagaimana kita kelak.

Makanya, ngga usah dibayangin adalah relaksasi pikiran dari semua peluang hidup. 

Bayangan kita yang terlalu besar, seringkali buat kita merasa lebih kecil. Bayangan kita yang terlalu tinggi, seringkali juga buat kita merasa rendah. Maka, bagaimanapun caranya, cobalah percaya bahwa diri kita selalu jauh lebih besar dari pada apa yang kita bayangkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun