Topi biru ini akan mengumpulkan semua hasil, membuat ringkasan, menarik kesimpulan dan desain yang didapatkan.
Topi biru pada awal dan akhir diskusi ibarat dua penahan buku yang mengumpulkan semua hasil pemikiran. Mengapa kita nerada di sini? Apa yang sudah kita capai?
Penggunaan Topi
Topi-topi ini menjadi simbol yang kuat dan netral terhadap berbagai cara berpikir yang spesifik.
Jadi singkatnya seperti ini, topi putih mencari informasi sebanyak-banyaknya, topi kuning berpikir bahwa nilai dari informasi tersebut pada kemanfaatan atau kegunaannya, topi hijau berpikir apakah informasi tersebut bisa memunculkan sesuatu yang baru, topi merah berpikir apakah dari informasi tersebut mengaitkan kesan, rasa dan emosi, dan topi biru berpikir apakah informasi ini bisa dimulai, dijalankan, dan dievaluasi dengan baik.
"Tadi adalah pemikiran topi hitam yang baik. Sekarang mari kita coba berpikir dengan topi kuning."
"Berikan topi merah Anda."
"Apakah informasi topi putih Anda di sini?"
"Tolong berikan saya beberapa topi hijau,"
"Apa isi topi merah Anda,"
Topi-topi ini bisa digunakan secara individu sebagai sebuah kode untuk meminta cara berpikir tertentu.
Dalam pendapatnya Dr.Fahrudin Faiz pola ideal untuk menggunakan topi ini ialah ada dalam urutan B-P-H-K-H-M-B yaitu  biru (Rencana apa yang akan dibuat)-putih (informasi, data fakta yang cukup)-hijau (kemungkinan, solusi dan ide baru)-kuning (manfaat, maslahan dan keuntungannya)-hitam (problem muncul)-merah (apa yang dirasakan jika terlibat-biru(evaluasi rencana lagi).
Akan tetapi, pola ideal ini bisa saja berubah jika dihadapkan suatu masalah tertentu. Sehingga pola ideal ini pun bisa disesuaikan kembali pada permasalahan pemikiran yang akan dihadapi, namun terlepas dari itu semua, topi biru harus selalu di tempatkan di awal dan di akhir. Dengan sebab tugasnya yang berfungsi mengendalikan kelima topi tadi. Topi birulah yang mengatur fokus dan tujuan permasalahan. Topi birulah yang megatur suatu rencana dan evaluasi dari pelaksanaan rencana tersebut.